Rabu, 16 September 2009

Pentas “Welcome Play 2009” Sea Theatre

(AK47, FKIP UNS) Senin, 7 September 2009, Solo English Art (ESA) theatre menggelar pentas drama bertajuk “Happines Hunting” dan pentas musik bertema “The Recycler”. Acara diadakan di gedung A lantai dua dan berlangsung pukul 15.30-17.30 WIB. Acara dinilai sukses, hal ini dibuktikan dengan banyaknya penonton yang datang.
Untuk pemain drama musik terdiri dari mahasiswa pendidikan bahasa Inggris angkatan 2008 tersebut telah sukses menyuguhkan hiburan unik. Pemain-pemain tersebut, yaitu Anggry (Guitar), Aulia (Guitar), Bagas (Bass), Ana (Vocal), Dyan (Vocal), Yeny (Vocal), dan Dino (Cello) yang membawakan sebuah lagu dengan judul “September Maze” dan “And Thats What They Called Love”. Musik dan lirik yang diciptakan oleh Petrus ‘Ophet’ Kanisius Eko memberikan nuansa tersendiri pada pertunjukkan SEA Theatre. Menurut Irene selaku Stage Manager acara tersebut,pentas SEA Theatre kali ini bertujuan untuk memperkenalkan profil tentang SEA Theatre kepada mahasiswa baru pendidikan bahasa Inggris 2009. Selain itu, tentunya pentas SEA Theatre tersebut ingin menyuguhkan sebuah persembahan yang unik kepada para penonton.
Farra_

Osmaru P.MIPA

(AK47, FKIP) Rabu, 26 Agustus HMJ P.MIPA mengadakan osmaru yang bertemakan “Membentuk Pendidik Berkarakter Kuat dan Cerdas”. Acara dimulai pukul 07.00 WIB di depan gedung B yang diikuti 362 mahasiswa baru. Acara ini diadakan khusus untuk maru baik dari PMDK maupun SPMB. Acara dimulai dengan pemeriksaan perlengkapan maru. Pada awal acara banyak maru yang jatuh sakit. Hal itu tidak menjadi suatu hambatan untuk melanjutkan acara.
Kemudian diteruskan dengan pemutaran film tentang gedung D karena nantinya mahasiswa akan banyak menghabiskan waktu digedung D. Acara pembukaan diisi oleh Faisal ketua panitia Osmaru, Dian Lisdianto selaku Ketum HMJ P.MIPA, Dra. Hj. Kus Sri Martini selaku ketua jurusan, dan Gatot Iswahyudi, M.Si. selaku sekretaris jurusan serta diikuti pula oleh ketua, sekretaris, dan ketua laboratorium masing-masing prodi, ketua bagian administrasi P.MIPA dan ketua HMJ, HMP di P. MIPA. Selanjutnya diadakan penyerahan maru secara simbolis dari ketua jurusan kepada ketua prodi. Acara dilanjutkan dengan kuliah perdana yang disampaikan oleh Dr. Sarwanto Spd. M.Si. selaku dosen prodi fisika. Maru juga akan mendapat training dari “Powerin You” dengan pembicara bapak Joko Subandono lalu dilanjutkan dengan dengan penutupan dan sarasehan di ruang Pasca Sarjana.

Desy_

Perkenalkan UKM Lewat Expo

(AK-47, UNS) Universitas Sebelas Maret Surakarta kembali menerima mahasiswa baru. Dalam rangkaian penerimaan mahasiswa baru pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) ikut mengambil peran dalam rangka pengenalan kegiatan mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan serta perekrutan anggota. Dengan alasan tersebut, para perwakilan dari tiap UKM, yaitu dua delegasi dari tiap UKM bekerja sama membentuk sebuah kepanitiaan dalam “EXPO UNS 2009”. Acara ini dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus-4 September 2009 bertempat di Student Center UNS.
Expo yang ditujukan untuk mahasiswa baru S1 angkatan 2009 dari berbagai fakultas ini dilaksanakan pukul 08.00 – 15.00 WIB selama lima hari. Melihat banyaknya mahasiswa dari sembilan fakultas sehingga disusun jadwal pembagian mahasiswa per fakultas untuk setiap harinya. Hari ke-1, FKIP, hari ke-2, F.Hukum, FISIP, dan F.Kedokteran, hari ke-3, FSSR dan F.Ekonomi, hari ke-4, F.Teknik, FMIPA, dan F.Pertanian, dan hari ke-5, FKIP. Dalam rangkaian acara tersebut, para panitia menyediakan waktu kepada tiap UKM untuk mempresentasikan profil UKM. Selain itu, para mahasiswa baru dapat secara langsung mengetahui dan memperdalam informasi tentang UKM di dua puluh stand yang telah diorganisasi di lantai dua Student Center. “Dengan diselenggarakannya Expo, diharapkan mahasiswa baru akan lebih antusias mengikuti organisasi sesuai dengan minat dan bakatny,” tutur Beny selaku ketua panitia.


Helty_

JN-UKMI Adakan Buka Puasa Bersama Anak Jalanan

(AK-47, UNS) Minggu, 6 September 2009 bertempat di Auditorium UNS, JN-UKMI UNS mengadakan buka puasa bersama. Pada kesempatan kali ini JN UKMI bekerja sama dengan PASIEN, sebuah lembaga yang menaungi BBS (SD dan SMP anak jalanan). Buka puasa yang diadakan oleh JN UKMI ini memiliki konsep lain yang patut dicontoh. Sasaran acara ini yaitu anak jalanan, anak yatim, dan anak TPA sekitar kota Surakarta. Kurang lebih 900 anak jalanan hadir mendatangi acara ini. Koordinator Departemen Dakwah Kampus Putri, Lila, mengatakan bahwa acara ini dapat dikatakan berjalan lancar, walaupun ada beberapa halangan yang ada seperti keterlambatan acara. Namun, secara keseluruhan acara berjalan dengan sukses. Salah satu tujuan acara ini adalah untuk menjalin hubungan baik dengan PASIEN. Selain itu, lanjut Lila, diharapkan melalui acara ini sebagai sarana menolong sesama terlebih di bulan Ramadhan dan mengingatkan pentingnya berpuasa kepada anak-anak jalanan.
Yui_

BKM, MASIH ADAKAH?

Pencairan dana Bantuan Khusus Mahasiswa (BKM) kini mulai di pertanyakan? Terlebih lagi bagi mahasiswa yang mendapatkannya. Pasalnya, dana yang rencananya cair sebanyak tiga kali tersebut baru turun satu kali. Sementara itu, kuota yang tak diambil mahasiswa pun banyak. Lalu bagaimana nasib mahasiswa yang mendapatkan dana BKM? Apakah BKM masih tetap ada?

Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) per 1 Mei 2008 lalu membuat pemerintah memberikan Bantuan Khusus Mahasiswa (BKM) kepada mahasiswa. Tepatnya pada tanggal 8 Juli 2008. Surat pemberitahuan akan dana cair BKM pun dilayangkan.
Ketika ditanya perihal asal usul dana tersebut, Hartono, selaku Kepala Biro Administrasi Kemahasiswaan UNS menyatakan bahwa beliau kurang tahu mengenai dana itu. "Itu bukan dana subsidi, ya saya kurang tahu sebab dana itu dari dikti," ujarnya. Rencananya dana tersebut akan digunakan untuk membantu skripsi dan akan diberikan pada semester Agustus- Januari 2009.
Rencananya, ‘dana segar’ tersebut akan keluar sebanyak tiga kali dengan uang sebesar Rp 500.000,00 per mahasiswa. Sementara itu, kuota yang disediakan pihak Dikti sebanyak 2.669, dan hanya 2.171 yang diambil mahasiswa. Jadi, sisa kuota kosong ada sebanyak 498.
Menurut Hartono, kekosongan kuota tersebut dikarenakan sulitnya mencari mahasiswa yang benar-benar membutuhkan dana BKM tersebut. “Memang angel mencari mahasiwa yang benar-benar kurang mampu bahkan kadang –kadang pada salah alamat. Seperti pada pemberian Bantuan Langsung Tunai ( BLT ), fakta dilapangan banyak ditemukan warga yang sebenarnya mampu tetapi juga dapat. Atau bisa juga karena hanya sedikit mahasiswa yang membutuhkan dana itu,” ungkapnya.
Sejauh ini, BKM baru cair satu kali, yaitu pada bulan Januari 2009. Namun, sepertinya BKM tidak akan ada lagi. Seperti yang diungkapkan Aditya, salah satu mahasiswa PBS, penerima BKM, ”Dulu sudah keluar satu kali dan dulu sudah ada pengumuman kemungkinan gak bakal keluar lagi karena bensin udah turun,” jelasnya. Jika benar demikian, lalu sisa uang yang belum keluar mau di alokasikan kemana? Bayangkan saja 498X Rp 500.000,00 = Rp 249.000.000,00. itu baru satu kali, jika benar-benar akan turun tiga kali lalu bagaimana? Belum lagi dana yang masih dua kali periode yang belum turun itu. Wah..wah…wah…
Menanggapi hal itu, Hartono menjelaskan bahwa pihaknya belum bisa memberikan jawaban pasti perihal kelanjutan BKM tersebut, apakah akan cair lagi atau tidak. ”Untuk konfirmasi lebih lanjut saya belum tau mbak. Kita masih nunggu Dikti, karena dana tersebut bukan dari sini. Mengenai waktunya kapan juga belum tahu,” paparnya. Beliau juga menambahkan bahwa jika ada, pasti BKM sudah keluar. “Namun, kenyataannya tahun 2009 ini belum ada, entah 2010 ada atau tidak saya kurang tahu pastinya. Untuk sisa dananya ya saya kembalikan mbak, eman-eman karena dananya banyak sekali,” tambah Hartono.
Sementara itu, dari pihak mahasiswa masih sangat mengharapkan akan kelanjutan BKM tersebut. “Iya….semoga BKM masih ada lagi kelanjutannya. Kalau misalnya gak ada lagi minimal ya yang kemarin bisa keluar lagi, kan masih dua kali,” ujar Aditya. Namun, segala keputusan akan kelanjutan BKM masih tetap menunggu keputusan dari Dikti. Selain itu, Hartono juga menyarankan bagi mahasiswa yang menginginkan beasiswa hendaknya juga harus aktif mencari. “Jangan hanya mengandalkan publikasi, tapi harus aktif dan jika sudah dapat informasi hendaknya mau berbagi dengan teman-temannya, jangan mementingkan diri sendiri. Tapi jika merasa sudah mampu ya tidak apa-apa,” ujarnya.

N. Endah_

Kemanakah Dana IOM?

Iuran Orang Tua Mahasiswa yang sering disebut IOM dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Terakhir angkatan 2008 iuran minimal adalah Rp 1.000.000,00 yang semula Rp 800.000,00 naik 20 %. Bila dikalikan dengan jumlah mahasiswa regular ada berapa juta uang IOM dan kemana IOM mengalir.

IOM adalah dana yang wajib dibayar oleh mahasiswa reguler FKIP UNS. Tetapi apa itu IOM dan akan dikemanakan dana IOM tersebut? IOM ialah ikatan orang tua mahasiswa. Mahasiswapun tak banyak tahu tentang fungsi IOM, ketika ditanyakan kepada beberapa mahasiswa tentang fungsi dana IOM jawabannya bermacam-macam. “Kalau soal fungsi dana IOM saya kurang tahu, setahu saya dana IOM ini untuk biaya pembuatan lab-lab,” ungkap Tari mahasiswa prodi Bahasa Indonesia ’08 FKIP UNS ketika ditanya soal fungsi dana IOM. “Mengenai dana IOM tersebut telah digunakan untuk membuat gedung UKM, membantu pembuatan gedung F, dan khusus untuk angkatan ’08 dana IOM direncanakan untuk membeli seratus unit komputer , tetapi yang terealisasi baru 50 komputer ,” jelas Marzuki selaku ketua IOM. Marzuki mengungkapkan bahwa sampai saat ini program kerja IOM sudah terealisasi semua sebagai contoh gedung UKM , komputer, dan gedung F. “Tetapi untuk gedung F pembuatannya tidak semuanya berasal dari dana IOM, IOM hanya sedikit membantu saja,” Tambah Sumarsono selaku sekretaris IOM.

Struktur Kepengurusan IOM Belum Ada Reorganisasi
Masa jabatan pengurus IOM yang diketuai oleh Marzuki sebenarnya telah berakhir pada tahun 2008 bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan Dekan FKIP UNS periode 2003-2008, Trisno Martono. Tetapi, berhubung usulan dari Trisno Martono akhirnya pengurus IOM yang masa jabatannya telah berakhir di angkat kembali dengan dikeluarkannya SK oleh Dekan FKIP UNS yang baru Drs. Furqon Hidayatullah, “Kami diangkat tahun 2003 dan seharusnya masa jabatan kami berakhir tahun 2008, tetapi karena usulan dari fakultas akhirnya kami diangkat kembali,” ungkap Marzuki. “Dan fakultas sendiri yang mengusulkan adalah Bapak Trisno Martono Dekan FKIP UNS periode 2003-2008,” tambah Sumarsono selaku sekretaris IOM. Setelah diangkat kembali tahun 2008 sampai sekarang, untuk ketua, sekretaris, dan bendahara tetap sama dan untuk kepengurusan lain ada yang sudah ganti.

IOM Hanya untuk Mahasiswa Reguler
Yang dikenakan IOM hanya mahasiswa regular, sementara mahasiswa nonreguler bebas dari IOM. Menurut salah satu mahasiswi FKIP UNS Prodi Bahasa Indonesia ’06 hal itu sudah sepantasnya karena mahasiswa nonreguler sudah membayar biaya yang besar tiap semester. “Kalau saya sendiri tidak keberatan bila hanya mahasiswa yang reguler saja yang dikenakan IOM, lagi pula kan dana IOM itu digunakan untuk kesejahteraan mahasiswa juga dan hanya dibayar satu kali saja selama kuliah,” ungkapnya. Ketika dikonfirmasikan kepada Marzuki selaku ketua IOM dan Sumarsono selaku sekretaris IOM mengutarakan bahwa memang benar IOM hanya dikenakan untuk mahasiswa regular saja. Sedangkan mahasiswa nonreguler bebas IOM. Hal ini merupakan pertimbangan dari fakultas karena mengingat biaya yang dikeluarkan oleh mahasiswa nonreguler lebih besar dibanding mahasiswa regular sehingga fakultas memberi kebijakan bahwa mahasiswa nonreguler dibebaskan dari IOM. “Sebenarnya kalau saya sendiri tidak akan membeda-bedakan antara mahasiswa regular dan mahasiswa nonreguler. Semua akan saya kenakan IOM. Karena mahasiswa nonreguler juga menikmati fasilitas-fasilitas dari dana IOM, tetapi berhubung ada kebijakan fakultas jadi mahasiswa nonreguler bebas IOM,” Jelas Marzuki.
Ratna_

LEGALISIR ONLINE

UNS baru-baru ini telah mengeluarkan ide yang modern yang sesuai dengan perkembangan zaman, yaitu suatu sistem pelayanan legalisasi secara online. Apakah program baru yang ditawarkan ini efektif bagi mahasiswa ataukah bagi mereka?
Tracer study online melalui legalisasi merupakan sistem online yang digunakan untuk legalisasi. Para mahasiswa menamai sistem ini dengan sebutan legalisir online dikarenakan informasi yang masih kurang didapat oleh mahasiswa padahal sudah dua minggu yang lalu sistem ini berlaku. “Sebutan legalisir online boleh saja tetapi nama sebenarnya tracer study online melalui legalisir,“ ujar Bapak Agus Triharyanto selaku sekretaris ficos (Sat FKIP-red). Legalisir online ini bertujuan mempermudah para alumni untuk melakukan legalisasi dan menuntut para alumni untuk selalu memberikan informasi yang up to date mengenai kariernya. ”Dengan diadakannya legalisir secara online ini, para alumni dituntut harus mengisi kelengkapan datanya sendiri maka dapat dibuktikan kebenarannya,” ungkap Agus selaku sekretaris ficos. Program ini muncul dikarenakan Dikti dalam memberi penilaian tentang akreditasi suatu program studi bukan hanya dari fasilitas dan kualitas dosen, tetapi tracer alumni juga memiliki pengaruh terhadap peningkatan maupun penurunan akreditasi program studi. ”Tracer alumni merupakan salah satu variabel dari penilaian akreditasi program studi. Jadi, keberhasilan alumni dalam berkarier memberikan nilai plus untuk akreditasi program studi,“ tegas Agus.
Proses dalam legalisasi online relatif mudah. ”Proses legalisir online tidak sulit, tetapi bagi alumni yang sudah tua yang mengalami kesulitan maka dapat dibantu siapa saja yang bisa. Namun, bagi yang terlanjur datang ke FKIP tidak masalah karena mereka bisa memanfaatkan anjungan di lobby gedung F atau ficos di basement gedung C FKIP. Jika menemui kesulitan, petugas ficos siap membantu Anda,” tegas Agus. Hal pertama yang harus dilakukan dalam proses legalisasi yaitu membuka website: legalisir.fkip.uns.ac.id. Kedua, isi identitas dan data Anda dengan lengkap hingga mendapatkan PIN ( PIN harus disimpan karena digunakan untuk pembayaran). Ketiga, setelah para alumni mendapat PIN maka harus digunakan dalam pembayaran. “Pembayaran dapat dilakukan di gedung F FKIP UNS bagian keuangan dengan menggunakan PIN dan NIM. Bagi yang berada jauh dari luar kota maka PIN dapat dititipkan pada saudara atau orang yang dapat dipercaya untuk diserahkan,” ujar Agus. Keempat, serahkan berkas legalisasi ke bagian kemahasiswaan disertai lampiran bukti pembayaran. Langkah terakhir, informasi pengambilan legalisir dapat dilihat di : legalisir.fkip.uns.ac.id dan dapat diambil di bagian kemahasiswaan.
Legalisir online mempunyai kelebihan yaitu bagi alumni yang berada diluar kota bahkan luar negeri bisa melakukan legalisir online sehingga mereka tidak harus datang ke FKIP. Selain itu, data alumni dapat tersusun secara rapi dan teratur serta legalisir dapat dicek melalui internet sehingga para alumni tidak mengalami kesulitan. Di sisi lain legalisasi online juga memiliki kekurangan, yaitu masalah dibutuhkannya energi listrik yang lebih besar, tambahan komputer yang membutuhkan biaya lebih. “Power listrik dan tambahan komputer menjadi kekurangan diadakannya legalisir online ini,” ungkap Agus. Dari pihak mahasiswa sendiri mengatakan bahwa lumayan merepotkan karena mereka ke ficos untuk mengisi data dan kembali ke gedung F lagi untuk membayar, seperti yang diutarakan Ilmi, mahasiswa P.Ekonomi’07, “ Dulu saya pernah dititipin kakak saya untuk legalisasi, ternyata prosesnya tidak seperti dulu. Kita harus mengisi data dulu ke warnet kemudian baru ke gedung F. Lumayan ribet.”
Kendala lain juga dijumpai dalam program legalisir online, yaitu dilihat dari sisi alumni, banyak lulusan-lulusan terdahulu yang masih awam dalam dunia internet sehingga mereka merasa tidak mampu untuk mempelajarinya. “Alumni tua biasanya merasa kesulitan dalam menggunakan internet,” ujar Agus. Selain itu biasanya terdapat pegawai-pegawai yang tidak begitu ahli dalam menggunakan komputer sehingga mereka merasa kesulitan, tetapi pihak pengurus FKIP memberikan bantuan dengan diberikannya tenaga pembantu yang diambil dari mahasiswa FKIP sendiri khususnya prodi PAP seperti yang diungkapkan oleh Agus, “Kami memberi bantuan kepada para pegawai yang mengalami kesulitan dalam hal dunia komputer sehingga memudahkan kerja mereka. Kami mengambil tenaga pembantu dari mahasiswa PAP walaupun sebenarnya semua mahasiswa juga bisa, tetapi karena PAP sedikit menjurus terhadap bidang tersebut.” Legalisir online memberi kemudahan bagi para alumni, tetapi bagi alumni yang pengetahuannya kurang dalam pemakaian internet akan merasa kesulitan dan harus dibantu.
Agus Nug_

PEMIRA, Persiapan Dini Bukan Jaminan Sukses

Bergulirnya tahun ajaran baru, pemerintahan dalam kubu mahasiswa pun juga baru. Pemilu sebagai ajang pemilihan wakil mahasiswa. Sejauh mana persiapannya dan akankah berjalan sukses? Ataukah sikap apatis terhadap politik mahasiswa FKIP akan tetap bertahan seperti tahun-tahun sebelumnya?

Bulan November depan akan diselenggarakan pesta demokrasi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP UNS) yang dikenal dengan nama Pemilu Raya (Pemira). Direncanakan, Pemira akan berlangsung pada minggu ketiga atau keempat bersamaan dengan Pemira tingkat Universitas. ”PEMIRA FKIP dilaksanakan pada bulan November depan. Insyaallah minggu ketiga atau keempat yang waktunya sama dengan PEMIRA Univ,” jelas Catur selaku ketua umum Dewan Mahasiswa (DEMA) FKIP. Seperti yang dijelaskannya bahwa dalam pelaksanaannya nanti tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, hanya saja dalam teknis pemilihannya mengikuti teknis pemilu nasional, yaitu dengan mencontreng. ”Pelaksanaannya tak jauh beda dengan tahun kemarin, hanya saja dalam pemilihan nanti ditetapkan dengan cara mencontreng,” ungkap Catur.
Demi suksesnya Pemira, pihak DEMA telah mempersiapkan sejak awal Agustus dengan hasil yaitu pengesahan UU Pemira, pendaftaran anggota KPU, dan pendaftaran berdirinya partai. ”Kami telah tiga minggu persiapan dengan hasil, yaitu UU, membuka pendaftaran KPU, dan menerima laporan berdirinya partai,” ungkap Catur. Anggota KPU yang sesuai undang-undang berjumlah dua belas orang dari mahasiswa FKIP di luar DEMA dan BEM yang akan mengikuti test dan dilantik pada minggu awal September. Untuk partai yang telah berdiri ada tiga, yaitu Partai Orbit Bercahaya, Partai Academia, dan Partai Banteng Revolusi. ”Untuk KPU insyaallah minggu depan akan fitt and propertise dan selanjutnya dilantik. Untuk partai sudah ada tiga yang melapor, yaitu POB, PA, PBR,” jelas Catur.
Persiapan di FKIP adalah persiapan yang paling awal dibandingkan dengan fakultas-fakultas lain di UNS. Banyak hal yang menjadi latar belakang kenapa DEMA mempersiapkan lebih awal diantaranya, yaitu untuk audiensi Undang-undang Pemilu mengingat jumlah mahasiswa FKIP yang terbanyak dan untuk mengantisipasi berbagai kekurangan yang mungkin terjadi. ”Persiapan FKIP lebih awal dibanding fakultas lain. Ini dilakukan untuk berjaga-jaga apabila ada keadaan yang tidak diinginkan dan untuk audensi UU mengingat banyaknya jumlah mahasiswa FKIP,” jelas Catur.
Menilik hasil PEMIRA tahun kemarin yang mencatat jumlah golput yang cukup banyak, pemira tahun ini dapat berjalan lancar. ”Dari persiapan yang lebih awal diharapkan angka golput dapat ditekan, pemira dapat berjalan lancar sesuai Undang-undang sebagai pedoman dan dapat memberikan sebuah wacana dan pendidikan politik bagi mahasiswa FKIP”. Harapan yang dilontarkan oleh ketua umum DEMA. Namun, melihat sikap apatis sebagian besar mahasiswa FKIP terhadap politik untuk Pemira tahun ini dimungkinkan jumlah golput akan tetap tinggi seperti yang diungkapkan oleh Yadi, salah satu anggota UKM Brahmahardika, ”Angka golput di pemira akan tetap tinggi karena banyak mahasiswa FKIP yang apatis terhadap politik.” Kritikan juga diutarakan berkaitan dengan mungkinnya pelaksanaan yang tidak sesuai dengan undang-undang. ”Bagaimana kita tahu pemira berjalan sesuai dengan undang-undang atau tidak kalau kita tidak tahu seperti apa UU tersebut,” tegasnya. Ini akan menjadi tantangan bagi DEMA dalam audiensi sosialisasi UU pemilu bagi seluruh mahasiswa FKIP sehingga persiapan lebih awalpun belum menjamin kesuksesan berjalannya pemira.
Djoko_

Internet Ficos

Internet merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan mahasiswa. Oleh karena itu, sekarang di FKIP muncul layanan internet yang sering disebut ficos. Mahasiswa FKIP pun bisa menggunakan layanan itu dengan tarif yang lebih murah. Selain itu mahasiswa FKIP juga dapat mengikuti proses magang tentunya dengan melalui proses seleksi.

Internet di zaman sekarang merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan mahasiswa, baik itu untuk mencari bahan tugas kuliah ataupun hanya sekedar membuka situs pertemanan. Oleh karena itu, sekarang di FKIP muncul layanan internet yaitu ficos. Ficos mulai aktif tanggal 3 Juni 2009. Di awal permulaan beroperasi ficos memberikan layanan free access selama satu bulan. Ficos setiap hari mulai buka pukul 08.00-17.00. Namun, waktu buka tersebut masih dapat diperpanjang apabila masih terdapat mahasiswa yang menggunakan jasa internet di ficos, seperti yang diungkapkan oleh Fajar selaku Kadiv Piar, “Ficos mulai buka pukul delapan pagi sampai lima sore. Misalnya ada yang menggunakan bisa diperpanjang sampai malam.” Fajar menambahkan bahwa jadwal jaga mingguan sebanyak enam orang yang mana jadwalnya itu dibagi sendiri-sendiri dengan pertanggungjawaban per minggu.
Sekarang di ficos memiliki total magangers sekitar 24 orang. Sistem gaji untuk magangers menggunakan sistem bagi hasil. Namun, saat ini magangers belum mendapatkan gaji karena hasil dari ficos masih difokuskan untuk perbaikan dan pengembangan infrastruktur ficos termasuk pengadaan seragam bagi magangers, seperti yang diungkapkan oleh Fajar, “Sampai saat ini belum ada gaji. Hasilnya ficos masih digunakan untuk perbaikan dan pengembangan infrastruktur termasuk pengadaan seragam. Dan ini sebelumnya sudah menjadi kesepakatan dengan magangers.” Hal serupa juga diungkapkan oleh Agus selaku sekretaris Ficos, “Untuk saat ini belum ada uang makan. Kemarin uang dialokasikan untuk seragam.” Di Ficos sendiri yang mengurus masalah gaji sampai saat ini belum ada karena SK-nya juga belum dibuatkan, tetapi ficos sudah mempunyai laporan. “Dengan berjalannya laporan direncanakan akan didapatkan SK,” tambahnya.
Syarat mahasiswa untuk bisa magang di ficos, yaitu mahasiswa FKIP UNS. Untuk syarat lain tidak ada, yang penting mahasiswa mengetahui sedikit tentang IT, seperti yang diungkapkan Agus, “Syarat magangnya, yaitu mahasiswa FKIP UNS. Sedikit banyak mengetahui tentang IT. Karena di ficos yang dicari bukan sekedar IT, tetapi memang tujuan magang yaitu belajar dengan motivasi dan keinginan yang besar.” Untuk masalah perekrutan magangers, hal ini langsung berkaitan dengan ICT seperti yang diungkapkan oleh Fajar, “Untuk masalah perekrutan langsung berkaitan dengan ICT.” Setelah lebaran magangers dijadwalkan untuk mengikuti study club. Seharusnya study club ini sudah dimulai sejak bulan Ramadhan, namun berhubung para magangers ficos didominasi oleh mahasiswa FKIP semester enam maka study club belum bisa dilaksanakan karena mahasiswa semester enam masih sibuk dengan PPL. Agus berharap supaya ICT segera membentuk jadwal study club sesuai dengan kompetensi masing-masing. Dalam satu tahun pertama nantinya akan diadakan evaluasi apa yang dapat berkembang di ficos dikelola lebih lanjut, tetapi yang tidak berkembang berarti hal-hal tersebut tidak berhubungan dengan ICT. Hal ini diungkapkan oleh Agus, “Satu tahun akan dievaluasi, yang dapat berkembang dikelola lebih lanjut, tetapi yang tidak berkembang berarti tidak sesuai dengan ICT.” Untuk angkatan pertama diperkirakan modelnya tidak satu tahun, tetapi satu setengah tahun karena angkatan pertama ini merupakan perintis.
Adanya pemasangan tarif setelah masa promosi free access selama satu bulan tidak mengurangi minat pengunjung untuk menggunakan jasa internet di ficos. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Agus, “Pengunjung tambah ramai menjadi empat sampai lima kali lipat. Sampai-sampai para pengunjung mengantri.”

Mico_Ratna

Next, Istana UKM di FKIP !!


Setelah perenovasian lapangan yang berada di depan gedung KBM selesai selanjutnya akan dibangun sekretariat baru untuk UKM, yaitu berada di sebelah utara gedung A. Sejauh mana persiapan yang telah dilakukan? Apakah lagi-lagi terbentur masalah dana?


Kurangnya Ruang untuk Sekretariat UKM
Dalam setiap UKM terdapat sekretariat. Sekretariat atau yang biasa disebut “sekre” merupakan suatu wadah untuk berkumpul dan menyalurkan aspirasi mahasiswa dalam UKM yang diikutinya, antara lain untuk rapat, berdiskusi, menyimpan arsip maupun dokumen dan sebagainya. FKIP mempunyai 2 gedung UKM, yaitu yang berada di depan lapangan dan sebelah utara gedung A yang digunakan untuk sekretariat masing-masing UKM. Semua itu disediakan untuk memfasilitasi mahasiswa. Namun, bagaimana jika suatu UKM belum mempunyai sekretariat? Hal ini salah satunya terjadi pada UKM Paduan Suara Mahasiswa (PSM). “Kami belum mempunyai sekre. Jadi, selama ini untuk surat-menyurat kita menggunakan sms. Kalau UKM lain kan dokumentasinya disimpan di sekre, kalau dokumentasi kita dibawa sekretarisnya sendiri-sendiri,” ungkap Rika, ketua PSM. Sebenarnya dari pihak PSM tidak banyak menuntut, tetapi jika ada sekretariat tentunya akan menjadi lebih baik. “Kita kan berdirinya sudah lumayan lama dan anggotanya makin banyak maka kita juga perlu sekre. Meski sebenarnya untuk latihan PSM lebih enak di luar, tapi kalau ada sekre kan lebih baik,” tambah Bernard, dari PSM.
Ketika dikonfirmasikan kepada Marzuki, selaku ketua IOM, mengungkapkan bahwa gedung UKM sekarang ada sepuluh kamar. Sebenarnya dapat digunakan untuk sepuluh UKM, tetapi sudah ada yang menempatinya, mungkin untuk sekretariat maupun gudang. Ke depannya, untuk mahasiswa baru 2009, pihak IOM akan mengadakan pertemuan dengan orang tua mahasiswa baru untuk membahas masalah tersebut. “Untuk hari Rabu, tanggal 2 September 2009, kami akan mengajak orang tua maru untuk membahas pengadaan pembangunan gedung UKM yang baru,” Ungkapnya.


Tahap Perencanaan, Design Telah Dibuat
Persiapan pembangunan gedung UKM yang baru saat ini telah masuk pada tahap perencanaan. Gedung UKM baru tersebut rencananya akan dibangun di sebelah utara gedung A. Design-nya pun telah dibuat. “Persiapan yang dilakukan, yaitu membuat suatu perencanaan, design dari gambar bangunan itu sendiri sudah jadi dan telah disosialisasikan oleh pengurus IOM kepada pihak BEM,” jelas Sugiyanto, Pembantu Dekan II FKIP UNS. Semuanya dilakukan untuk dapat mewadahi aktivitas mahasiswa agar dapat lebih berkembang dan menjadi lebih baik lagi. “Gedung UKM yang berada di sebelah utara gedung A sekarang kan bentuknya letter L. Itu akan kita perbaiki, kita satukan menjadi letter U,” tutur Sumarsono selaku sekretaris IOM. Lantai bawah akan dibuat sekretariat untuk masing-masing UKM. Paling tidak akan ada delapan ruang lagi. Kemudian untuk lantai dua yang menghadap ke timur akan dibangun ruang pertemuan semacam aula. Sehingga nantinya mahasiswa dapat menggunakan ruangan tersebut untuk melakukan suatu kegiatan yang bermanfaat. Rencananya semua ruang sekretariat UKM di FKIP akan berada di sana berkumpul menjadi 1 atap. Namun, untuk pembagiannya, yaitu sebelah mana, bagian mana, untuk sekretariat UKM apa belum dapat dijelaskan. Pasalnya nanti akan dievaluasi lagi mana UKM yang butuh ruang besar dan yang butuh ruang kecil. “Ya nanti coba dikelola, yang penting kita adakan dulu dan nantinya tinggal mengatur. Hal ini untuk menghindari adanya rayahan ruang,” tambah Marzuki.


Keterbatasan Dana IOM
Mengenai pendanaan, pembangunan gedung tersebut berasal dari dana IOM. “Pendanaan dari IOM, tapi sepertinya dana IOM belum mampu untuk itu, paling tidak kira-kira butuh waktu dua tahun lagi,” tutur Sugiyanto. Untuk perealisasiannya menunggu adanya dana dari IOM, salah satunya iuran dari orang tua mahasiswa baru.
Seperti diketahui, program IOM tidak hanya pada pengadaan komputer saja, tetapi juga pemberian beasiswa untuk mahasiswa kurang mampu dan untuk membiayai kegiatan-kegiatan di UKM. Pasalnya sebagian program IOM tidak bisa jalan karena berhenti pada biaya. ”Saat ini IOM punya pinjaman 150 juta kepada pihak ketiga. Harapan kami, mahasiswa dari angkatan 2003 sampai 2009 yang belum membayar IOM supaya segera melunasinya. Tidak usah menunggu sampai wisuda. Kalau pendanaan lancar, pembangunan juga akan lancer,” tutur Marzuki. Senada dengan itu, hal tersebut mendapat tanggapan dari Tata, mahasiswa prodi Ekonomi, “Kalau menurutku itu tergantung dari kesadaran mahasiswanya. Banyak sekali yang nggak memikirkan seperti itu. Mereka malah menunda-nunda pembayaran IOM sampai mau lulus baru bayar. Padahal kan kalau kita bayar lebih cepat, kita juga bisa merasakan dan menggunakan fasilitas baru tersebut. Ya semoga bagi yang sudah bisa membayar IOM segera melunasinya. Kasihan kan pembangunannya jadi tertunda.” Harapannya untuk ke depan semoga pendanaan menjadi lancar sehingga UKM-UKM yang belum mempunyai sekretariat dapat segera mempunyainya dan program-program IOM yang tujuannya untuk memfasilitasi mahasiswa dapat berjalan lancar.

Abied_

Tempat Sampah yang Terlewatkan

Kebersihan sebagian dari iman. Ungkapan tersebut merupakan hal klise yang sering kita dengar. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kebersihan merupakan hal yang harus diperhatikan karena kebersihan juga berpengaruh terhadap kesehatan dan keindahan. Sering kita sebagai mahasiswa UNS dan khususnya FKIP dituntut untuk dapat menjaga kebersihan. Dimulai dari hal yang paling kecil yaitu tidak membuang sampah sembarangan.
Namun, hal tersebut juga tidak dapat dilaksanakan dengan baik apabila sarana atau infrastruktur seperti tempat sampah tidak tersedia. Di gedung E khususnya, tempat sampah yang semestinya ada di setiap lantai untuk memudahkan orang-orang dapat membuang sampah, malah tidak ada. Mungkin memang ada beberapa tempat sampah, tetapi peletakannya tidak strategis. Sehingga mahasiswa yang hendak membuang sampah terpaksa membuangnya di halaman. Akhirnya sampah-sampah menumpuk di halaman. Sampah-sampah tersebut tentu saja kurang sedap dipandang dan gedung E FKIP jadi terkesan kotor. Hal ini sungguh ironis karena menyediakan beberapa tempat sampah juga tidak terlalu membutuhkan biaya yang besar. Meskipun merupakan hal yang kecil namun jangan sampai dilewatkan. Semoga FKIP dapat lebih memperhatikan dan membenahi keadaan gedung serta infrastruktur yang ada.
Cheney Christ Sabatini

Sugiyanto : “…Tapi saya pesimis kalau diselesaikan tahun ini, paling tidak kira-kira butuh waktu 2 tahun lagi…”

Berikut ini adalah kutipan wawancara dengan Pembantu Dekan II FKIP UNS, Drs. Sugiyanto, M.Si, M.Si mengenai perencanaan pembangunan gedung UKM baru yang berada di sebelah utara gedung A.



Bagaimana persiapan pembangunan gedung UKM baru yang berada di sebelah utara gedung A?
Persiapan yang dilakukan, yaitu membuat suatu perencanaan, design dari gambar bangunan itu sendiri sudah jadi dan telah disosialisasikan oleh pengurus IOM kepada pihak BEM. Semua itu untuk memenuhi aktivitas UKM di lingkungan FKIP yang kurang tempat, perlu ditata rapi dan untuk mewadahi aktivitas mahasiswa yang berkembang dan juga akan ada ruang pertemuan. Sehingga dengan adanya ruang yang relatif mencukupi ini diharapkan aktivitas mahasiswa akan menjadi lebih baik.

Mengenai masalah dana, apakah berasal dari dana IOM semua?
Ya. Harapannya IOM mampu untuk itu. Ya syukur kalau tahun ini. Tapi saya pesimis kalau diselesaikan tahun ini, paling tidak kira-kira butuh waktu 2 tahun lagi.

Apakah semua sekretariat UKM di FKIP nantinya akan dijadikan 1 gedung berada di sebelah utara gedung A?
Ya, kira-kira harapannya seperti itu. Semuanya punya ruang. Harapannya, yaitu semua aktivitas dapat berjalan lebih baik.

Apakah nantinya sekretariat UKM yang berada di depan lapangan futsal juga akan dipindah di gedung UKM yang baru?
Nanti kita akan lihat kapasitas yang ada, mana yang lebih memadai. Daripada berjubel di sana, alangkah baiknya dicari tempat yang lebih baik. Kalau masalah pindah atau tidaknya mana, kita lihat mana yang kurang, itu yang harus diwadahi.

Rencananya akan dibangun berapa ruang di gedung UKM baru tersebut?
Bangunan ini nanti akan menghadap ke timur. Untuk lantai atas yang menghadap ke timur akan ada ruang pertemuan semacam aula. Yang lantai bawah bisa untuk ruang kegiatan. Paling tidak akan ada 8 ruang lagi. Nanti akan kita evaluasi lagi, terlalu lebar atau tidak. Ruangnya akan kita atur lagi. Artinya kita bangun kesetujuannya, untuk siapa. Uang IOM akan diutamakan ke arah mahasiswa.

Bagaimanakah sosialisasinya kepada mahasiswa mengenai rencana pembangunan gedung UKM yang baru ini?
Kemarin saya tidak tahu persiapannya. Paling tidak pihak IOM telah menyampaikannya kepada presiden BEM. Kan BEM sudah mewakili, maksudnya pemerintahannya dalam konteks ini kan BEM. Kalau tidak salah BEM juga sudah memintai pendapat kepada beberapa UKM. Itu kan tujuan juga untuk mereka sendiri.

Sms Inbox

Byg P IPS Sosiologi Antropologi
Lapangan belakang gedung C selain ring basket alangkah indahnya kalo ditambahtiang gawang untukfutsal, mengingat dominasi mahasiswa peminat futsal lebih banyak dibanding basket. Siapa tahu FKIP melahirkan atlit-atlit nasional futsal. Masalah waktu antara futsal dan basket bisa dijadwal.

Farida P Ekonomi
Buat pengelola gedung FKIP
Selama setahun ini pembangunan n perbaikan fasilitas, terutama gedungnya cukup baik, sebaiknya jangan membangun gedung2 yang bgs tp memperbaiki gedung2 yg ada, memperbaiki fasilitas kuliah seperti LCD, kursi yg nyaman, laboraturium yg nyaman, jgn lupa memperbaiki kamar mandi terutama, coz KM kurang layak.

Leyley P Sejarah
Assalamu’alaikum
Buat Bapak2 yang diatas.Perpus pusat kapan jadinya???perpusnya berantakan. Qt jd g nyaman pas nyari or baca buku disana. Tolong ya pak

Indri PKn
Perbaiki Gd D, perbanyak tong sampah, kursi2 yg berserakan diluar merusak pemandangan.

Pipit Nenda P B.Inggris
Tolong perbaiki Gd FKIP yg da pd tua, khususnya Gd E, tambahin Acnya. Seluruh Gd dicat spt Gd F, biar bgs g klh ma Fakltas lain

Rosiana PKn
Penataan parkir Gd B kurang terarah sgt berantakan, pnarikan karcis hrs lbh diperketat coz kdg penjaga penjaga parkir bekerja krg profesinal.
S2 dan S3 FKIP harap diupayakan dibuka spt di UPI Bandung utk meningkatkan kualitas profesionalitas guru/dosen shg bs mjd LPTK yg menghasilkan tng penddk yg berkualitas.
BEM, dl sy mendengarprogram 100hr stlh pngangkatan salah satu programnya adalah penggalakan kebersihan. Sdh dilaksanakan blm? Cos FKIP kotor bgt.
Perpus FKIP, buku2nya harap dilengkapi, suasanya sudah nyaman.

Tiwuk P Sejarah
Byk tulisan AWAS PENCURIAN HELM tp pengamanan g ad.
Pengakraban tingkat prodi perlu dipertanyakan, byk yg g kenal kakak tingkat, fasilitas dll.
Sampah dimana mana. Tempat sampahnya limited.
Pisahkan KM ce ma co.
Perpus perlu tambah koleksi buku.

Sms Inbox

AJIB IP/Pkh
Semakin hari semakin terpuruk kamar mandi kita. Sampai kapan kita merasakan ketidaknyamanan itu. Tolooooooooong berikan yang setimpal dengan biaya yang kita keluarkan.

ADI FKIP BASTIND
Gedung F keren abis,
gedung B ada perpustakaan FKIP, Gedung C ada internet, gedung D ada laboratorium komputer internet juga ada, gedung E da apa ya???sering mati lampu pas kuliah, gedung A belum tahu nasibnya. Kenangan terindah x ya….sekian dulu. Tunggu episode berikutnya dari gedung-gedung FKIP.

YUNITA FKIP B.inggris
Kenapa pengumuman pendaftaran dan pembayaran PPL di prodi bahasa inggris mendadak sekali ? H-1 date line baru ada pemberitahuan. Beruntung masih ada beberapa teman yang berada dikampus ,sehingga kami tahu , soalnya banyak mahasiswa berada di rumah karena sudah selesai ujian. Semuanya mendadak.

VEDERIKA FKIP Ekonomi
Sebenarnya kalau uang kuliah naik 10% itu wajar, kalau dikatakan efektif,kalau tujuan tercapai. Tapi kalau uang iom naik 10% baru nggak wajar

NOVA FKIP Sejarah
Kursi-kursi pada rusak,air kamar mandi sering macet, mushola kurang terawat, kebersihan lingkungan kurang. Terimakasih

DONI FKIP Sejarah
Kedisiplinan dan ketepatan waktu dosen pada saat akan mengajar agar lebih ditingkatkan lagi, supaya mahasiswa tidak terlalu lama menunggu,ruang kuliah agar diperbaiki lagi, agar mahasiswa nyaman ketika kuliah,

Xxxxxxxxxxxx
Kinerja FKIP sudah baik,,saya merasakan banyak peningkatan program2 fakultas, kinerja dosen maupun pembangunan fisik FKIP...
Mungkin sedikit mengenai penyewaan aula gedung f...tapi itukan juga wajar. Walaupun dana dari mahasiswa sendiri, cuma uang sewa jangan mahal-mahalkasihan mahasiswa ...
Keamanan FKIP mohon ditingkatkan, baik dari pihak parkiran maupun dari satpam sendiri. Mahasiswa sebaiknya ikut membantu menjaganya, karena mahasiswa penghuni daripada Fkip.

SPP naik 10% = Kualitas naik 100%, mungkinkah?

Selamat datang mahasiswa baru Universitas Sebelas Maret (UNS). Selamat datang juga bagi potensi-potensi baru untuk dikembangkan di kampus hijau dan termurah ini. Mungkin itu sedikit ucapan untuk menyambut mahasiswa baru UNS. Masih banyak ucapan-ucapan yang lain, akan tetapi lebih banyak permasalahan yang seharusnya perlu kita ucapkan. Permasalahan yang paling begitu perlu disoroti adalah biaya SPP UNS yang tiap tahun naik 10% dan juga ditiadakannya OSMARU tingkat prodi. Permasalahan ini sangat patut kita soroti, UNS terkenal dengan PT dengan biaya murah berkualitas. Akan tetapi nampaknya ini tidak berlaku lagi, karena tiap tahunnya biaya selalu naik untuk mahasiswa baru. Semakin naiknya biaya pendidikan di UNS, menjadikan masyarakat kecil/miskin urung mengkuliahkan anaknya karena tak mampu membiayainya.
Hampir tiap tahun ajaran baru terdengar teriakan menolak kenaikan SPP, namun tidak ada tanggapan sedikitpun dari pihak universitas (tindakan nyata penurunan biaya). Pihak Universitas berdalih ini sudah menjadi SK rektor tahun 2005. Namun, palu sudah diketok, SK sudah ada. Pihak mahasiswapun mempertanyakan, kenapa keputusan itu tidak melibatkan mahasiswa (kemaslahatan mahasiswa)? Ternyata itu adalah hasil dari warisan mahasiswa terdahulu. Salah dalam mengambil keputusan, membuat orang lain menjadi terkena imbasnya. Mahasiswa harusnya dilibatkan dalam musyawarah keputusan dalam kepentingan mahasiswa. Bukan melibatkan mahasiswa perorangan atau kelompok, tapi melibatkan kemaslahatan mahasiswa secara umum.
Kita sebagai mahasiswa dalam posisi dilematis. Dalam satu sisi kita dituntut untuk lebih kritis untuk menanggapi permasalahan-permasalahan yang muncul dikampus demi kepentingan mahasiswa. Di sisi lain kita di atur oleh aturan yang kadang kurang pas dengan kita. Biaya naik, setidaknya fasilitas dan kualitas pendidikan lebih ditingkaatkan. Agar adanya keseimbangan antara biaya dengan fasilitas yang ada. Tidak ada istilah prasarana rusak, tidak bida dipakai, kurang lengkap dll. Termasuk dalam hal mendapatkan perlakuan yang baik untuk bisa mengembangkan potensi. Kita tunggu keseimbangan itu.

Guru Besar Baru di FKIP

(AK47) UNS Kamis, 6 Agustus 2009 bertempat di Auditorium UNS berlangsung pengukuhan Guru Besar UNS salah satu dari sejumlah guru besar yang dikukuhkan berasal dari FKIP,beliau adalah Pembantu Dekan (PD)1i, Prof. Dr. rer. Nat. H. Sajidan, M.S ,yang saat pengangkatanya genap berusia 43 tahun dan dinobatkan sebagai guru besar termuda pada angkatanya kali ini. “ Pak Sajidan merupakan Guru Besar termuda dalam pengukuhan kemarin..” Jelas Wahid yang hadir dalam pengukuhan Guru Besar. Dalam kesempatan itu ,beliau menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar Genetika Pada Fakultas Keguruan dan Pendidikan UNS dengan judul ‘”Teknologi perkombinan Enzim Vitase dan Implementasinya dalam Pembelajaran Mata Kuliah Biokimia, Genetika dan Bioteknologi”. Acara yang dimulai pukul 09.00 turut dihadiri oleh Prof. Dr. H.Muh. Syamsulhadi, dr, Sp.KJ selaku Rektor UNS sebagai ketua senat Universitas Sebelas Maret, Sekretaris dan anggota senat, para pimpinan dari Fakultas, Pascasarjana, lembaga, UPT, Jurusan, Prodi, para dosen karyawan dan mahasiswa, serta para pejabat sipil dan militer, para tamu undangan dan para wartawan dari berbagai media, terlihat khidmat dalam mengikuti berlangsungnya acara pengukuhan Guru Besar. “Proses pembelajaran yang baik mampu memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar secara mandiri dengan menggunakan buku ajar dan meningkatkan pemahamannya dalam perkuliahan dan penugasan berbasis computer (ICT) yang diberiikan.” Petikan pidato Prof. Dr. rer. Nat. H. Sajidan, M.S dalam pidato Pengukuhan Guru Besar.

FKIP UNS adakan Studium General Chemystry Misconceptions Diagnosis, Prevention, and Cure

(FKIP UNS) Senin (10/8) Pukul 09.00 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS mengadakan Studium General Chemystry Misconceptions Diagnosis, Prevention, and Cure Pembicara adalah Prof. Dr. Hans Dieter Barker dari Institute of Didactics of Chemistry, Universitas Muenster Jerman. Acara ini bertujuan untuk menjelaskan miskonsepsi siswa terhadap pelajaran kimia. Acara yang bertajuk diskusi ini dilaksanakan di aula gedung F FKIP UNS Surakarta.
Acara tersebut diketuai oleh Drs. Sulistyo Saputro, M.Si dan dibuka oleh Dekan FKIP UNS, Prof.Dr. Furqon Hidayatullah, M.Pd yang juga dihadiri oleh Pembantu Dekan I, Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., Pembantu Dekan II, Drs.Sugiyanto, M.Si., Pembantu Dekan III Drs.Amir Fuady, M.Hum. terlihat juga para tamu undangan yang terdiri dari guru SBI di kota Solo, semua pimpinan jurusan dan prodi, semua dosen PMIPA, serta mahasiswa SBI. Peserta yang datang sekitar seratus orang.
Pembicara menjelaskan miskonsepsi siswa terhadap pelajaran kimia, mendiagnosis, kemudian tentang langkah pencegahan dan penanggulangannya. Di akhir acara ada tanya jawab antara peserta dengan Prof. Dr. Hans Dieter Barker. Rosa, salah satu mahasiswa SBI kimia semester VII yang ikut dalam acara tersebut, ”Senang sekali. Apalagi pembicara dari Jerman, jurnalnya sudah diinternasionalkan, bangga ada di situ apalagi anak SBI Kimia diberi kesempatan buat microteaching di depan beliau dan dikomentari. Profesornya ramah dan siap ditanya”, ujarnya.

Suci_

SEMINAR ILMIAH & PEMBUKAAN SCIENCE WEEK 2009 GRAFITASI

Pertengahan Agustus 2009, Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMP) Fisika Grafitasi, akan menggelar rangkaian acara Science Week 2009. Meliputi, seminar ilmiah bagi mahasiswa dan umum, workshop Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi guru SMP dan SMA se-Jateng dan DIY, dan lomba fisika bagi siswa siswi SMP dan SMA se-Jateng dan DIY. Science Week 2009, mengambil tema Formulasikan Jiwa dan Wujudkan Cita Fisika untuk Dunia.
Rabu, 12 Agustus 2009, HMP Fisika Grafitasi menggelar seminar ilmiah, sekaligus pembukaan rangkaian acara Science Week 2009 secara resmi oleh Pembantu Dekan 3 FKIP UNS, Drs. Amir Fuady, M. Hum. Tema dari seminar ini adalah Seberapa Besar Gelombang Elektromagnetik Otak Berpengaruh pada Kekuatan Pikiran. Bertempat di ruang sidang II gedung A FKIP UNS, dan dihadiri tidak kurang dari 136 peserta dari dalam dan luar UNS.
Heru Edi Kurniawan selaku ketua panitia Science Week 2009 mengungkapkan, bahwa yang melatarbelakangi seminar ilmiah ini, adalah mahasiswa sebagai intelektual muda dan agent of change yang tangguh, perlu persiapan-persiapan dengan meningkatkan skill berfikir ilmiah, agar bisa melanjutkan estafet penelitian dan penemuan baru dalam perkembangan IPTEK. Diungkapkannya pula, seminar ini bertujuan untuk memfasilitasi mahasiswa dalam meningkatkan skill berfikir ilmiah serta menambah wawasan dan pengetahuan terutama dalam kaitannya dengan tema semil Seberapa Besar Gelombang Elektromagnetik Otak Berpengaruh pada Kekuatan Pikiran, sehingga mahasiswa mengetahui kekuatan berpikir manusia dan pengaruh musik klasik terhadap kecerdasan otak.
Menghadirkan dua orang pembicara, yaitu Prof. Dr. Aris Sudiyanto, dr. Sp. KJ, yang membahas tentang kaitan otak dengan perilaku manusia, dan Dr. Eng. Budi Purnama, S. Si, M. Si, yang membahas tentang How brain cell communicate. Masing-masing pembicara menyampaikan materi selama 45 menit, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab selama 60 menit. Dalam simpulan, bahwa kontur medan magnet dalam otak menunjukkan kondisi yang berbeda saat otak melakukan aktivitas yang berbeda, dan dengan memanfaatkan gelombang elektromagnetik otak, diharapkan dapat memaksimalkan kinerja.
Acara yang dimulai pukul 09.00-12.30 WIB ini, secara keseluruhan berjalan dengan cukup lancar. Para peserta juga tampak antusias mengikuti seminar, dengan ditandai dari beberapa pertanyaan yang diajukan, terkait materi yang disampaikan pembicara. Harapannya, seminar ilmiah dapat digelar lagi dengan tema yang update. “Harapannya semoga acara seminar ilmiah ini tetep terus berjalan lancar dengan tema-tema yang lebih update. Cakupannya bisa diperluas baik dari segi wilayah, dan pembicara mulai tingkat regional sampai nasional. Misalnya, minimal bisa menghadirkan peneliti dari LIPI atau lulusan luar negeri yang konsen di bidangnya,”jelas Heru.

SuFi

Pelantikan HMJ P. IPS

(AK47, FKIP UNS), Selasa (12/8) Himpunan Mahasiswa Jurusan P.IPS adakan Pelantikan Pengurus periode 2009-2010 di Gedung A, Ruang Sidang II. Acara yang dimulai pukul 09.00 tersebut dihadiri oleh 30 pengurus dan tamu undangan.
Pelantikan dibuka oleh Djoko Sulistyo, sebagai perwakilan dari tim formatur HMJ PIPS. Dilanjutkan sambutan dari sekretaris jurusan P.IPS, Drs Sunarto, MM. Memasuki acara inti, pengurus HMJ PIPS dilantik oleh Presiden BEM FKIP UNS, Berry Nur Arif. Acara selanjutnya, adalah pemaparan visi dan misi HMJ PIPS oleh Lilik Tri Wahyono, sebagai Ketua Umum terpilih. Visi HMJ P.IPS yakni, menjadikan HMJ P.IPS sebagai wadah pemersatu mahasiswa P.IPS dan sebagai lembaga yang edukatif, aspiratif dan professional. Dalam pelantikan tersebut, Lilik mengungkapkan, “Harapan saya dengan terbentuknya HMJ P.IPS adalah mahasiswa di jurusan P.IPS bisa lebih akrab baik sesama mahasiswa maupun dengan birokrasi, yang tentunya diimplementasikan proker yang mendukung tujuan tersebut”.
Evi_

SKI Adakan Raker

(AK47, FKIP UNS) Rabu, 29 Juli 2009 SKI (Sentra Kegiatan Islam) FKIP UNS mengadakan Raker. Raker ini diadakan oleh Departemen Administrasi dan Organisasi dari bidang kesekretariatan. Raker ini bertujuan untuk merencanakan dan menetapkan program kerja SKI selama periode kepengurusan seperti yang diungkapkan oleh Dandy Andreas Pratama Putra selaku ketua panitia, “Raker bertujuan untuk merencanakan dan menetapkan program kerja (proker) yang akan diselenggarakan bulan Juli-November 2009.” “Raker ini juga untuk menyolidkan seluruh pengurus SKI FKIP UNS,” tambahnya. Raker yang dimulai pukul 12.45-17.00 WIB dengan sasaran seluruh pengurus SKI ini juga diselingi dengan games bareng Ketum SKI dan testimoni dari PHT dan Staff. Menurut Dandy dengan melihat peserta yang hadir acara ini sudah dianggap cukup sukses yang menutup sesi wawancara ini.

Jtm_

SAMA-SAMA COPY PASTE

Laporan praktikum, penyusunan RPP, laporan observasi dan laporan PPL merupakan beberapa contoh laporan yang masih menggunakan tulisan tangan. Penggunaan tulisan tangan dalam laporan bertujuan untuk menghindari adanya copy paste tugas dan laporan mahasiswa. Namun, kenyataan dilapangan masih banyak praktek “penggandaan” tugas meskipun menggunakan tulisan tangan. Mahasiswa sudah disibukan dengan kegiatan kuliah, organisasi dan kegiatan diluar kampus. Mencuat pertanyaan, apabila sama-sama hanya copy paste, bukankah lebih evektif dan efisien bila menggunakan komputer?
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tegnologi memberi dampak yang luar biasa diberbagai bidang, termasuk penggunaan komputer diberbagi komponen (koputerisasi, red). Diera globalisasi, setiap komponen dituntut untuk mampu menguasai ilmu pengetahuan dan tegnologi termasuk penguasan komputer. Pendidikan menjadi salah satu komponen yang tak terlepas dari penggunaan komputer. Misalnya penyusunan tugas-tugas, penyusunan skripsi serta komputer sebagai media pembelajaran. Pendidik dituntut mampu menguasai penggunaan dan pengoperasian komputer maupun tegnologi lain. Namun, masih ada beberapa pendidik yang masih gagap tegnologi dengan alat-alat canggih sebagai media pembelajaran. “ ada dosen yang masih belum bisa memindah data dari komputer ke flashdisk..” ungkap Wati mahasiswa jurusan IPS FKIP UNS. Oleh sebab itu sebagi calon pendidik, mahasiswa FKIP pada khususnya harus lebih sering menggunakan komputer agar tebiasa dan pada akhirnya mahir dan tidak gaptek.”.. Oleh sebab itu penggunaan komputer dalam penyusunan tugas menjadi salah satu alternative untuk menghindari lulusan FKIP yang gagap teknlogi. ”mahasiswa harus menggunakan komputer dalam penulisan laporan dan tugas-tugas biar tidak gaptek..” tambahnya.
Penggunaan tulisan tangan dalam penyusunan tugas dan laporan observasi mahasiswa menuai pro dan kontra dikalangan mahasiswa dan dosen. Misalnya dalam penyusunan RPP, Laporan PPL, laporan observasi dan tugas tugas praktikum. Penulisan tugas dan laporan menggunakan komputer terhitung lebih efektif dan efisien. Namun, kemudahan yang dihadirkan sering disalahgunakan oleh sebagian mahasiswa misalnya dengan meng-copy paste tugas teman. Menekan kecurangan mahasiswa menjadi salah satu latar belakang pemilihan tulisan tangan dibanding menggunakan komputer. “..alasan penggunaan tulisan tangan untuk laporan praktikum dan laporan observasi PPL adalah untuk mengurangi adanya kecurangan seperti menyalin milik teman, Skripsi saja ada yang copy paste..” ungkap Sukardjo selaku Ketua PPL. Namun tak sedikit mahasiswa yang hanya menyalin tugas milik kakak tingkat meskipun tugas ditulis dengan tangan, misal laporan praktikum. Laporan praktikum dari tahun ketahun sama sebab bahan yang diuji selalu sama. “..Misal P MIPA, laporannya kan dari tahun ketahun selalu sama jadi bisa pinjam kakak tingkat..”. Jelas Sutaryadi Selaku Ketua Prodi Pendidikan Ekonomi.
Latar belakang penggunaan tulisan tangan adalah untuk menghindari “penggadaan” tugas mahasiswa kurang sebanding dengan tuntutan penguasaan tegnologi serta keefisienan waktu yang digunakan. “..kalau sama-sama hanya copy paste bukankah lebih efektif bila menggunakan komputer..” Papar Dwi mahasiswa program studi Bahasa Indonesia. Kedepan, diharapkan akan ada perubahan dan perbaikan dalam penyusunan tugas dan laporan agar menjadi lebih efektif dan efisien. ”harapanya suatu saat laporan tulis tangan bisa berganti dengan ketik komputer.” Tambahnya. Terlepas dari pro kontra alasan penggunaan tulisan tangan dengan komputer adalah copy paste yang perlu digaris bawahi adalah penguasaan ICT oleh para calon guru sehingga lulusan FKIP UNS mampu bersaing didunia kerja, seperti yang diungkapkan oleh Prof. Dr. rer. Nat. H. Sajidan, M.S dalam pidato pengukuhan Guru Besar “Proses pembelajaran yang baik mampu memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar secara mandiri dengan menggunakan buku ajar dan meningkatkan pemahamannya dalam perkuliahan dan penugasan berbasis computer (ICT) yang diberikan”.

Putri_

Buku Pedoman Akademik yang Terlambat Diterima

Seseorang dalam menjalani hidup tentunya tidak terlepas dari sebuah pedoman. Pedoman itu entah dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis dijadikan sebagai acuan dalam menjalani berbagai aktivitas atau tindakan. Hal semacam ini berlaku bagi semua manusia termasuk mahasiswa.
Seorang mahasiswa menjalani aktivitasnya di dalam kampus, baik di bidang akademik maupun nonakademik yang berhubungan dengan dunia kampus tentunya mempunyai sebuah pedoman. Di UNS sendiri setiap mahasiswa memang sudah diberi hak untuk mendapatkan gambaran-gambaran tentang pelaksanaan kegiatan perkuliahan di kampus yang terangkum dalam buku pedoman akademik.
Namun, belakangan didapati bahwa buku pedoman akademik yang seharusnya diterima mahasiswa ketika awal masuk perkuliahan justru baru diterima menjelang penerimaan kartu hasil studi semester II. Lalu, apa yang menjadi acuan bagi mahasiswa tersebut dalam menjalankan kegiatan perkuliahan? Mungkin sepintas terlihat biasa-biasa saja. Namun, dibalik hal yang tampak biasa tersebut pastilah ada yang kurang yang tentunya sedikit memberikan kerugian bagi mahasiswa baru tersebut terkait informasi-informasi yang dijelaskan dalam buku pedoman akademik, seperti: peran PA, pengambilan mata kuliah, info peraihan beasiswa, dan lain sebagainya. Sungguh ironis, hal semacam ini terjadi di UNS yang sedang mengembangkan diri menjadi world class university. Semoga segala sistem yang berkaitan dengan aktivitas mahasiswa di kampus UNS ini semakin baik. Amin.

Setyawan

NASIB YUDISIUM YANG MASIH OFFLINE

Yudisium melalui siakad online sudah bisa diakses oleh mahasiswa FKIP angkatan 2007 reguler, 2008 dan 2009 baik reguler maupun nonreguler. Hal ini merupakan suatu kemajuan untuk mempermudahkan mahasiswa mengetahui hasil belajarnya. Di sisi lain, hal ini menimbulkan suatu kesenjangan, yaitu bagi mahasiswa angkatan 2007 nonreguler dan sebelumnya (angkatan 2006 dan 2005 reguler maupun nonreguler-red) yang masih menggunakan yudisium offline. Apakah mahasiswa yang masih menggunakan yudisium offline harus menunggu lebih lama daripada mahasiswa yang menggunakan yudisium online dalam mengetahui hasil belajarnya? Mengapa sistem yudisium untuk semua mahasiswa tidak serempak menggunakan sistem online?

Yudisium merupakan hal yang ditunggu-tunggu oleh mahasiswa karena dengan yudisium mahasiswa dapat mengetahui hasil belajarnya. Untuk FKIP sendiri, yudisium semester ini (Februari-Juli 2009) sudah sesuai dengan kalender akademik, yaitu serempak dilaksanakan tanggal 15 (Juli-red) untuk semua prodi. “Oleh fkip, yudisium semester ini sudah tepat waktu. Tanggal 15 tepat sudah bisa.…perkara ada revisi-revisi itu soal lain yang nanti semuanya harus diteliti oleh PA, Kaprodi, dan operator,” jelas Sajidan, Pembantu Dekan I. Bagian pendidikan telah berusaha maksimal untuk mengupayakan agar yudisium dapat tepat waktu. “Yang jelas, kita mengupayakan semaksimal mungkin untuk bisa ontime, untuk bisa yudisium tanggal 15 dan itu upayanya luar biasa, baik itu lewat dosennya, lewat prodinya, dan semuanya. Harapan kita bisa tepat waktu,” tutur Arif Wibowo, Kasubbag Pendidikan.
Pelaksanaan setiap kegiatan yang tepat waktu ini sangat menguntungan, yaitu selain tidak mengganggu kegiatan yang lain juga dapat mempunyai kekuatan untuk pengembangan kegiatan yang lain. Pasalnya dengan pelaksanaan yudisium tepat waktu, kelanjutannya akan tepat juga, misalnya konsultasi Kartu Rencana Studi. Hal ini tidak lepas dari kerjasama kita bersama, baik dari dosen, kaprodi, staff administrasi dan mahasiswa. Semuanya akan berkesinambungan yang mana akan mengerucut menjadi kegiatan bersama.
Untuk ke arah depan dalam rangka lebih mengoptimalkan yudisium tepat waktu, input data dilakukan oleh dosen. Dosen menyetorkan nilai ke fakultas, yaitu ke bagian operator dalam bentuk softcopy dan hardcopy. Oleh operator akan di export dalam bentuk siakad online untuk angkatan 2007, 2008, 2009. Namun, yang disayangkan untuk angkatan 2007 nonreguler dan angkatan sebelumnya masih secara offline, yaitu yudisium dilakukan melalui Pembimbing Akademik yang sifatnya fleksibel dan batasannya rentangan. (melalui Kartu Hasil Studi-red). ”Yudisiumku belum online, jadi harus menunggu KHS-nya keluar,” ungkap Khoir, mahasiswa prodi metematika ’07 nonreguler. Begitu juga dengan Frederika, mahasiswa PAP prodi Ekonomi ’06 ”Yudisium kami dengan cara mengambil KHS di tempat PA.”
Ketika dikonfirmasikan dengan Sajidan, Pembantu Dekan I, menuturkan ”Untuk angkatan sebelum 2007 memang dulunya masih offline. Kita mulai online untuk angkatan 2007. Permasalahannya, pertama, kurikulumnya berlapis. Kurikulum semester satu berbeda dengan semester lima, kurikulum semester lima berbeda dengan semester tujuh. Hal itu akan menyulitkan dalam siakad online. Yang kedua, memang siakad online itu dimulai sejak mahasiswa masuk, untuk mahasiswa yang telah berjalan, biarkan offline. Jadi yudisium sebelum angkatan 2007 tidak dilaksanakan secara on going, artinya dalam proses berjalan, mahasiswa yang dulunya melalui yudisium offline tidak akan melalui yudisium online. Sehingga yudisium online diawali mulai mahasiswa semester baru,” tegas Sajidan.
Untuk mahasiswa angkatan 2007 nonreguler yang belum online ini mungkin dikarenakan modelnya yang belum menyatu, masih ada pemilahan antara mahasiswa reguler dan nonreguler. ”Mungkin dikarenakan untuk angkatan 2007 modelnya masih belum menyatu antara mahasiswa reg dan nonreguler. Di sana kan dalam nilai induk mahasiswa masih menggunakan X dan K. Berbeda dengan 2008 dan 2009, antara swadana dan reguler yang sudah menyatu, tidak ada pemilahan,” tambah Sajidan.
Hal ini mendapatkan tanggapan dari Liana, mahasiswa PAP prodi ekonomi ’06 ”Harapan kita ya semoga bisa online, kasihan juga kan yang rumahnya jauh, harus bolak balik ke kampus untuk melihat nilai,” ungkapnya. Sedikit berbeda dengan Khoir, dia mengatakan, ”Menurut saya sama saja, ya kalau bisa online sih enak, tapi percuma, kalau salah nilainya nggak bisa langsung direvisi, pasti juga nunggu KHS yang dari PA. Yang penting nilai bisa keluar nggak kaya kemarin, KHS temanku yang nonreg nggak keluar.” Frederika menambahkan, ”Kalau bisa, kita pengennya sama, yaitu melalui siakad online dan juga KHS. Semua mahasiswa harus mendapatkan perlakuan yang sama, baik itu reguler maupun nonreguler. Masa untuk 2006 reguler KHS-nya sudah keluar tetapi yang nonreguler belum keluar.”
Abidah_

KELUH, JADWAL PPL MOLOR

PPL menjadi ajang mahasiswa FKIP untuk melatih kemampuannya mengajar sebelum menjadi guru. Namun demikian, masih saja banyak kendala.


PPL merupakan praktek pengajaran Lapangan yang ditempuh ketika mahasiswa FKIP semester 7. Sebelum mahasiswa terjun PPL, pada semester 6 harus sudah dibekali dengan mata kuliah Micro Teaching. Meskipun dalam prakteknya micro teaching tidak berlangsung lama. “Sebelum mahasiswa PPL, mereka sudah mendapat mata kuliah micro teaching semester 6 dan observasi” tutur Sukardjo, Ketua PPL. Selama ini yang menjadi hambatan dalam PPL, yaitu mengenai jadwal yang selalu mundur. Adanya sebagian mahasiswa yang terlambat melengkapi administrasi, kelengkapan dokumen yang lain serta dari pihak sekolah yang bersangkutan tidak cocok dengan mahasiswa PPL membuat jadwal PPL molor. “hambatan PPL sering terjadi sehingga jadwal PPL yang ditentukan selalu mundur” ungkapnya. “Adanya sebagian mahasiswa yang telat melengkapi administrasi dan perlengkapan yang lainnya, maupun dari pihak sekolah yang bersangkutan tentang ketidakcocokan dengan mahasiswa PPL yang di tempatkan, menjadi masalah yang sulit dihindari”, tambahnya lebih lanjut. Sayangnya masalah itu membuat beberapa mahasiswa gusar. “Kenapa jadwal penempatan PPL harusnya dikasih tahu jauh-jauh hari, biar kita yang PPL siap disekolah mana kita ditempatkan”, keluh salah seorang mahasiswa angkatan 2006.
Dari sejumlah hambatan yang ada, Sukardjo mengatakan itu wajar. “Kami bisa memahami hambatan-hambatan tersebut, yang jelas kami sudah memberi batas maksimal perlengkapan itu harus selesai”, tegas ketua PPL. PPL yang berlangsung mulai bulan agustus sampai desember hanya terdapat tiga bulan waktu afektif. Hal itu disebabkan terpotong dengan kegiatan-kegiatan bulan ramadhan dan liburan lebaran. ”Masa afektif PPL hanya tiga bulan karena terpotong kegiatan bulan ramadhan dan liburan pasca hari Raya Idul Fitri”, tandasnya.
Manfaat PPL bagi mahasiswa sangatlah banyak. Selain untuk melatih mengajar juga melatih menyiapkan mental jika nantinya terjun lagsung k lapangan. “PPL itu bagus, sebagai sarana latihan mengajar untuk para mahasiswa FKIP calon guru sebelum terjun langsung jadi guru”, ungkap salah satu mahasiswa P. IPS angkatan 2006. merasa PPL sangat penting, dalam pelaksanaanya mahasiswa tidak hanya dituntut untuk mengajar atau menyampaikan materi ajar tehadap anak didik. Tetapimahasiswa PPL juga harus aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan pihak sekolah seperti upacara, pramuka, pengajian, kemah bhakti dll. “kekhawatiran apakah mahasiswa PPL itu mampu…karena tuntutan bukan hanya untuk mengajarkan meteri di depan kelas, tapi juga harus mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah seperti upacara, pengajian, pramuka dan yang lain”, tutur Sutardjo.
Sedang menyinggung mengenai biaya PPL, sejak dekan Trisno Martono sebesar dua ratus ribu. Alokasi dana tersebut untuk honor dosen pembimbing, transportasi guru pamong, minum mahasiswa yang PPL, kepala sekola, wakil kepala sekolah. “uang itu untuk HR dosen pembimbing, transport guru pamong, air minum yang PPL, kepala sekolah dan wakil kepala sekolah setempat”, ungkap ketua PPL.

Yulay_

PA, Tak hanya Sahkan KRS dan KHS

Pembimbing Akademik (PA) adalah tenaga pengajar tetap atau yang ditunjuk dan diserahi tugas membimbing mahasiswa. Dalam menjalankan fungsinya, seorang PA memiliki banyak fungsi. Namun, yang sering dimanfaatkan mahasiswa yaitu pada pengesahan KRS dan pengambilan nilai (KHS-an). Yang jadi pertanyaan sekarang, apakah hanya itu fungsi seorang PA? Siapa yang harus aktif, mahasiswa ataukah PA ? Adakah monitoring dari pihak atasan terhadap kinerja PA ?


Tugas dan Fungsi PA
Pembimbing akademik dalam membimbing mahasiswanya bertujuan untuk membantu mahasiswa mengembangkan potensinya sehingga memperoleh hasil yang optimal dan tepat waktu dalam menyelesaikan studinya. Ketika ditanya perihal fungsi PA disela- sela kesibukannya, Drs.H. Purwadi salah satu PA di prodi Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia menjelaskan, ”Ya..kalau ada hambatan, memberikan suatu teguran atau peringatan. Misalnya, ada mahasiswa yang nilainya merosot, ditanya apa sebabnya, apa sanksinya, misalnya dengan mengurangi beban SKS semester berikutnya. Jadi, seorang PA harus membantu, ya....mendorong mahasiswanya jangan sampai tertinggal, jangan sampai Drop Out (DO). Selain itu, PA juga punya data tentang perkembangan mahasiswa sehingga jika ada masalah bisa segera diantisipasi.”

Sementara itu, salah satu PA prodi ekonomi, Tutik S. S.Sos., mengatakan pada intinya fungsi PA ada 4, yaitu : Pertama, sebagai sumber informasi baik akademik maupun nonakademik. Akademik, misalnya, pengambilan KHS, memberi gambaran tentang mata kuliah, dan penjurusan. Untuk nonakademik, misalnya, tentang dunia kerja diluar seperti apa karena dosen lebih tua dari mahasiswa sehingga lebih banyak informasi dan pengalamannya. Kedua , sebagai penampung kesulitan mahasiswa. “Dengan mendengarkan keluhan mahasiswa paling tidak PA sudah separo menyelesaikan masalah dan memberi jalan keluar. Akan tetapi PA juga jangan ember,” tambahnya. Ketiga, memberikan petunjuk seperti pengisian KRS dan pengambilan MK. Keempat, memantau kegiatan belajar mahasiswa. Hal ini bisa dilakukan pada saat KHS-an dengan memberitahukan berapa SKS yang boleh diambil.

Siapa yang harus aktif ?
PA seperti halnya wali murid yang tahu tentang seluk beluk mahasiswanya dikampus. Oleh karena itu, jika ada masalah, datanglah ke PA. Segalak dan sekiller apapun dosen pasti akan mau membantu asalkan mahasiswanya aktif. ”Dosen punya 3 pilar seperti pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, harus mengajar, meneliti, dan mengabdi. Jadi, kalau kita memantau tanpa ada mahasiswa yang datang ya gak bisa...ujar Tutik. Senada dengan pernyataan tersebut, Purwadi menambahkan bahwa mahasiswa harus paham. ”Paham itu kunci sukses. Jika tidak paham ya....sulit berkembang. Oleh karena itu, terbukalah, sehingga kami bisa membantu,” tambahnya. Namun, menurut Kaprodi Ekonomi, Drs. Sutaryadi, M. Pd., antara PA dan mahasiswa harus aktif. ”Mahasiswa mau tidak memberikan keluhannya kepada PA dan PA juga harus memperhatikan,” ujarnya.
Akan tetapi, mengapa mahasiswa jarang sekali datang ke PA jika bermasalah? Menurut Sutaryadi, hal ini bisa dikarenakan mahasiswa sering merasa gak enak, atau belum terbiasa dengan hal-hal seperti itu. ”Bisa juga karena mahasiswa merasa sudah besar sehingga dapat menyelesaikan masalah sendiri. Bahkan 1 % pun gak ada mahasiswa yang menghadap saat ada masalah,” tambah Tutik.
Tampaknya mahasiswa kurang memaksimalkan keberadaan PA. Memang pada dasarnya semua memanfaatkan, tetapi kebanyakan pada waktu KRS-an dan pengambilan nilai. Seperti yang di ungkapkan Setiawan, mahasiswa pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia, ”Pemanfaatan PA itu insidental. Kalau bisa menyelesaikan masalah sendiri ya gak pa pa, tetapi jika mau ke PA juga boleh.” Senada dengan jawaban itu, Adit pun menambahkan, ”Pemanfaatan PA sebenarnya tergantung pada mahasiswanya. Apalagi dosen juga punya kesibukan yang berbeda-beda. Jadi mungkin ada yang kurang maksimal. Akan tetapi jangan samakan antara PA yang satu dengan yang lain”.


Adakah Monitoring terhadap Kinerja PA ?
Tidak semua dosen menjadi PA. Sesuai yang dikatakan Sutaryadi, ”Berdasarkan SK, dosen yang PNS dan berkompetenlah yang bisa menjadi PA. Kecuali kalau dosennya terbatas, namun sejauh ini masih pada ketentuan,” jelasnya. Untuk pembagiannya pun berdasarkan pada nomor induk mahasiswa. Selama pembimbingan, mahasiswa hanya tetap pada satu PA. Untuk di prodi Ekonomi, karena ada Bidang Keahlian Khusus (BKK) seperti BKK A, BKK B, BKK C, maka PA nya pun ganti. ”Namun hanya sekedar ganti saja,” terang Tutik selaku PA.
Mengenai pengawasan, Purwadi menjelaskan bahwa PA tetap dimintai pertanggungjawaban, misalnya, dari asesor akreditasi. Semua laporan ada di dalam akreditasi seperti nama mahasiswa dan perkembangannya. ”Apalagi saat akreditasi pertama, sulitnya bukan main karena data delapan tahun yang lalu harus terlacak,” jelasnya. Namun, Tutik mengatakan bahwa selama beliau menjadi PA belum ada pengawasan, namun harus menyampaikan laporan kepada pimpinan baik prodi, fakultas, maupun universitas.
Sementara itu, posisi PA di birokrat juga tidak ada struktur organisasinya. Hanya saja jerih payahnya ada penghargaan. ”PA untuk reguler ada penghargaan SK, yang swadana dapat tunjangan,” ujar Sutaryadi. Perbedaan itu, terjadi karena adanya sumber dana yang berbeda antara reguler dan swadana.

N.Endah_

ACARA PENGAKRABAN DITIADAKAN!!

Dahulu di FKIP Pengakraban tingkat program studi menjadi suatu ajang pengenalan bagi mahasiswa baru terhadap seniornya, namun kini acara tersebut tidak diizinkan lagi karena itu bentuk acara pembodohan yang tidak edukatif.

Menjadi suatu tradisi bagi sebuah instansi pendidikan tingkat sekolah maupun perguruan tinggi memasuki tahun ajaran baru diselenggarakan suatu bentuk orientasi terhadap mahasiswa baru, seperti halnya yang terjadi di Universitas Sebelas Maret Surakarta yang dikenal dengan nama OSMARU(Orientasi Mahasiswa Baru). Untuk tahun ajaran 2009/2010 ini pelaksanaan OSMARU di UNS dijadwalkan selama tiga hari dimulai dari tanggal 24-26 Agustus, seperti yang telah diatur dalam Surat Keputusan (SK) Rektor no.299 tahun 2008, dengan rangkaian acara, pada hari pertama upacara penerimaan oleh Rektor yang dilanjutkan dengan penyerahan mahasiswa baru kepada para Dekan untuk masing-masing fakultas. Untuk Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan(FKIP) mengingat kuantitas MARU yang terbanyak maka untuk penyelenggaran OSMARU fakultas bertempat di Auditorium UNS. Pada hari kedua acara diisi oleh sosialisasi semua UKM di FKIP dalam rangka open recruitment pengembangan potensi mahasiswa. Masuk hari ketiga MARU dipisahkan berdasarkan jurusan masing-masing yang selanjutnya diserahkan ke masing-masing prodi. Untuk FKIP sendiri menjadwalkan adanya hari keempat untuk ESQ(Emotional Spiritual Quotient) yang telah berlangsung selama dua periode ini dan cukup memberikan manfaat seperti yang diungkapkan oleh Amir Fuady selaku Pembantu Dekan 3 (PD3) FKIP, ”Seperti halnya tahun kemarin kami menjadwalkan pelaksanaan OSMARU selama empat hari dengan hari keempat diisi ESQ karena acara ini cukup member kemanfaatan bagi MARU,” jelasnya.

Disepakatinya Penghapusan Acara Pengakraban Tingkat Program Studi (Prodi)
Beberapa pekan setelah OSMARU yaitu ketika MARU memasuki era awal perkuliahan mereka, Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMP) menyelenggarakan sebuah acara pengakraban bagi adik tingkat mereka dalam rangka pengenalan situasi perkuliahan dan pengakraban antarangkatan. Namun, situasi yang berbeda akan kita jumpai untuk tahun ini bahwa pengakraban tingkat PRODI ditiadakan berdasarkan kesepakatan pihak Dekanat dengan persetujuan Badan Eksekutif Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Jurusan(HMJ), Himpunan Mahasiswa Program Studi(HMP) di FKIP, ”Sudah tidak ada lagi acara pengakraban tingkat prodi, kita telah sepakati antara PD3, PD1, BEM, HMJ, dan HMP,“ jelas PD3. Bukan tanpa alasan mereka melarang adanya acara pengakraban ini, selain karena tidak adanya SK Rektor yang mengatur pelaksanaan acara pengakraban juga adanya banyak laporan kepada pihak Dekanat yang menyatakan adanya bentuk pembodohan dan pemaksaan terhadap MARU. ”Banyak laporan yang masuk pada kami bahwa ada pelanggaran dalam acara itu, lagi pula tidak ada SK yang mengatur itu sehingga sudah tidak zamannya lagi ada acara semacam itu,” tegas Amir Fuady. Keputusan ini menuai kritikan dari beberapa mahasiswa yang merasa bahwa acara kekerasan dalam pengakraban hanya sewajarnya dalam artian tidak ada bentuk kekerasan fisik dan sebatas bentuk pendisiplinan. Tugas yang diberikan pada MARU saat acara ini hanya upaya penumbuhan pemikiran yang kreatif, ”Tidak ada kekerasan fisik, kami hanya melatih kedisiplinan maru. Adanya tugas yang aneh-aneh kami rasa juga melatih maru berpikir kreatif. Penekanan yang kami lakukan disini kami tujukan agar maru perlu kenal dengan kakak tingkat dan tumbuh rasa menghormati,” jelas Putra Cahyo salah satu mahasiswa Sejarah.
Menanggapi hal tersebut Amir Fuady menjelaskan bahwa acara semacam itu mengesampingkan sisi nilai edukatif dan dirasa itu bentuk tradisi kuno yang sudah tidak pantas diterapkan di lingkup FKIP seiring dengan berjalannya perkuliahan akan saling mengenal antartingkatan dan untuk menghormati atau tidak itu tergantung dari mahasiswanya dan keterjagaan akademisnya. Senada dengan pernyataan di atas Furqon Hidayatulloh selaku dekan FKIP juga menyarankan agar acara yang diadakan lebih menekankan sisi edukatifnya dan disesuaikan dengan situasi perkuliahan yang akan dihadapi nantinya, ”Utamakan sisi edukatifnya jika akan mengadakan acara jadi sesuaikan dengan perkuliahan yang akan dihadapi, misal POK ada hukuman fisik wajar,’ kuliahnya seperti itu,” jelasnya.

Stadium General (SG) Sebuah Acara Baru untuk Tahun ini
Acara ini merupakan acara pertama di FKIP bagi MARU yang pelaksanaanya diserahkan kepada tingkat jurusan. Acara ini nantinya akan diisi dengan mendatangkan seorang pakar yang berkompeten untuk berbicara tentang bidangnya dan diharapkan maru akan mendapatkan masukan ilmu dan semangat berprestasi. “Dalam SG nanti akan didatangkan pakar yang akan mentransferkan ilmunya kepada mahasiswa baru,” jelas PD3. Selain itu Beliau juga mengharapkan dari adanya SG (Stadium General), MARU di dalam memasuki gerbang Perguruan Tinggi mengenal tradisi akademik/ilmiah.

Djoko_

2010, KKPM UNS Wajib bagi Mahasiswa

Peranan Perguruan Tinggi (PT) dalam pembangunan nasional terintegrasi dalam Tri Dharma perguruan tinggi. Dalam melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi dalam bidang pengabdian masyarakat, UNS mempunyai program Kuliah Kerja Pemberdayaan Masyarakat (KKPM/KKN). Program ini merupakan salah satu dalam perwujudan tri dharma perguruan tinggi. Akan tetapi, program ini kurang mendapatkan dana dari universitas, padahal notabene ini adalah program perwujudan dari pengabdian masyarakat. Bagaimana Tri Dharma perguruan tinggi akan bisa terlaksana jika kurang mendapat dana dari universitas? Dan apakah mahasiswa yang akan diwajibkan dan dibebankan untuk pelaksanaan program ini?
Kuliah Kerja Pemberdayaan Mahasiswa (KKPM) adalah program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan mahasiswa di bawah bimbingan perguruan tinggi dan pemerintah daerah. Dalam Pelaksanakan KKPM tema yang diambil adalah Pemberantasan Buta Aksara (PBA) sesuai dengan program pemerintah pusat yaitu Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Aksara (GNPBA). KKPM PBA yang dilakukan UNS dikoordinasi oleh PPMM, yaitu salah satu diantara delapan belas pusat pengembangan yang ada pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNS.
Universitas Sebelas Maret telah melaksanakan KKPM PBA sebanyak tujuh kali. Dimulai tahun 2006 setelah istilah KKN di ganti KKPM. KKPM tahap I dilaksanakan di daerah Klaten pertengahan tahun 2006, kegiatan PBA dialihkan menjadi pembelajaran korban gempa. KKPM tahap II di kabupaten Wonogiri awal tahun 2007. Sedangkan KKPM tahap III dilaksanakan di kabupaten Rembang pada juli 2007. Tahap IV di daerah Selo, kabupaten Boyolali. Tahap V di laksanakan di kecamatan Mondokan, kabupaten Sragen. Sedang tahap VI di daerah Klaten. Untuk tahun 2009, KKPM PBA dilaksanakan di Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen dari tanggal 9 Juli – 15 Agustus 2009. KKPM PBA diikuti oleh 106 mahasiswa dari berbagai fakultas di UNS. Dalam KKPM PBA tahap ke VII, peserta mahasiswa berhak mendapatkan uang kreativitas mahasiswa Rp 300.000,00, uang transport Rp 150.000,00, pembuatan laporan Rp 50.000,00, uang makan Rp 10.000,00 per hari, dan uang koreksi Rp 2.000,00 per warga belajar. Dalam aturannya tiap mahasiswa memegang dua puluh warga belajar.
Tujuan KKPM adalah memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengabdikan diri di masyarakat khususnya dalam berpartisipasi untuk menggerakkan pembangunan nasional dan pemberdayaan masyarakat dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
KKPM PBA di UNS bersifat sukarela, bukan KKN wajib seperti universitas-universitas yang menarik biaya dari mahasiswa untuk kegiatan KKPM. Sehingga tidak semua mahasiswa mengikutinya. Minat mahasiswa kurang terhadap KKPM PBA sehingga dari pihak pelaksana (PPMM,red) mencari mahasiswa untuk mengikuti KKPM PBA. Seperti yang diungkapkan ketua PPMM LPPM UNS, Zaini Rochmad, ” Dari universitas belum diwajibkan sehingga mahasiswa kurang tertarik”.
Oleh sebab itu, akan diwajibkannya KKPM kembali. Bukan hanya karena kurangnya minat mahasiswa tetapi juga karena kurangnya dukungan dari universitas untuk kegiatan ini. Sesuai yang diungkapkan ketua PPMM LPPM UNS, Zaini Rochmad, ”Karena tidak ada dukungan materi dari universitas.” Sehingga pada tahun 2010 rencananya akan dijadikan matakuliah wajib dan mahasiswa akan dikenai biaya. Hal ini karena pihak Universitas belum ada anggaran dana untuk KKPM. Seperti diungkapkan Zaini Rochmad, ketua PPMM LPPM UNS, ”Sekarang sedang dibahas, KKPM akan menjadi matakuliah wajib bagi mahasiswa”.
Dipihak mahasiswa sendiri, mengenai akan diwajibkannya KKPM UNS menolak diwajibkannya KKPM UNS. Seperti yang diutarakan Linawati, mahasiswa FKIP, ”Tidak setuju jika diwajibkan karena belum tentu mahasiswa akan tertarik KKPM, yang gratis saja sedikit yang ikut apalagi bayar.”
Selama pelaksanaan KKPM, tema yang diangkat sesuai dengan program nasional GNPBA adalah pemberantasan buta aksara. Akan tetapi, jika KKPM dijadikan matakuliah wajib maka untuk tema KKPM, mahasiswa mengajukan sendiri sesuai dengan perkembangannya yaitu Education Development Continous. Seperti yang diungkapkan Zaini Rochmad, ketua PPMM LPPM UNS, ”Jadi nantinya tinggal pengembangannya, hidup bayar sendiri, dan mengajukan tema sendiri, sekarang namanya Tematik PBA tapi besok Education Development Continous, jadi nanti banyak temanya”.
PPMM bertindak sebagai pelaksana mencari dana ke sana-sini untuk mendanai KKPM. KKPM dilaksanakan tanpa menarik biaya sedikitpun dari mahasiswa. Sumber dana dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Menurut Zaini Rochmad, ketua PPMM LPPM UNS, ”Tidak ada dana dari universitas .” Sehingga PPMM mencari dana ke sana-sini untuk menambah dana pelaksanaan KKPM PBA.
Kegiatan KKPM PBA 2009 di Kecamatan Mondokan, kabupaten Sragen, tidak terlepas dari permasalahan. Permasalahan itu ditemukan di lapangan, yaitu pada pelaksaan kegiatan KKPM PBA. Beberapa permasalahan itu antara lain, belum 100% sasaran PBA dapat terjangkau. Sasaran dari kegiatan ini adalah warga masyarakat usia 15-55 tahun yang tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung ataupun yang putus sekolah. Masih banyaknya sasaran yang kurang tepat. Menurut Erna, peserta PBA di Sragen, ”Ada juga lulusan SMP yang ikut pembelajaran, belum begitu mengena sasaran”.
Sebelum diwajibkannya KKPM di UNS bagi mahasiswa, perlu dievaluasi terlebih dahulu atas pelaksanaan KKPM tahun-tahun sebelumnya secara mendalam untuk ditemukan solusi yang tepat atas permasalahan yang muncul sehingga akan dijadikan bahan pembelajaran untuk mematangkan KKPM UNS sebagai matakuliah wajib bagi mahasiswa.

Mufti_

79,73% Responden Tidak Setuju Dengan Peniadaan Pengakraban*

Tahun akademik baru, tentu tak lepas dari kedatangan mahasiswa baru. Tradisi Sambut Mahasiswa Baru (SAMARU) yang biasa dilakukan dan erat kaitannya dengan pengakraban terpaksa ditiadakan. Peniadaan pengakraban tingkat Program Studi (Prodi) di lingkungan FKIP dilakukan karena kegiatannya tidak memenuhi nilai-nilai edukatif, dan malah berbau senioritas. Keputusan ini diambil berdasarkan rapat bersama antara Pembantu Dekan I, II, III, Himpunan Mahasiswa Program studi (HMP), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP UNS.
Dihadapkan dengan realitas yang ada, crew motivasi berusaha menggali pendapat dari mahasiswa FKIP dengan penyebaran polling. Polling disebarkan pada minggu pertama bulan Agustus 2009 dengan 153 responden dengan teknik random sampling. Dari 153 mahasiswa ternyata 5 polling tidak memenuhi kriteria dan dinyatakan tidak sah. Sehingga hanya 148 polling dari 153 reponden yang akhirnya dipakai. Dari hasil polling yang dilakukan oleh Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) LPM MOTIVASI FKIP UNS, sebanyak 79,73% responden menyatakan tidak setuju dengan peniadaan segala bentuk pengakraban di tingkat Prodi. Alasan yang dikemukakan pun beragam, selain sebagai media pengenalan antar mahasiswa baru, pengakraban juga merupakan ajang sosialisasi dan adaptasi dengan lingkungan kampus. Sedangkan 20,27% menyatakan setuju.
Menjawab pertanyaan yang selanjutnya, ”Apakah pengakraban itu perlu dilakukan dalam penyambutan maru?”, sebanyak 89,19% reponden menyatakan perlu dengan alasan pengakraban dapat mengenalkan lingkungan kampus dan memupuk solidaritas, kerjasama dan kekompakan antar maru. Bahkan ada juga yang berpendapat, ” tanpa adanya pengakraban maru seperti anak tanpa orangtua yang akan kesulitan mengenal dunianya yang baru”. Sebaliknya, 10,81% responden menyatakan tidak perlu, pasalnya pengakraban terkadang disalahgunakan dan terdapat penyimpangan dilapangan.



*Polling tidak dimaksudkan untuk merepresentasikan seluruh mahasiswa FKIP UNS.

KAMULAH YANG TERPILIH....


Menjadi mahasiswa baru. Beruntung sekali! Mungkin ujaran tersebut yang sering dikatakan sebagian besar masyarakat kita ketika mendengar siswa SMA yang berhasil menembus persaingan masuk ke perguruan tinggi. Beruntung sekali karena status mahasiswa masih dianggap sebagai golongan elite yang mendapat tempat khusus dalam struktur masyarakat kita. Di luar sana, jutaan siswa SMA tidak dapat menikmati pendidikan pada jenjang ini karena berbagai alasan. Tidak lolos dalam ujian penerimaan karena ’nasib’ yang kurang bagus, biaya pendidikan yang ’selangit’ atau malah jumlah perguruan tinggi yang sangat kurang dan tidak mencukupi jumlah lulusan siswa SMA.
Status sebagai mahasiswa baru bukanlah status yang bisa didapatkan dengan jalan yang mudah. Keberuntungan yang lebih adalah faktor yang juga layak diperhitungkan, selain kepandaian yang harusnya ada di atas yang lain. Biaya pendidikan tentu adalah hal yang wajib dimiliki oleh calon mahasiswa baru yang memutuskan untuk melanjutkan menjadi mahasiswa baru. Seperti ungkapan Jawa ”Jer Basuki Mawa Beo”.
Perjalanan dan perubahan dari siswa SMA menjadi mahasiswa merupakan satu catatan hidup yang layak dicatat oleh masing-masing individu. Bukan sekadar perubahan fisik, perkembangan mental dan sosial adalah faktor yang patut mendapat porsi yang lebih. Bukanlah perkara mudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru. Apalagi jika tidak dibarengi dengan perkembangan mental yang apik. Rendah diri akan meyebabkan satu hal yang fatal jika tidak disikapi secara bijak oleh mahasiswa. Penyesuaiaan diri yang benar akan mempermudah mahasiswa baru untuk menjalankan fungsi utamanya, yaitu belajar. Kuncinya adalah mandiri dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, berusaha mengatur diri sendiri agar tetap sejalan dengan tujuan utama tadi.
Proses penyesuaiaan yang dapat didefinisikan sebagai interaksi kontinyu antara diri individu sendiri dengan orang lain dan dengan dunia luar tidaklah mudah . Hal ini dikarenakan bahwa manusia terus berhadapan dengan kehidupan baru bengan cara dan pola yang baru pula. Begitu juga yang dialami oleh mahasiswa baru pada umumnya. Sesorang yang dihadapkan pada kondisi baru harus memiliki penyesuaian diri yang baik pula.
Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, mahasiswa baru haruslah memiliki rasa ingin tahu yang besar. Harus ada kemauan untuk rajin bertanya dan melontarkan pertanyaaan yang informatif dan kritis . Pengolahan informasi inilah yang akan membantu mahasiswa untuk beradaptasi dengan lingkungan baru sebagai seorang mahasiswa yang lagi-lagi dituntut untuk mandiri dan bertanggung jawab. Hal ini akan membantu mahasiswa baru untuk bergaul dan berfikir. Rasa ingin tahu yang besar dapat dilakukan dengan jalan membaca buku, browsing internet, dan lain-lain. Mahasiswa tidaklah sama seperti siswa yang hanya mengandalkan guru sebagai satu-satunya sumber informasi. Berhasil atau tidaknya mahasiswa sangat tergantung dari mahasiswa itu sendiri. Apakah mau beruasaha untuk tahu atau tidak? Untuk bisa atau tidak?. Bukankan proses ini juga membutuhkan adaptasi yang baik pula?
Mahasiswa juga harus mampu menetapkan skala prioritas dalam langkah-langkah yang diambilnya. Hal yang penting tentu harus lebih diutamakan daripada hanya sekadar kegiatan ’rame-rame’ yang tidak diketahui tujuannya. Forum diskusi akan menjadi wahana yang akan mampu meningkatkan wacana intelektualitas mahasiswa. Buku bacaan yang bermutu pun harus diusahakan. Dapat dimulai dengan bacaan-bacaan yang disukai terlebih dahulu. Dalam hal ini tentu saja adalah bacaan yang membangun karakter pemuda. Bergaul dengan mengikuti kegiatan-kegiatan kampus seperti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) juga wajib hukumnya dilakukan oleh mahasiswa khususnya mahasiswa baru. Hal ini akan membantu dalam proses sosialisasi dan adaptasi di lingkungan kampus. Sekali lagi, mahasiswa berbeda dengan siswa yang setiap hari dapat bergaul dengan teman yang dikondisikan di lingkungan sekolah. Bila tidak memiliki pergaulan yang luas dan menjalin hubungan dengan teman lain diluar jam kuliah sudah pasti akan sempit sekali lingkup pergaulanya yang akan berdampak pada adaptasi lingkungan.
Kebiasaan dan mental kekanak-kanakan pun sedikit demi sedikit patut ditinggalkan. Kebiasaan yang hanya memikirkan ’suka-suka’ adalah kebiasaan yang harus diminimalisasikan karena jika tidak akan membentuk mental hedonis yang akan sangat miris jika ada pada diri mahasiswa. Contek mencontek, misalnya adalah kebiasaan buruk yang tidak layak lagi dimiliki oleh golongan manusia yang menyebut mereka sebagai mahasiswa.
Sangat sulit memang mengubah kebiasaan kanak-kanak yang sering dilakukan saat masih menjadi siswa dan dibawa hingga menjadi mahasiswa. Tetapi hal itu harus diusahakan agar dapat beradaptasi dengan baik dan mampu menjalankan hakekat kuliah itu dengan benar sehingga ilmu pengetahuan dan setumpuk pengalaman yang telah didapat akan mampu diaplikasikan dalam kehidupan pribadi ditengah-tengah masyarakat sebagai makluk sosial. Ini hanya sekedar pengingat kecil untuk mahasiswa baru, generasi yang akan memberikan warna baru di kampus ini. Karena kamu semua adalah pemuda-pemuda yang terpilih....


*Listyawati SI
Bendahara Umum LPM Motivasi FKIP UNS

Lek Karto

Begog Bingung, Biaya Naik

Hari yang cerah bagi si Begog secerah sinarnya mentari pagi ini. Sambil senyum-senyum ga jelas seperti orang kesambet. Seperti ada sesuatu yang sedang Begog alami yang i membahagiakan dirinya. Buktinya Begog senyum-senyum sendiri kayak orang ga jelas gitu. Sampai-sampai ditanya Kang Sipon pun Begog ga dengar. “Gog, kamu kenapa senyum-senyum sendiri ga jelas kayak orang kesambet?” Tak ada jawaban dari Begog, dia masih asyik dengan lamunannya. Akhirnya karena tak ada jawaban, Kang Sipon memanggil Begog sekeras-kerasnya, “Beggooooooooooggggggggg….” “ Aduh…duh…Kang, ada apa?” Begog terjatuh karena kaget akan teriakan Kang Sipon. “Kamu kenapa senyum-senyum sendiri kayak orang yang kesambet?” tanya Kang Sipon. “Gini lho Kang aku sedang ngebayangin misalnya aku jadi orang kaya pasti aku bisa sekolah setinggi-tingginya,” Begog mulai cerita. “Ah mimpi kamu ketinggian Gog, jatuh lho hahaha…,” jawab Kang Sipon.
“Oh ya Kang ini udah tahun akademik yang baru ya… Aduh senangnya.” “Senang kenapa Gog,” tiba-tiba Njenik datang dengan mengagetkan. “Iya Gog, senang kenapa?” lanjut Kang Sipon. “Kali aja ada mahasiswi baru yang cantik and seksi yang naksir aku.” “Yah mana ada mahasiswi baru yang naksir kamu Gog, apalagi mahasiswinya cantik lagi!” timpal Njenik. “Haa… kamu cemburu ya Nik, takut kalau aku diambil orang!” “Yee… cemburu sama loe. Ga banget dech!! Paling-paling nanti yang dapat gebetan duluan juga aku!” “Udah-udah ga usah berdebat, paling-paling kalian berdua nanti sama-sama ga laku meskipun diobral….” “Ah, jahat kamu kang! doanya jelek banget!” Njenik dan Begog berteriak serempak. “Hee… Peace. Eh Gog tahu berita terbaru ga ditahun akademik ini?” tanya Kang Sipon. “Tau dunks,” jawab Begog. “Haa… yang bener aja Gog kamu tahu berita terbaru?. Emang sekarang gaul di mana kamu?. Jangan-jangan dari infotainment ya?” Njenik mengejek Begog. “Emang kamu tahu Nik? Apa coba?” tanya Begog mendengar hinaan Njenik. “Ya aku belum tahu, kan Kang Sipon belum cerita! Gimana sih gog?.”
Kang Sipon hanya senyum-senyum melihat kedua temannya saling berdebat dan tak ada yang mau mengalah. “Sudah-sudah, tidak usah berdebat. Pengen tahu beritanya ga?” Kang Sipon mencoba untuk menengahi. “Siap boss…,” jawab Begog dan Njenik serempak. “Gini lho sekarang biaya masuk kuliah itu mahal banget!! Biaya BPI selangit, IOM seperti biasa naik lagi, SPP juga masih naik 10% tiap tahunnya!!! ” Kang Sipon mulai bercerita. “Wach… wach, yang benar aja Kang. Berarti yang bisa mengenyam pendidikan hanya orang-orang yang kaya dan beruang dunks,” tanya Begog. “Ya, kira-kira begitu,” jawab Kang Sipon. “Eh kang, tapi kaya’nya tidak perlu terlalu khawatir deh!! Kemarin aku lihat pada demo menolak kenaikan SPP yang 10% itu kok!! Njenik ikut ngomong. ”Iya, sampai ditayangin di TV malah!! Bangga aku kang, ternyata mahasiswa kita peduli!” Begog ikut bersuara. “Ah,yang bener???,” Kangsipon menyindir. ”Kok nggak percaya to kang?? Coba Tanya temen-temen, apa bener kemarin ada demo menolak kenaikan SPP 10%??“ Begog kesal. ”He,bukannya aku nggak percaya tentang demo itu. Wong aku juga lihat kok. Tapi maksudnya ah yang bener tadi tu apa bener mahasiswa kita peduli??” Jelas kangsipon. ”Lho!! Kalau sudah ada demo gitu ya sudah berarti peduli to kang??” bantah njenik yang kali ini setuju dengan begog. ”Ini aku cuma berpendapat aja lho ya?? Ya syukur kalau memang itu bentuk kepedulian mereka. Tapi kan seperti itu ada kemungkinan juga politik mencari muka,” jawab Kang Sipon santai. ”Maksudnya???” Begog dan Njenik serentak. ”Ya ini bukan apa-apa sih, cuma kemungkinan saja. Soalnya aku denger slentingan juga, kalau demo itu sudah di skenariokan. Tapi terlepas dari benar tidaknya slentingan itu, yang pasti semoga demo itu tidak hanya menjadi angin lalu seperti ketika masalah BHP kemarin. Tidak membuahkan apa-apa. Toh BHP di ketok juga kan??” jawab Kang Sipon. ”Iya ya kang, seakan demo sekarang hanya mampu menimbulkan kegelisahan tapi tidak mampu membuat perubahan. Lha terus sekarang pertanyaannya kalau demo tidak lagi mampu membuat perubahan, bagaimana dengan kebijakan-kebijakan yang membebani rakyat kecil seperti SPP tadi misalnya??” Njenik mengeluh. “Terus gimana ya sama anak-anak yang kurang mampu? Mereka nggak bisa sekolah dunks karena nggak mampu bayar,” tambah Begog. “Tumben Gog kamu mikirin nasib orang lain, biasanya juga apatis mikirin nasib sendiri! He, Peace…………,” balas Njenik. “Ya gimana lagi dunks Nik. Gimana Indonesia mau maju kalau warga negaranya tidak dapat mengenyam pendidikan dengan baik. Iya nggak?” Begog balik membalas
“Betul banget Gog pendapat kamu,” jawab Kang Sipon.
“Horeee… Begog pintar. Tumben Gog pendapat kamu benar. Kesambet dari mana tuch sampai bisa ngomong sebijaksana itu?” lanjut Njenik.
“Begog gitu loh... emang kamu!! hee…,” tegas Begog.
“Oo ya, kemarin tetanggaku ada yang nangis seharian,” lanjut Begog. “Lho kenapa Gog,” tanya Njenik. “Kayaknya sich kangen sama aku, kan sudah dua hari ga aku tengok! He…,” jawab Begog. “Alah gayamu ketinggian Gog!” ejek Njenik. “Nggak-nggak Nik. Tenang aja ga ada yang akan ambil aku dari kamu kok! heee…. Katanya sich dia gagal ujian SNMPTN, terus mau daftar swadana di PTN biayanya mahal banget. Orang tuanya ga mampu bayar.”
“Wach-wach kasihan ya. Berarti emang benar-benar hanya orang yang kaya ya yang bisa mengenyam pendidikan. Kasihan nasib saudara-saudara kita yang ingin mengenyam pendidikan.”
“Betul banget tu Nik. Kalau biaya pendidikan di Indonesia seperti itu bagaimana bangsa Indonesia bisa maju. Warga negaranya aja ga ada yang pinter karena kurangnya pendidikan yang didapat,” jawab Kang Sipon. “Benar juga tuch kang,” timpal Njenik. “Trus gimana keadaan tetanggamu sekarang Gog?” tanya Kang Sipon. “Informasi terakhir yang aku dengar sich dia jadi agak-agak stress gitu Kang.” “Wow… sampai separah itu ya, kasihan!” timpal Njenik. “Wach-wach calon-calon pemimpin bangsa menjadi berkurang satu cuma karena mahalnya biaya pendidikan. Kalau mahalnya biaya pendidikan ini terus berlanjut, akan menjadi apa masa depan bangsa ini. Alangkah malangnya nasib bangsa ini,” Kang Sipon mencoba mengeluarkan keresahannya.
Mico_Dhika

Selasa, 15 September 2009

Lek Karto

Wawancara Gedung F

Wawancara with PD II Drs. Sugiyanto, M, Pd, M, Si
Setelah kepindahan Dekanat ke gedung F,fungsi gedung A selanjutnya akan digunakan untuk apa?
Untuk penataan dan penggunaan gedung A kami banyak mendapat usulan dari prodi.banyak prodi yang ingin mendapatkan ruang kuliah,karena ruangan terbatas,sehingga saat ini sedang kami pertimbangkan karena masih banyak usulan yang lain dan kami sendiri belum memfikskan. Rencananya disana akan digunakan untuk ruang tambahan kuliah,lab computer,ICT Center,PPL,PSB, ruang skripsi dan untuk kesekretarit kegiatan,untuk seminar dll.termasuk ruang siding sekripsi akan tetap digunakan dan hanya akan ditata ulang saja agar lebih bagus. Sekarang ini kami juga baru merancang mana yang lebih optimum.

Perencanaan tambahan ruang kuliah tersebut diperuntukan untuk prodi apa?
Karena banyak prodi yang mengeluh,bahwa jumlah mahasiswa dengan ruang kuliah tidak seimbang.kami tidak memutuskan untuk siapa. Tidak ada ruang milik prodi tapi milik fakultas.jadi pola piker harus dibetulkan,bahwa ruang itu milik kita bersama. Nanti semua prodi bias menggunakan ruangan itu dan akan dibuatkan pengaturan jadwal agar penggunaan ruang bias efektif.

Banyak issue berkembang,tentang perpindahan PTK dan Bk yang akan menempati gedung A, bagaimana penjelasan mengenai hal tersebut?
Kami belum menunjuk prodi tertentu. Termasuk PTK BK juga lainya. Jadi belum jelas kami masih menunggu keputusan, untuk PTK itu tidak mudah, karena PTK butuh banyak ruang kuliah juga lab,jadi tidak mungkin dipindah kesini.

Melihat kondisi Gedung A saat ini apoabila akan digunakan ke depan,apakah dilakukan penataan ulang secara total?
Ya,karena fungsi menentukan bentuk,jadi kami melakukan penataan sedemikian rupa, tapi untuk saat ini masih ada perombakan-perombakan

Jadi rencana penataan gedung A untuk saat ini belum dimulai?
Belum, tapi rancanganya sudah ada, syukur-syukur semester depan sudah dapat digunakan, karena sekarang belum final jadi kami belum berani memberikan informasi.

Kendala apa saja yang dihadapi untuk merealisasi penataan gedung A?
Kendalanya itu padatnya pekerjaan,karena pekerjaan yang ditangani sangat banyak sehingga,kami harus memilih mana yang harus diprioritaskan, karena jadwal betul-betul padat.

Apa yang dijadikan pertimbangan untuk menentukan prioritas tersebut?
Optimalisasi kebutuhan mana yang paling penting dan paling dibutuhkan oleh warga FKIP, itu yang kami dahulukan.

Untuk masalah dana apakah ada kendala?
Insyaallah tridak!

Dananya itu dari mana?
Dari FKIP,jadi dana yang diterma oleh FKIP itu yang akan kami gunakan.

TALK SHOW FILOSOFI PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL SERTA IMPLEMENTASI DAN IMPLIKASI YANG DITIMBULKAN

Di tengah-tengah hebohnya masalah ujian nasional, Rabu 13 Mei HMJ P. MIPA UNS melalui bidang pengabdian masyarakat yang bekerjasama dengan Studi Ilmiah Mahasiswa (SIM) mengadakan talk show yang bertema ”Filosofi pelaksanaan ujian nasional serta implementasi dan implikasi yang ditimbulkan ” sehingga kita dapat lebih mengenal tentang ujian nasional.
Acara yang menghadirkan pembicara dari DIKPORA, Pak Arju, selaku guru teladan SMA dan Pak Karmin selaku pengamat pendidikan, yang akan memberikan sedikit pandangannya tentang Ujian Nasional (UN) dengan moderator Bery (Presiden BEM FKIP UNS), akan dilaksanakan sejak pukul 09.00 sampai pukul 13.00 WIB dan bertempat di Auditorium UNS.
Acara ini diadakan sebagai salah satu partisipasi mahasiswa FKIP untuk mengisi pekan ilmiah mahasiswa yang diadakan oleh Studi Ilmiah Mahasiswa (SIM). Dengan diadakannya acara ini diharapkan juga dapat menambah wawasan para pesertanya tentang Ujian Nasional.

Desi Purwaningsih
Himas MHJ P. MIPA UNS

Sms Inbox

0857478XXX ( FSSR )
UNS memang sudah bagus tapi masih pearlu ditingkatkan sarana dan prasarananya. Seperti jalan di depan gedung Pascasarjana dan di depan Fakultas MIPA pearlu diperbaiki lagi dan juga perlu lebih banyak pemasangan lampu-lampu di area kampus biar kalau malam tidak gelap seperti hutan. Masak kampus kayak hutan malu donk!!!!!!!

0857250XXX ( FKIP BIOLOGI )
Sampah di UNS makin banyak sich??? Kampus negeri kok ga bisa jadi contoh, kalau masalah IPTEK sich orangnya pinter-pinter, tapi kalao masalah kebersihan kok ga ada yang pinter??

0856477XXX (FKIP MATEMATIKA)
Yang perlu dibahas masalah keberadaan BPI di FKIP mahasiswa swadana, buat apa? Fasilitasnya sangat kurang.

0857250XXX (FKIP MATEMATIKA)
Sistem parkir sekarang nggak aman. Penjaga hanya digerbang and nulis plat nomor yang nggak ada fungsinya karena saat keluar nggak dibaca tuch karcisnya. Saya harap , sistem parkir kayak dulu penjaga berjaga tiap parkiran. Selama sistem parkiran ini sudah ada sepuluh lebih helm mahasiswa prodi saya yang hilang.

08572532XXX (FKIP EKONOMI)
Gimana sich keamanan di FKIP, kok LCD di prodiku hilang. Padahalkan mahal. Sekarang kuliah jadi nggak seru cos nggak ada yang dilihat.

UKHUWAH FAIR SKI FKIP 2009

(AK47, FKIP) Sentra Kegiatan Islam (SKI) FKIP UNS adakan Ukhuwah Fair 2009 selama empat hari, yaitu tanggal 14-16 Mei dan 21 Mei 2009. Acara terdiri dari empat acara besar. Untuk hari pertama acara bedah buku “Gombal Warning” dengan pembicara Burhan Shodiq (penulis) dan Ust. Hanifuallah Sukri. Hari kedua dimeriahkan seminar ZISWAF dengan tema “Berawal dari ZISWAF untuk Tegakkan Ekonomi Syariah di Indonesia” dengan pembicara DR.Abdul Khalik Hasan Al Qudsy M.A.M.Ed ( alumni Univ. Islam Sudan ) dan Muhammad Makmur (Direktur LAZIS Jateng Cab. Solo). Kemudian hari ketiga diadakan acara “Ngopi (Ngobrol seputar isu terkini)” dengan tema “bencana alam ditinjau dari perspektif syariah dan science” dengan pembicara Ust.Abdul Hakim . Untuk hari terakhir adalah acara seminar ilmiah dengan tema “Akankah Kiamat Terjadi Tahun 2012?” dengan pembicara Ust. Abu Fatiah al adnani ( penulis buku Dajjal Sudah datang dari Khurasan ) dan Dr. Cari ( dosen FMIPA). Acara Ukhuwah Fair ini dilaksanakan di Aula Gedung A FKIP UNS. Ukhuwah fair yang bertemakan ”See The Miracle of Islam through the Science” mendapat respon positif dari mahasiswa yang ikut dalm serangkaian acara ukhuwah Fair. Seperti yang diungkapkan, Edi, “ bagus banget acaranya, apalagi yang gombal warning, bagus.”.

FKIP: SELANGKAH LAGI MENUJU PGSBI


Pendidikan Guru Bertaraf Internasional (PGBI) adalah salah satu program unggulan UNS yang akhir-akhir ini marak diperbincangkan. Perekrutan mahasiswa PGBI dilakukan melalui jalur PMDK Swadana dan Swadana. Lalu bagaimana dengan nasib mahasiswa reguler yang ingin masuk program ini? Dan sejauh mana kesiapan UNS sendiri dengan adanya program tersebut?

PGBI adalah program unggulan FKIP UNS yang bertujuan untuk mencetak tenaga pendidik bertaraf internasional yang profesional. Pendidik diharapkan mampu dan berkompeten ketika mengajar di kelas internasional. Namun, perlu diketahui bahwa lulusan PGBI tidak hanya diprioritaskan untuk sekolah-sekolah bertaraf internasional, tetapi juga untuk sekolah-sekolah reguler. ”Kalaupun mengajar di kelas internasional berarti itu nilai lebihnya,” ujar Mardiyana, Ketua Panitia PGBI. Menurut Mardiyana mahasiswa yang masuk PGBI nantinya harus mempunyai tiga kompetensi yaitu dilihat dari kemampuan akademik yang baik, kemampuan berbahasa inggris, dan ICT. ”Memang yang sudah berjalan kemarin hanya mengutamakan kemampuan akademik dan bahasa Inggrisnya saja namun untuk tahun ini harus dilihat dari ketiga kemampuan tersebut,” tegasnya.
Program PGBI ini merupakan kelanjutan dari SBI (Sekolah Bertaraf Internasional.red) yang dimulai semester Februari 2009 yang terdiri dari mahasiswa semester dua, empat, dan enam. Sebab, dana hibah untuk PGBI muncul setelah mahasiswa diterima sehingga penyeleksian PGBI diambil dari mahasiswa reguler. Namun, ada sedikit perbedaan untuk tahun ini, penyeleksian mahasiswa yang masuk PGBI melalui dua jalur, yaitu PMDK Swadana dan Swadana. Saat dimintai kejelasannya, Chalil, selaku sekretaris SPMB UNS mengatakan, ”Ada syarat tersendiri bagi mahasiswa PMDK Swadana yang ingin masuk PGBI. Nilai Bahasa Inggris harus delapan. Sementara itu, mahasiswa yang lulus SNMPTN tidak bisa masuk dalam program PGBI karena swadananya sudah gugur”, tambahnya.
Tidak semua prodi yang ada di FKIP menerapkan program PGBI. Baru program PMIPA dan bahasa Inggris yang sudah menerapkan. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk tahun selanjutnya program lain juga berpeluang. ”Tahun ini sudah direncanakan dana hibah untuk melibatkan program IPS. Seleksi proposalnya tahun ini namun prosentase dan pemberlakuannya mungkin tahun-tahun yang akan datang dan ini semua baru dalam tahap perencanaan”, jelas Mardiyana. Kalau diperhatikan, untuk SBInya memang sudah banyak SMK yang dari program Ekonomi, Akuntansi atau Manajemen yang sudah bertaraf internasional. Untuk STM, misalnya, jurusan teknik mesin juga ada yang sampai taraf internasional. Sehingga perlu guru dari program IPS yang bertaraf internasional.
”Dari yang sudah berjalan kemarin sudah ada 25 mahasiswa dari empat prodi. Lewat PMDK ada lima belas mahasiswa dari prodi Matematika dan untuk yang lain (Biologi, Fisika, Kimia, Bahasa Inggris) sekitar tiga sampai empat mahasiswa dan sisanya akan diambil dari SNMPTN Swadana,”ungkap Mardiyana. Untuk semester dua dan empat dalam satu kelas maksimal dua puluh mahasiswa dan untuk semester enam, microteaching sepuluh mahasiswa. Rencananya tahun ini akan dibuka satu kelas sekitar 24-32 mahasiswa dari masing-masing prodi, tetapi masih menunggu kebijakan dari fakultas dan universitas.
Mengenai materi perkuliahan ada perbedaan antara mahasiswa reguler dengan PGBI. Berdasarkan hasil lokakarya, Senin, 11 Mei 2009 kemarin, ada enam mata kuliah yang wajib ada di PGBI. Dua mata kuliah terkait dengan bahasa Inggris, misalnya di jurusan matematika ada English for Mathematic 1, English for mathematic 2. Jika di prodi Biologi ada English for Biology 1, English for Biology 2. Kemudian Teaching Mathematic in English 1, Teaching Mathematic in English 2. Selanjutnya Review High School Mathematic Content 1, Review High School Mathematic Content 2. Begitu juga untuk prodi yang lain. Sedangkan mata kuliah yang lain tergantung masing-masing LPTK yang mengembangkannya. Di FKIP UNS direncanakan akan ada 24 mata kuliah di akhir hibah yang akan diajarkan dengan bahasa Inggris.
Dalam proses penyampaian mata kuliah di kelas PGBI masih menggunakan dua bahasa (bilingual) yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Tahap awal menggunakam 25% bahasa Inggris dan 75% bahasa Indonesia kemudian semakin meningkat 50% bahasa Inggris dan 50% bahasa Indonesia dan seterusnya. “Semakin banyak bahasa Inggrisnya semakin bagus”, jelas Mardiyana.
Tenaga pengajar di kelas PGBI dipilih dari pengajar yang benar-benar berkompeten dan menguasai bahasa Inggris. ”Dosen yang mengajar adalah dosen lulusan luar negeri yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya atau dosen yang skor toefl-nya lebih dari 500,” tutur Mardiyana.
Ketika ditanya mengenai biaya perkuliahan, Mardiyana menjelaskan, ”Karena selama empat tahun ini dibiayai Dikti maka mahasiswa yang sudah masuk PGBI masih membayar seperti regular belum ada tambahan apa-apa”. Selanjutnya mahasiswa swadana menanggung semua biayanya, sementara hanya itu kebijakan dari fakultas. Rencananya tahun depan mahasiswa PGBI akan tinggal di asrama selama satu tahun. Mengenai biaya belum dapat ditentukan. Namun, dari pihak sekretaris SPMB, Chalil, mengatakan bahwa untuk SBI tahun ini BPI semester satu sebesar 6,5 juta dan untuk semester dua dan selanjutnya sebesar 2 juta per semester.
Yang perlu digarisbawahi adalah penerimaan PGBI tahun ini diambil dari PMDK Swadana dan Swadana. Hal ini mendapat tanggapan dari Rusita Kusuma Wardani, mahasiswa prodi Ekonomi ’08, ”Nantinya kan sekolah-sekolah akan menjadi bertaraf internasional. Lalu mengapa yang bisa masuk ke PGBI hanyalah dari swadana. Berarti nantinya hanya yang kaya saja yang bisa ikut PGBI.”
Dalam hal fasilitas untuk sementara menggunakan beberapa kelas yang ada di gedung pascasarjana. Selain itu, telah ada ruang yang cukup representative untuk microteaching, yaitu di prodi biologi. Rencana selanjutnya dua lab komputer milik FKIP yang dititipkan pengelolaannya di jurusan PMIPA akan dipindah di gedung F untuk digunakan kelas SBI. Dana hibah tahun ini akan digunakan untuk pengadaan barang-barang seperti LCD, komputer, printer, peralatan laboratorium, bahan-bahan habis pakai, perlengkapan untuk proses pembelajaran, dan buku jurnal yang berbahasa Inggris. Tahun ini diharapkan sudah ada tambahan buku bertaraf internasional yang digunakan oleh mahasiswa. Anwar, salah satu mahasiswa SBI dari prodi Fisika ’06 menuturkan agar ke depannya SBI menjadi lebih baik lagi. “Harapan saya, ya mudah-mudahan untuk ke depannya SBI menjadi lebih baik lagi dan fasilitasnya semakin baik”.ungkapnya. Senada dengan itu, salah satu mahasiswa SBI dari Matematika ’07 mengungkapkan “Karena SBI untuk tahun ini diambil melalui swadana sehingga fasilitasnya harus lebih memadai dan pengajarnya harus lebih berkompeten”.


Nur Endah_Abidah.