Rabu, 16 September 2009

Begog Bingung, Biaya Naik

Hari yang cerah bagi si Begog secerah sinarnya mentari pagi ini. Sambil senyum-senyum ga jelas seperti orang kesambet. Seperti ada sesuatu yang sedang Begog alami yang i membahagiakan dirinya. Buktinya Begog senyum-senyum sendiri kayak orang ga jelas gitu. Sampai-sampai ditanya Kang Sipon pun Begog ga dengar. “Gog, kamu kenapa senyum-senyum sendiri ga jelas kayak orang kesambet?” Tak ada jawaban dari Begog, dia masih asyik dengan lamunannya. Akhirnya karena tak ada jawaban, Kang Sipon memanggil Begog sekeras-kerasnya, “Beggooooooooooggggggggg….” “ Aduh…duh…Kang, ada apa?” Begog terjatuh karena kaget akan teriakan Kang Sipon. “Kamu kenapa senyum-senyum sendiri kayak orang yang kesambet?” tanya Kang Sipon. “Gini lho Kang aku sedang ngebayangin misalnya aku jadi orang kaya pasti aku bisa sekolah setinggi-tingginya,” Begog mulai cerita. “Ah mimpi kamu ketinggian Gog, jatuh lho hahaha…,” jawab Kang Sipon.
“Oh ya Kang ini udah tahun akademik yang baru ya… Aduh senangnya.” “Senang kenapa Gog,” tiba-tiba Njenik datang dengan mengagetkan. “Iya Gog, senang kenapa?” lanjut Kang Sipon. “Kali aja ada mahasiswi baru yang cantik and seksi yang naksir aku.” “Yah mana ada mahasiswi baru yang naksir kamu Gog, apalagi mahasiswinya cantik lagi!” timpal Njenik. “Haa… kamu cemburu ya Nik, takut kalau aku diambil orang!” “Yee… cemburu sama loe. Ga banget dech!! Paling-paling nanti yang dapat gebetan duluan juga aku!” “Udah-udah ga usah berdebat, paling-paling kalian berdua nanti sama-sama ga laku meskipun diobral….” “Ah, jahat kamu kang! doanya jelek banget!” Njenik dan Begog berteriak serempak. “Hee… Peace. Eh Gog tahu berita terbaru ga ditahun akademik ini?” tanya Kang Sipon. “Tau dunks,” jawab Begog. “Haa… yang bener aja Gog kamu tahu berita terbaru?. Emang sekarang gaul di mana kamu?. Jangan-jangan dari infotainment ya?” Njenik mengejek Begog. “Emang kamu tahu Nik? Apa coba?” tanya Begog mendengar hinaan Njenik. “Ya aku belum tahu, kan Kang Sipon belum cerita! Gimana sih gog?.”
Kang Sipon hanya senyum-senyum melihat kedua temannya saling berdebat dan tak ada yang mau mengalah. “Sudah-sudah, tidak usah berdebat. Pengen tahu beritanya ga?” Kang Sipon mencoba untuk menengahi. “Siap boss…,” jawab Begog dan Njenik serempak. “Gini lho sekarang biaya masuk kuliah itu mahal banget!! Biaya BPI selangit, IOM seperti biasa naik lagi, SPP juga masih naik 10% tiap tahunnya!!! ” Kang Sipon mulai bercerita. “Wach… wach, yang benar aja Kang. Berarti yang bisa mengenyam pendidikan hanya orang-orang yang kaya dan beruang dunks,” tanya Begog. “Ya, kira-kira begitu,” jawab Kang Sipon. “Eh kang, tapi kaya’nya tidak perlu terlalu khawatir deh!! Kemarin aku lihat pada demo menolak kenaikan SPP yang 10% itu kok!! Njenik ikut ngomong. ”Iya, sampai ditayangin di TV malah!! Bangga aku kang, ternyata mahasiswa kita peduli!” Begog ikut bersuara. “Ah,yang bener???,” Kangsipon menyindir. ”Kok nggak percaya to kang?? Coba Tanya temen-temen, apa bener kemarin ada demo menolak kenaikan SPP 10%??“ Begog kesal. ”He,bukannya aku nggak percaya tentang demo itu. Wong aku juga lihat kok. Tapi maksudnya ah yang bener tadi tu apa bener mahasiswa kita peduli??” Jelas kangsipon. ”Lho!! Kalau sudah ada demo gitu ya sudah berarti peduli to kang??” bantah njenik yang kali ini setuju dengan begog. ”Ini aku cuma berpendapat aja lho ya?? Ya syukur kalau memang itu bentuk kepedulian mereka. Tapi kan seperti itu ada kemungkinan juga politik mencari muka,” jawab Kang Sipon santai. ”Maksudnya???” Begog dan Njenik serentak. ”Ya ini bukan apa-apa sih, cuma kemungkinan saja. Soalnya aku denger slentingan juga, kalau demo itu sudah di skenariokan. Tapi terlepas dari benar tidaknya slentingan itu, yang pasti semoga demo itu tidak hanya menjadi angin lalu seperti ketika masalah BHP kemarin. Tidak membuahkan apa-apa. Toh BHP di ketok juga kan??” jawab Kang Sipon. ”Iya ya kang, seakan demo sekarang hanya mampu menimbulkan kegelisahan tapi tidak mampu membuat perubahan. Lha terus sekarang pertanyaannya kalau demo tidak lagi mampu membuat perubahan, bagaimana dengan kebijakan-kebijakan yang membebani rakyat kecil seperti SPP tadi misalnya??” Njenik mengeluh. “Terus gimana ya sama anak-anak yang kurang mampu? Mereka nggak bisa sekolah dunks karena nggak mampu bayar,” tambah Begog. “Tumben Gog kamu mikirin nasib orang lain, biasanya juga apatis mikirin nasib sendiri! He, Peace…………,” balas Njenik. “Ya gimana lagi dunks Nik. Gimana Indonesia mau maju kalau warga negaranya tidak dapat mengenyam pendidikan dengan baik. Iya nggak?” Begog balik membalas
“Betul banget Gog pendapat kamu,” jawab Kang Sipon.
“Horeee… Begog pintar. Tumben Gog pendapat kamu benar. Kesambet dari mana tuch sampai bisa ngomong sebijaksana itu?” lanjut Njenik.
“Begog gitu loh... emang kamu!! hee…,” tegas Begog.
“Oo ya, kemarin tetanggaku ada yang nangis seharian,” lanjut Begog. “Lho kenapa Gog,” tanya Njenik. “Kayaknya sich kangen sama aku, kan sudah dua hari ga aku tengok! He…,” jawab Begog. “Alah gayamu ketinggian Gog!” ejek Njenik. “Nggak-nggak Nik. Tenang aja ga ada yang akan ambil aku dari kamu kok! heee…. Katanya sich dia gagal ujian SNMPTN, terus mau daftar swadana di PTN biayanya mahal banget. Orang tuanya ga mampu bayar.”
“Wach-wach kasihan ya. Berarti emang benar-benar hanya orang yang kaya ya yang bisa mengenyam pendidikan. Kasihan nasib saudara-saudara kita yang ingin mengenyam pendidikan.”
“Betul banget tu Nik. Kalau biaya pendidikan di Indonesia seperti itu bagaimana bangsa Indonesia bisa maju. Warga negaranya aja ga ada yang pinter karena kurangnya pendidikan yang didapat,” jawab Kang Sipon. “Benar juga tuch kang,” timpal Njenik. “Trus gimana keadaan tetanggamu sekarang Gog?” tanya Kang Sipon. “Informasi terakhir yang aku dengar sich dia jadi agak-agak stress gitu Kang.” “Wow… sampai separah itu ya, kasihan!” timpal Njenik. “Wach-wach calon-calon pemimpin bangsa menjadi berkurang satu cuma karena mahalnya biaya pendidikan. Kalau mahalnya biaya pendidikan ini terus berlanjut, akan menjadi apa masa depan bangsa ini. Alangkah malangnya nasib bangsa ini,” Kang Sipon mencoba mengeluarkan keresahannya.
Mico_Dhika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar