Senin, 14 September 2009

SAT, Warga Baru FKIP

Kebutuhan akan teknologi informasi dan komunikasi di eraglobalisasi ini yang mana UNS berusaha untuk menuju World Class University dapat diperoleh dengan semakin mudah dan cepat. Nampaknya FKIP tidak mau kalah untuk berusaha mencetak generasi pengajar yang tidak ketinggalan informasi. Berdirilah SAT, fasilitas baru di lingkungan FKIP UNS.

Dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan proses pembelajaran pun tidak akan jauh dengan teknologi yang makin gencar dan mencuat. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS tergugah untuk memberikan layanan yang mampu melengkapi kehausan warga FKIP akan informasi dan tehnologi. FKIP sebagai wadah pencetak guru professional yang memiliki karakter kuat dan cerdas, harus mampu memanfaatkan teknologi dalam jaringan internet yang merupakan wahana pengetahuan secara universal. Self Access Terminal (SAT) FKIP UNS hadir melengkapi fasilitas di FKIP. SAT berbeda dengan Information and Communication Technology (ICT) FKIP yang terletak di Gedung A lantai 2 yang fungsinya mengontrol Ilmu Tekonologi (IT) di atas SAT.
Keberadaan SAT yang sampai saat ini belum diluncurkan secara resmi bertempat di lantai dasar Gedung C yang diketuai oleh Rosianari, S.Si, M. Kom masih dalam kondisi persiapan. Dikarenakan ruang yang sudah lama tidak terpakai tersebut telah dialihfungsikan sebagai SAT itu sendiri. Adanya rembesan air hujan yang terkadang menggenang dan kekurangan lainnya menjadi salah satu alasan SAT belum bisa digunakan.
Memegang peran sebagai tempat layanan umum lewat perencanaan sistem fakultas secara online kepada mahasiswa, SAT FKIP berusaha memberikan terobosan-terobosan baru yang mana kinerja manual akan tergantikan dengan otomatisasi yang lebih cepat dan mudah. Salah satu diantaranya dengan legalisasi online. Dulu dan sampai saat ini, proses legalisasi memerlukan prosedur yang rumit. Akan tetapi, nantinya mahasiswa bisa melakukan proses legalisasi melalui internet termasuk pengisian biodata dan sebagainya serta mendapatkan Personal Identification Number (PIN) tersendiri. Tujuannya supaya para alumni yang ingin legalisasi dipermudah dan dapat menyimpan data lebih baik serta apabila terjadi kesalahan maka si pengguna tidak bisa menyalahkan pihak fakultas. Dengan begitu SAT termanfaatkan secara optimal. Selain itu kegiatan semacam seminar dan lain-lain harus di online-kan juga melalui internet.
Sementara itu, koneksi internet di FKIP memiliki bandwith sebesar 6 Mb dari total keseluruhan universitas yaitu 30 Mb. Bandwith dikembalikan sesuai proporsi yang dimiliki universitas. Dari 6 Mb tersebut dibagi ke kampus-kampus FKIP yang berada di wilayah Manahan, Kentingan, Pabelan, Kleco serta Kebumen dengan secara fisik ditarik sambungan dari Kentingan ke tempat tersebut dengan teknologi leased line. Sekretaris SAT FKIP Agus Triharyanto, S. Kom. mengatakan,” Wilayah FKIP memiliki empat puluh titik hotspot dengan pembagian Kebumen, Kleco, dan Pabelan masing-masing empat titik. Diharapkan mahasiswa memanfaatkan secara maksimal karena di manapun bisa ber-hotspot.”
Menyikapi pendanaan, banyak mahasiswa yang tidak mengetahui bahwa sebenarnya untuk pengalokasian internet dikenakan Rp 60.000,- per mahasiswa tiap semester se-universitas termasuk FKIP yang dibayarkan bersamaan pada saat pembayaran SPP tiap awal semester. Agus Triharyanto menambahkan, ”Alangkah bodohnya mahasiswa tersebut yang tidak memanfaatkan dana Rp 60.000,- yang telah mereka setorkan dengan tidak menggunakan layanan internetnya. Mahasiswa yang tanggap tentu akan berusaha menyiasatinya dengan sering-sering datang ke laboratorium komputer atau semisalnya atau pun bagi yang memiliki laptop bisa hotspot.”
Dengan biaya per mahasiswa Rp 60.000,- jika dikalikan dengan jumlah total mahasiswa FKIP akan diperoleh pendanaan yang lebih besar hanya untuk pengadaan jaringan internet yang layanannya tidak bisa dinikmati semua kalangan mahasiswa.
Sementara itu dalam infrastruktur komputer telah tersedia lima puluh unit komputer. SAT memperoleh dari dana Iuran Orang tua Mahasiswa (IOM). Untuk pemeliharaan operasional, kemungkinan akan diambil dari dari pengguna internet di SAT tersebut.
Kemunculan perdananya SAT FKIP mengeluarkan spanduk dan pamflet ungu yang berisikan langkah awal untuk menarik minat mahasiswa. Dengan kalimatnya yang cukup ekstrim “Kalo ada yang halal kenapa pilih yang haram?” mempunyai makna khusus yang berarti penggunaan software akan memakai program yang asli (halal) yaitu basis Open Source atau Linux Ubuntu 8.04 dan dalam waktu dekat sebelum launching akan di upgrade menjadi Ubuntu 9.04. Dari hal tersebut SAT tidak merasa ketakutan akan peminat yang sedikit karena pengoperasiannya yang berbeda. Tentu dengan cara demikian, perkembangan teknologi khususnya komputerisasi internet akan mengalami kemajuan dengan menikmati layanan baru dan masuk pula dalam proses pembelajaran untuk perolehan pengetahuan yang baru.
Diperkirakan Juli tahun ini SAT akan mengadakan autentifikasi untuk mengatur koneksi di FKIP. Tujuannya agar para pengguna merasa diadilkan, artinya yang bisa online hanya mahasiswa yang dari FKIP. Dipakai pula untuk pembatasan penggunaan download dan akan ditentukan seberapa besar file yang bisa diunduh oleh setiap pemakai. Sehingga tidak akan didominasi oleh mahasiswa yang pintar menyiasati jaringan. Pemakaian pun lebih bermanfaat karena pembatasan download tiap personal tersebut.
Untuk saat ini layanan online FKIP sudah berjalan maksimal justru di luar wilayah Kentingan. Seperti kampus Pabelan walaupun dengan lokasi yang jauh serta koneksi internet yang bisa dikatakan lambat telah memakai sistem E-Learning, sebuah suplemen dan media bantu dalam proses belajar mengajar dan bukan diartikan sebagai perkuliahan, berupa penugasan, termasuk materi kuliah yang bisa diambil dengan akses internet. Begitu pula PGSD sebagian telah menggunakan fasilitas tersebut, kampus pusat FKIP Kentingan malah tertinggal jauh.
Mestinya inilah tugas SAT FKIP ke depannya, memasyarakatkan proses pembelajaran lewat internet di Kentingan. Dalam penyosialisasian tersebut belum lama ini SAT merekrut mahasiswa semua angkatan yang tertarik dan mau belajar IT dengan pertimbangan tertentu. Dengan seleksi yang ketat dalam pendaftaran online terjaring 121 mahasiswa dari semua program studi dan lolos verifikasi (tes tulis dan praktek) 109 orang sedangkan lolos tes wawancara adalah 58 orang dan akhirnya hanya terpilih 24 mahasiswa yang mewakili prodi masing-masing untuk magang di SAT FKIP. Prodi Penjaskes dan Sejarah saat ini belum terpenuhi dikarenakan tidak adanya yang mendaftar, tindak lanjutnya akan dikoordinasikan dengan kepala prodi yang bersangkutan.
Untuk menyosialisasikan internet lewat prodi, tiap pemagang diberikan wewenang mengelola website prodi di bawah bimbingan prodi dalam pengumpulan data yang akan masuk dalam tampilan situs tersebut. Tentu pemagang bisa mendapatkan manfaat yang lebih dari proses ini. Menurut Ningsih, mahasiswi semester 2 yang mengurusi situs Prodi P. Ekonomi ini mengungkapkan, “ Saat magang inilah saya bisa belajar bukan hanya tentang IT, tetapi memberikan manfaat tambahan mengenai pentingnya kerja sama tim dan lain-lain.”
Ternyata dari kenyataan banyak warga kampus yang masih belum mengetahui sepenuhnya fungsi SAT. Mewakili suara yang lainnya, Arifin dari BKK. Akuntansi 2007 mengatakan ia tidak tahu sama sekali SAT itu manfaatnya seperti apa. Hal itu senada dengan yang dikatakan mahasiswa semester 4 dengan prodi yang sama, Rosadi, “SAT FKIP itu bagaimana, saya kurang begitu tahu….”
Lain halnya dengan Dandy, mahasiswa Bimbingan Konseling FKIP 2008 ini mengatakan bahwa, “SAT itu wadah yang memberi info tentang layanan IT dan bisa sebagai lahan untuk tanya jawab seputar masalah IT dan saya mengetahuinya dari situs resmi ICT Center.” Harapan ke depan SAT FKIP bisa memberikan kontribusi yang lebih dalam pembangunan sistem informasi yang cepat melalui internet dalam penciptaan profesi keguruan yang optimal.

kh@erul_agus.N

Tidak ada komentar:

Posting Komentar