Rabu, 16 September 2009

KAMULAH YANG TERPILIH....


Menjadi mahasiswa baru. Beruntung sekali! Mungkin ujaran tersebut yang sering dikatakan sebagian besar masyarakat kita ketika mendengar siswa SMA yang berhasil menembus persaingan masuk ke perguruan tinggi. Beruntung sekali karena status mahasiswa masih dianggap sebagai golongan elite yang mendapat tempat khusus dalam struktur masyarakat kita. Di luar sana, jutaan siswa SMA tidak dapat menikmati pendidikan pada jenjang ini karena berbagai alasan. Tidak lolos dalam ujian penerimaan karena ’nasib’ yang kurang bagus, biaya pendidikan yang ’selangit’ atau malah jumlah perguruan tinggi yang sangat kurang dan tidak mencukupi jumlah lulusan siswa SMA.
Status sebagai mahasiswa baru bukanlah status yang bisa didapatkan dengan jalan yang mudah. Keberuntungan yang lebih adalah faktor yang juga layak diperhitungkan, selain kepandaian yang harusnya ada di atas yang lain. Biaya pendidikan tentu adalah hal yang wajib dimiliki oleh calon mahasiswa baru yang memutuskan untuk melanjutkan menjadi mahasiswa baru. Seperti ungkapan Jawa ”Jer Basuki Mawa Beo”.
Perjalanan dan perubahan dari siswa SMA menjadi mahasiswa merupakan satu catatan hidup yang layak dicatat oleh masing-masing individu. Bukan sekadar perubahan fisik, perkembangan mental dan sosial adalah faktor yang patut mendapat porsi yang lebih. Bukanlah perkara mudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru. Apalagi jika tidak dibarengi dengan perkembangan mental yang apik. Rendah diri akan meyebabkan satu hal yang fatal jika tidak disikapi secara bijak oleh mahasiswa. Penyesuaiaan diri yang benar akan mempermudah mahasiswa baru untuk menjalankan fungsi utamanya, yaitu belajar. Kuncinya adalah mandiri dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, berusaha mengatur diri sendiri agar tetap sejalan dengan tujuan utama tadi.
Proses penyesuaiaan yang dapat didefinisikan sebagai interaksi kontinyu antara diri individu sendiri dengan orang lain dan dengan dunia luar tidaklah mudah . Hal ini dikarenakan bahwa manusia terus berhadapan dengan kehidupan baru bengan cara dan pola yang baru pula. Begitu juga yang dialami oleh mahasiswa baru pada umumnya. Sesorang yang dihadapkan pada kondisi baru harus memiliki penyesuaian diri yang baik pula.
Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, mahasiswa baru haruslah memiliki rasa ingin tahu yang besar. Harus ada kemauan untuk rajin bertanya dan melontarkan pertanyaaan yang informatif dan kritis . Pengolahan informasi inilah yang akan membantu mahasiswa untuk beradaptasi dengan lingkungan baru sebagai seorang mahasiswa yang lagi-lagi dituntut untuk mandiri dan bertanggung jawab. Hal ini akan membantu mahasiswa baru untuk bergaul dan berfikir. Rasa ingin tahu yang besar dapat dilakukan dengan jalan membaca buku, browsing internet, dan lain-lain. Mahasiswa tidaklah sama seperti siswa yang hanya mengandalkan guru sebagai satu-satunya sumber informasi. Berhasil atau tidaknya mahasiswa sangat tergantung dari mahasiswa itu sendiri. Apakah mau beruasaha untuk tahu atau tidak? Untuk bisa atau tidak?. Bukankan proses ini juga membutuhkan adaptasi yang baik pula?
Mahasiswa juga harus mampu menetapkan skala prioritas dalam langkah-langkah yang diambilnya. Hal yang penting tentu harus lebih diutamakan daripada hanya sekadar kegiatan ’rame-rame’ yang tidak diketahui tujuannya. Forum diskusi akan menjadi wahana yang akan mampu meningkatkan wacana intelektualitas mahasiswa. Buku bacaan yang bermutu pun harus diusahakan. Dapat dimulai dengan bacaan-bacaan yang disukai terlebih dahulu. Dalam hal ini tentu saja adalah bacaan yang membangun karakter pemuda. Bergaul dengan mengikuti kegiatan-kegiatan kampus seperti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) juga wajib hukumnya dilakukan oleh mahasiswa khususnya mahasiswa baru. Hal ini akan membantu dalam proses sosialisasi dan adaptasi di lingkungan kampus. Sekali lagi, mahasiswa berbeda dengan siswa yang setiap hari dapat bergaul dengan teman yang dikondisikan di lingkungan sekolah. Bila tidak memiliki pergaulan yang luas dan menjalin hubungan dengan teman lain diluar jam kuliah sudah pasti akan sempit sekali lingkup pergaulanya yang akan berdampak pada adaptasi lingkungan.
Kebiasaan dan mental kekanak-kanakan pun sedikit demi sedikit patut ditinggalkan. Kebiasaan yang hanya memikirkan ’suka-suka’ adalah kebiasaan yang harus diminimalisasikan karena jika tidak akan membentuk mental hedonis yang akan sangat miris jika ada pada diri mahasiswa. Contek mencontek, misalnya adalah kebiasaan buruk yang tidak layak lagi dimiliki oleh golongan manusia yang menyebut mereka sebagai mahasiswa.
Sangat sulit memang mengubah kebiasaan kanak-kanak yang sering dilakukan saat masih menjadi siswa dan dibawa hingga menjadi mahasiswa. Tetapi hal itu harus diusahakan agar dapat beradaptasi dengan baik dan mampu menjalankan hakekat kuliah itu dengan benar sehingga ilmu pengetahuan dan setumpuk pengalaman yang telah didapat akan mampu diaplikasikan dalam kehidupan pribadi ditengah-tengah masyarakat sebagai makluk sosial. Ini hanya sekedar pengingat kecil untuk mahasiswa baru, generasi yang akan memberikan warna baru di kampus ini. Karena kamu semua adalah pemuda-pemuda yang terpilih....


*Listyawati SI
Bendahara Umum LPM Motivasi FKIP UNS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar