Rabu, 09 Desember 2009

KPU ABAIKAN JUKLAK JUKNIS


Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai lembaga yang menjembatani suara mahasiswa tak terlalu sempurna dalam mengemban tugas. Pelaksanaan pemilu FKIP berlangsung tanpa mengindahkan peraturan yang mereka buat sendiri.

Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis (juklak juknis) yang merupakan petunjuk-petunjuk yang berisi prosedur dalam pemilu mahasiswa diabaikan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Pasalnya dalam proses pemungutan suara yang mengharuskan mahasiswa menggunakan hak pilihnya dengan menggunakan Kartu Mahasiswa (Karmas) atau identitas mahasiswa lainnya yang masih berlaku tidak diindahkan oleh KPU. Mahasiswa hanya perlu menyebutkan nama, Nomor Induk Mahasiswa (NIM), asal Program Studi (Prodi) yang ada pada daftar mahasiswa kemudian membubuhkan tanda tangan tanpa harus menunjukkan kartu identitas mahasiswa. “Ketika nyontreng aku tidak diminta menunjukkan karmas, tapi hanya menyebutkan nama, NIM, asal prodi kemudian tanda tangan,” ungkap salah satu mahasiswa jurusan P.MIPA yang tidak mau menyebutkan namanya. Padahal aturan menggunakan kartu identitas tertera pada petunjuk teknis Bab IV mengenai tata cara pemungutan suara yang mana mahasiswa dapat menggunakan hak pilihnya dengan menggunakan Karmas atau identitas mahasiswa FKIP UNS lainnya yang masih berlaku.
Setelah dikonfirmasikan dengan KPU, sekretaris KPU, Septi Kuntari mengungkapkan bahwa tujuan dari penggunaan Kartu Rencana Studi (KRS) atau karmas saat mencontreng adalah untuk menghindari terjadinya kecurangan-kecurangan dari mahasiswa. Namun, pada kenyataannya ada beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tidak menaati juklak dan juknis. “Penggunaan KRS atau karmas bertujuan untuk menghindari kecurangan,” tutur Septi. Menghemat waktu menjadi alasan beberapa TPS tidak menggunakan KRS dan Karmas sebagai tanda bahwa mahasiswa tersebut telah menggunakan suara mereka.
Penyimpangan pelaksanaan dan teknis dikhawatirkan akan menimbulkan terjadinya penggelembungan suara. “Yang ditakutkan akan terjadi kecurangan, tapi hal itu bertujuan agar lebih efisien waktu,” papar Septi. Meskipun terlihat sepele, namun akibat yang timbul bisa fatal, mahasiswa bisa saja menggunakan hak pilih mahasiswa lainnya untuk mencontreng lagi. ...............................ungkap mahasiswa. Cacatnya pelaksanaan pemilu di FKIP tak hanya seputar penggunaan KRS atau Karmas sebagai tanda bukti. Lebih dari itu secara teknis pelaksanaan Pemilu tak begitu rapi. Terbukti dalam pelaksanaan pencontrengan masih banyak ditemui kejadian satu bilik digunakan untuk mencontreng empat orang secara bersamaan.
Pemilu yang lugas, jujur, bersih, dan adil masih terlalu jauh untuk diraih. Komisi Pemilihan Umum ke depan harus lebih taat dengan aturan yang mereka buat sendiri. Mahasiswa berharap agar KPU lebih memperhatikan dan mengindahkan juklak juknis agar perolehan suara dapat diyakini mahasiswa. “Sosialisasi dari KPU juga kurang. Jadi, banyak yang tidak nyontreng, tahun depan harus lebih taat aturan,” pungkas Kurnia Mahasiswa P. IPS.

56.73% Reponden Tidak Setuju PPL Ditiadakan Jika proposal PPG disetujui


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) tak lepas dari Program Pengalaman Lapangan (PPL), yang mana mahasiswa dituntut untuk terjun langsung ke lapangan (sekolah) untuk praktik mengajar. PPL biasanya dilaksanakan saat mahasiswa telah mencapai semester tujuh (VII), yang pada semester sebelumnya diadakan microteaching, praktik mengajar dihadapan teman-teman sekelas.
Namun, kali ini FKIP UNS akan mengadakan Pendidikan Profesi Guru (PPG). PPG sendiri tidak hanya berlaku bagi mahasiswa FKIP saja, namun juga mahasiswa non FKIP. Lama waktu menempuh PPG pun berbeda. Untuk lulusan PGSD hanya 1 semester (6 bulan) dan untuk lulusan FKIP non PGSD maupun non FKIP selama 2 semester (1 tahun). Saat ini PPG sedang dalam taraf pengajuan proposal ke Dikti. Apabila proposal itu disetujui maka PPG akan benar-benar dilaksanakan dan PPL ditiadakan.
Dihadapkan pada wacana diatas, TIM MOTIVASI berusaha untuk menggali data dan menanyakan pendapat kepada mahasiswa FKIP UNS mengenai wacana tersebut. Penggalian data dilakukan dengan penyebaran polling yang dilaksanakan pada Rabu (25/11) menggunakan teknik random sampling (secara acak) dengan responden sebanyak 171 mahasiswa. Dari hasil polling yang dilakukan oleh Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) LPM MOTIVASI FKIP UNS sebanyak 56,73% responden menyatakan tidak setuju dengan peniadaan PPL apabila proposal PPG benar-benar disetujui. Alasan yang mereka ungkapkan beragam. Riya, mahasiswa Sos-Ant, mengungkapkan, “Di FKIP saja sudah jelas-jelas memberi pendidikan keguruan.” Berbeda dengan Tri Ambarwati, mahasiswa pendidikan bahasa Inggris. Ia mengungkapkan bahwa, “Kalau PPL ditiadakan dari fakultas lain bisa menjadi guru, dan itu sangat merugikan bagi kita.” Sama halnya yang diungkapkan Hafidz, “Karena jika PPG diberlakukan kita akan banyak saingan menjadi guru dan kesempatannya menjadi lebih sempit.”
Sedangkan 22.81% responden menyatakan setuju saja apabila PPL ditiadakan seiring dengan persetujuan proposal PPG. “Karena pengalaman praktik lebih lama sehingga kita lebih menguasai dan lebih banyak wawasan,” ungkap Bambang, mahasiswa Ekonomi. Selain itu, juga ada yang mengungkapkan bahwa PPG dirasa lebih menjanjikan daripada PPL karena sudah tersertifikasi pula.
20.46% responden yang lainnya menyatakan ragu-ragu mengenai peniadaan PPL bila nantinya proposal PPG disetujui. “Masih simpang siur, positif negatif PPG. Jika pada akhirnya PPG justru merugikan lulusan FKIP, untuk apa FKIP ada?” ungkap salah satu mahasiswa. Selain itu, ada juga yang mengungkapkan, “Bila PPL ditiadakan apa bedanya antara FKIP dengan fakultas lainnya?”

Hasan: “…Mungkin ke depannya bisa diadakan diskusi antarpartai. Jadi, tidak hanya diskusi Capres,…”


Hasan: “…Mungkin ke depannya bisa diadakan diskusi antarpartai. Jadi, tidak hanya diskusi Capres,…”

Kutipan tersebut merupakan kutipan wawancara dengan Hasan Zainuri selaku presiden Partai Orbit Bercahaya (POB) terkait dengan partai.

Apa fungsi dibentuknya dari sebuah partai?
Pada awalnya dibentuknya sebuah partai memang untuk pemilihan presiden BEM FKIP. Itu memang ada sebuah wadah di mana calon-calon presiden dan calon-calon legislatif harus dalam sebuah partai. Di mana partai fungsi dari sebuah partai memang segi untuk memilih. Jadi, mahasiswa nanti bisa memilih partai itu dan orang-orang yang ada di sana/ calon-calon legislatif di sana bisa terwadahi di dalam partai itu sendiri. Jadi, memang partai di sana fungsinya memang sangat penting jika ingin mencalonkan diri jadi calon legislatif maupun calon presiden BEM.

Bagaimana recruitment anggota? Apakah memakai seleksi?
Recruitment anggota partai untuk partai itu sendiri memang di sana tidak seformal seperti organisasi-organisasi yang menggunakan open recruitment. Tidak ada magang juga atau seleksi secara detail. Jadi, sekadar keinginan bagi mahasiswa yang intinya pengen terlibat dalam sebuah aktivitas politik di kampus FKIP. Kemudian pengen terlibat, seperti apa anggota legislatif itu. Kemudian bagaimana kinerja-kinerja di partai itu sendiri maka recruitment anggota partai itu sendiri simple. Jadi, cuma dalam bentuk pamflet akan diadakan sebuah recruitment partai ini, misalnya, POB dengan visi misinya. Siapa yang mau mau silakan mendaftar langsung. Istilahnya menyerahkan karmas sendiri dan berminat untuk masuk partai itu dengan plus minusnya. Jadi, mereka masuk dengan sendirinya. Tidak perlu ada seleksi yang begitu detail layaknya UKM atau organisasi-organisasi. Jadi, intinya memang ketika anggota partai itu sudah memenuhi syarat, misalnya, partai POB. Jadi, orang-orang yang di sana itu dekat dengan orang yang dulunya ada di POB, misalnya, dengan ngajak-ngajak temannya seprodi, kakak tingkatnya ,adik tingkatnya atau teman seorganisasinya. Jadi, ketika open recruitment di sana memang orang-orang yang terdekat dahulu baru kemudian ke orang-orang yang pengen masuk saat itu juga/ saat mahasiswa baru kemudian baru direkrut.

Pendidikan politik apa yang diberikan partai kepada mahasiswa?
Untuk pendidikan politik saya rasa memang ketika pertemuan-pertemuan partai atau koordinasi di partai itu ada pewacanaan terkait bagaimana cara pelaksanaan pemilu presiden, apa tho calon legislatif itu, Intinya dapat pengetahuan terkait apa itu politik, apa itu legislatif, apa itu golput, apa itu apatisme. Jadi, intinya segala sesuatu tentang pemilu itu diberikan kepada anggota partai itu sendiri. Jadi, supaya mereka punya pewacanaan kalau pemilu itu nanti seperti ini, harus memilih dan hak pilih itu harus ada sehingga mereka dapat mengajak teman-temannya yang lain supaya punya pemahaman tentang politik juga.

Bagaimana sosialisasi partai terhadap mahasiswa? Soalnya saat pemilu banyak mahasiswa yang tidak tahu partai, bahkan calon presidennya.
Kalau dari POB memang ada leaflet. Namun, leaflet itu juga tidak begitu detail. Jadi, intinya di sana cuma memberitahukan bahwa akan ada partai dengan calon-calonnya kemudian akan mengusung FKIP ke depan seperti ini. Jadi, intinya partai itu adalah sebuah wadah dan di sana fungsinya memang wadah bagi orang-orang yang menjadi calon legislatif dan calon presiden. Jadi, kalau ada tiga partai maka juga ada banyak calon. Itu memang sosialisasi dari tiap-tiap partai juga berbeda dan memiliki karakteristik sendiri, misalnya, bisa melalui sms atau pamflet. Yang intinya orang-orang yang terdekat dari partai itulah yang mengetahui seluk beluk tentang partai itu. Mahasiswa umum yang tidak ikut dalam partai itu mengetahuinya ya hanya sekadar lewat partai itu. Saat pemilu mereka tidak tahu atau mungkin mereka tahu hanya pada saat itu juga. Kekurangan dari sosialisasi yaitu hanya melalui pamflet tadi. Mungkin ke depannya bisa diadakan diskusi antarpartai. Jadi, tidak hanya diskusi capres, tetapi juga diskusi partai sehingga mahasiswa umum bisa mengetahui ternyata partainya ada ini-ini dan tidak hanya capresnya yang diketahui.
Jtm_

Selasa, 08 Desember 2009

POLITIK ASAL-ASALAN


Partai ibarat lokomotif.. Begitulah kira-kira istilah untuk partai mahasiswa yang membawa aspirasi dan amanah dari mahasiswa. Sebuah tugas mulia dari mahasiswa untuk para polikus kampus. Tugas khusus, tidak sembarang mahasiswa mendapatkannya. Namun, fenomena yang terjadi adalah lokomotif kosong itu keluar dari rel yang telah ditentukan arah dan tujuannya yaitu memberikan pendidikan politik kepada mahasiswa. Partai mahasiswa, Dewan Mahasiswa dan Badan Eksekutif Mahasiswa adalah lembaga yang memiliki dan diamanahi untuk memberikan pendidikan politik kepada mahasiswa. Pendidikan politik seperti apakah yang dbutuhkan oleh mahasiswa? Apa hanya dengan adanya lembaga-lembaga tersebut, ataukah dengan diadakannya pemilu mahasiswa. Tentu tidak hanya itu, tetapi kualitas dan proses pendewasan mahasiswa untuk berpolitik.
Kenyataan yang ada adalah jauhnya kualitas pemilu. Contohnya, pelaksanaan Pemilu mahasiswa kemarin banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan yaitu pelanggaran terhadap Juklak dan Juknis Pemilu. Padahal aturan itu dibuat sendiri tapi dilanggar sendiri. Ini tidak meneladani mahasiswa, yang mengetahui dan membuat aturan saja melanggar apalagi yang tidak membuat. Penyimpangan itu antara lain diperbolehkannya menyontreng tanpa menunjukkan Kartu Mahasiswa, padahal aturannya harus menunjukkan Karmas. Selain itu juga adanya pelanggaran atas asas Pemilu Luber dan Jurdil. Dalam satu bilik suara digunakan beramai-ramai aturannya satu pemilih satu bilik, sehingga kerahasiaan pemilih terjamin. Adanya penyimpangan-penyimpangan ini tidak disadari bahwa ini adalah pembodohan politik bagi mahasiswa. Mahasiswa seolah-olah hanya disuruh nyontreng, sesuai aturan atau tidak yang penting nyontreng, hanya agar memenuhi target terlaksananya demokrasi kampus namun mengabaikan outcome-nya. Panwaslu tidak begitu peka dengan penyimpangan ini, nyatanya ini luput dari pengawasan, belum ada tindakan nyata dari Panwaslu. Penyimpangan-penyimpangan ini tidak boleh berlarut-larut, dari beberapa pelaksanaan Pemilu, permasalahan yang timbul sama saja, tidak adanya peningkatan kualitas pemilu. Kalau hanya politik seperti ini mahasiswa tidak butuh, pemborosan dana mahasiswa. Pendidikan politik yang demikian itu tidak dibutuhkan mahasiswa. Akan tetapi pendidikan politik yang berkualitas dan mendewasakan cara berpikir mahasiswa dalam berpolitiklah yang dibutuhkan mahasiswa. Untuk itu diperlukan keseriusan dari pemegang amanah untuk mengkonsep pendidikan politik mahasiswa yang berkualitas, tidak hanya politik asal-asalan, asal nyalon, asal terlaksana, selesai.

KIAMAT 2012 : WACANA YANG MENGHEBOHKAN DUNIA

Akhir-akhir ini, pemberitaan mengenai kiamat yang akan terjadi di Tahun 2012 semakin santer saja terdengar. Berbagai media massa baik cetak maupun elektronik di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia berulang kali mengekspos tentang berita tersebut. Hingga mendasari film 2012 yang kini menjadi tontonan publik. Serta merta masyarakat dunia saat ini telah disibukkan oleh isu crusial tersebut hingga mendasari anggapan berakhirnya peradaban bumi akan terjadi di akhir tahun 2012 nanti. Beragam pendapat terus muncul di permukaan. Mulai dari ramalan mama lauren hingga pernyataan dari para biksu di Tibet yang turut mengiyakan hal tersebut. Hingga beredar pula buku tentang Kiamat 2012 (Apocalypse 2012) oleh Lawrence E.Joseph), penulis berdarah Lebanon yang menjabat sebagai Ketua Dewan Direksi Aerospace Consulting Corporation di New Mexico. Dalam bukunya dipaparkan mengenai kemungkinan terjadinya bencana alam di tahun tersebut secara ilmiah.
Bagi mereka yang percaya, kalender suku Maya yang ditemukan di reruntuhan di Mexico menjadi salah satu alasan yang mendukung isu tersebut. Masyarakat Maya Kuno, yang dikenal maju ilmu matematika dan astronominya, mengikuti “perhitungan panjang” kalender yang mencapai 5,126 tahun. Ketika peta astronomi mereka dipindahkan ke kalender Gregorian, yang digunakan secara standar sekarang, waktu perhitungan bangsa Maya berhenti pada 21 Desember 2012. Dalam kalender bangsa Maya yang sangat tersohor itu, diramalkan bahwa pada periode 1992-2012 bumi akan dimurnikan, selanjutnya peradaban manusia sekarang ini akan berakhir dan mulai memasuki peradaban baru.
Pada sistem penanggalan didalam Kalender Bangsa Maya (Perhitungan Maya Calendar dari 3113 SM sampai 2012 M), mereka (Bangsa Maya) menyatakan pada tahun 2012,tepatnya tanggal 21 Desember 2012,merupakan "End of Times". maksud dari "End of Times" itu sendiri masih diperdebatkan oleh para ilmuwan, dan arkeolog. Ada yang menyatakan bahwa maksudnya adalah : Berhentinya waktu (bumi berhenti berputar), Peralihan dari Zaman Pisces ke Aquarius, Peralihan dari Abad Silver ke Abad keemasan, End of Times = End of the World as we know it, Akan ada sebuah galactic Wave yang besar, yang memberhentikan semua kegiatan di muka bumi ini, termasuk kemusnahan manusia, Perubahan dari dimensi 3 ke dimensi 4, bahkan Kehidupan manusia meningkat dari level dimensi 3 ke 4, DNA manusia meningkat dari strain 2 ke 12, sehingga manusia dapat menggunakan telepati bahkan telekinesis.
Ada yang menyatakan waktu sudah tidak akan berlaku, jadi waktu tidak linear, tetapi bisa berubah-ubah, sesuai dengan waktu yang kita alami, karena ditemukannya mesin waktu dan stargate, Manusia sudah dapat melakukan transportasi ke galaxi lain, melalui stargate , Bangkitnya messiah, yang akan menyelamatkan manusia dari kehancuran, Kebangkitan Isa AS, First Contact pertama kali peradaban manusia dengan Alien/UFO, Manusia bergabung dengan komunitas antar galaxi pertama kali, manusia = galaxy being hingga beragam versi lainnya. Namun dari kesemuanya ada pula yang mengatakan tidak terjadi apa-apa.
Terlepas dari hal itu, banyak pula para ahli yang menkonsepsikan dengan berbagai alibi. Dari sisi sains, ada yang mengatakan bahwa tanggal 21 Desember 2012 akan terjadi Badai Matahari. Namun dari aspek sisi poitik, ada pendapat lagi yang mengatakan bahwa penyebab lain terjadinya kiamat 2012 dimaknai sebagai rencana zionis Israel untuk menciptakan tatanan dunia baru atau The New World Order. Dunia baru yang dicanangkan oleh kelompok zionis Israel nantinya dengan mengurangi jumlah penduduk bumi hingga 90% dan menyisakan penduduk yang adalah golongannya sendiri.
Pengurangan jumlah ini didasari fakta bahwa dunia kita mempunyai terlalu banyak penduduk, sehingga sumber daya alam tidak mampu lagi menopang kebutuhan seluruh penduduk bumi yang berjumlah 6 milyar. Oleh karenanya di perlukan pengurangan penduduk dengan jumlah sangat besar, sehingga The New World nantinya benar-benar perwujudan dunia baru yang hanya di huni oleh mahluk-mahluk pilihan.
Dari sudut pandang ekologi, ada yang mengatakan bahwa semua hal yang terkait dengan kiamat tersebut berhubungan dengan Human Cause, Gamma Ray Burst/GRB, Oceanic Overturn, Hidrogen, Sulfida Emissions, Peristiwa Anoxic, Clathrate Gun, Pemanasan Global, Global Cooling, Impact Events, Sea-level falls. Aspek yang disebutkan tersebut lebih mengarah pada peristiwa alam dan ulah tangan manusia sebagai pengelolanya.
Di pihak lain, sesepuh bangsa Maya modern di Guatemala dan Meksiko juga menyatakan prediksi kiamat itu ngawur. Dinilai, kiamat 2012 sengaja diciptakan untuk tujuan komersial bangsa barat dengan mengeksploitasi kebudayaan Maya.
Saya tidak tahu yang mana pendapat yang benar, dan juga tidak tahu apakah benar di tahun 2012 nanti akan terjadi kiamat. Namun tak ada salahnya semua yang coba dijelaskan menjadi satu bagian yang mengarahkan kita bahwa kiamat pastilah terjadi Sebagai muslim, tak ayal lagi sejatinya kiamat yang banyak didengungkan saat ini serta merta hanya Allah saja yang tahu. Bahkan Malaikat sebagai makhluk paling taat sekalipun tak tahu tentang datangnya hari kiamat. Dia telah mewahyukan semuanya dalam Q.S Al Ahzab :63. Lantas, tidak ada salahnya sebagai seorang yang beragama, kita dapat bertanya tentang semua ini? Percaya tidaknya kita kembalikan pada diri sendiri. Tidak ada salahnya ini mungkin menjadi sebuah peringatan bagi kita manusia untuk terus waspada dan terus merefleksi dan berbenah diri.

Begog dan Sepatu Mengkilatnya

Siang itu Begog sedang duduk-duduk di shelter sambil senyum-senyum sendiri. Walaupun hanya sendiri Begog tetap happy. Sepertinya hari itu hati Begog sedang sumringah. Sesumringah bunga akasia yang memang sedang bermekaran di FKIP kala itu. Saking Sumringahnya Begog tidak sadar kalau pujaan hatinya Njenik sedang menghampirinya.
“Kamu kenapa Gog, gila ya? Tak liatin dari tadi senyam-senyum terus…,” sapa Njenik.
“Eh... Eh… Nje..nik..How are you Njenik?” jawab Begog sambil nyengir.
“Wah... kamu beneran gila ya Gog. Astagfirullah Begog kasihan orang tuamu, punya anak kog gila,” Njenik terlihat cemas.
“Enak aja..aku ga gila ya… Aku lagi ngebayangin ntar kalo PPL pasti keren. Pake hitam putih, sepatu mengkilat. Cling!!! Rambut klimis... Oh...Guantengnya aku…,” kata Begog sambil menerawang, tapi bukan menerawang tahun 2012 lho.
“Dasar Begog kasihan banget kamu Gog. Kamu ga tahu ya kalau PPL itu udah ga ada…Ga... Ada...,” ujar Njenik.
“Apa??? Siapa yang ngomong Njenik… Mati aku!!! padahal aku sudah nyiapin kemeja putih, celana kain, sepatu mengkilat Cling!!! Cling!!!” Begog jadi terlihat sedih.
“ Cep cep cep…. Kasihan… Gosipnya kan udah beredar Gog... Katanya PPL ntar dipindah ke Progam PPG gitu,” tegas Njenik.
Muka Begog jadi murung mendengar kabar itu. Suara Njenik seakan tidak terdengar lagi. Dunia Begog seakan tenggelam ditelan kabut yang turun dari langit. Hilang sudah impiannya untuk ngeceng di depan anak-anak SMA. Tapi tiba-tiba ada secercah cahaya yang membuat dunia Begog jadi ceria lagi.
“Kata siapa Njenik kalau PPL udah ga ada?? Wong masih ada kok…,” tutur Kang Sipon yang tiba-tiba njedul kayak hantu.
“Oh Kang Sipon kamu seperti es teh dikala ku haus. Beritamu sungguh menyenangkanku,” Begog terlihat berseri kembali mendengar ucapan Kang Sipon.
“Iya Gog, kamu tenang aja. Kamu masih bisa kok memamerkan sepatu mengkilatmu di depan anak-anak SMA nanti heee....”
”Horeee...,” Begog bersorak kegirangan mendengar hal itu.
”Gog, stop!!! Kamu lama-lama persis seperti orang gila,” bentak Njenik dengan nada marah.
”Njenik betul Gog. Tidak perlu seheboh itu kali. Emang yang kamu suka apa sich dari PPL itu? Jangan-jangan hanya ingin memamerkan sepatu doank Gog. Yang terpenting dari PPL itu kamu bisa berlatih mengajar secara langsung di sekolah. Gimana menghadapi anak-anak di depan kelas, menerapkan ilmu kita Gog... Bukan hanya pakai sepatu mengkilat, celana kain, dan baju putih yang serba cling cling cling!!!. Tujuan dari PPL itu yang lebih utama,” Kang Sipon menjelaskan panjang lebar.
”Iya Gog, Kang Sipon betul. Kalau hanya ingin memamerkan sepatu mengkilatmu tidak perlu menunggu PPL. Kalau mau, sekarang pun kamu bisa memamerkannya,” tegas Njenik.
Begog menjadi terdiam seribu bahasa. Pikirannya melayang-layang dan terbang tinggi jauh di awan swing...swing... Sambil melayang-layang Begog tetap memikirkan ucapan Kang Sipon dan Njenik tentang tujuan PPL.
”Begoggggg...,” Kang Sipon dan Njenik serempak memanggil Begog.
”E... Ee... Iya,” Begog menjawab dengan nada kaget.
”Kamu mikirin apa Begog, kok kayak orang yang sedang berpikir karena banyak hutang,” ujar Njenik.
”Tenang saja, kamu masih bisa PPL kog, sebelum PPG jelas kita masih bisa berharap akan adanya PPL Gog” tambah Njenik.
”Iya Begog, tenang saja. Kalau kamu pikirin terus tentang keinginanmu memakai sepatu mengkilat saat PPL nanti kamu jadi stress lho haaa... Kalau sudah ga kuat, mendingan sepatunya dipakai sekarang saja Gog daripada kamu jadi seperti orang gila,” Kang Sipon menambahi nasihat yang diberikan Njenik kepada Begog.
”Iya... iya Kang. Aku sekarang sedang memikirkan tujuan dan pemakaian sepatu mengkilatku. Setelah aku pikir-pikir dengan melayang-layang kelangit ketujuh sepertinya yang lebih utama adalah tujuan PPL, bukan sepatu mengkilatku,” jawab Begog.
”Bukan lagi sepertinya Gog. Tapi memang yang lebih utama adalah tujuannya. Bukan sepatu mengkilatmu itu,” timpal Kang Sipon.
Akhirnya wajah Begog pun menjadi sumringah kembali seperti cerahnya sinar mentari siang itu setelah mendengar adanya berita bahwa PPL masih ada. Dengan senyum-senyum sendiri Begog pun meninggalkan Kang Sipon dan Njenik tanpa pamit seperti orang lupa daratan.
Ki2s_Jtm

Senin, 07 Desember 2009

STADIUM GENERAL P. MIPA

Senin (16/11) Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (P.MIPA) mengadakan acara Stadium General (SG) dengan tema “New Trends in Chemistry And Math Science Assesment”. Kegiatan ini merupakan salah satu program kerja dari Pembantu Dekan III (PD III). Stadium General dimulai pukul 08.00 WIB di aula gedung F FKIP UNS yang diikuti oleh seluruh mahasiswa P. MIPA FKIP UNS angkatan tahun 2009.
Acara dibuka dengan sambutan dari Dr . Sarwanto S. Pd, M. Si. selaku ketua panitia dan diikuti dengan sambutan dari Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan FKIP UNS. Selanjutnya diisi oleh 2 orang pembicara, yaitu Prof. Karl Heinz Van Pee, Ph. D dari Jerman dan Dr. Ana Ratna Wulan dari UPI dan dipandu oleh seorang moderator, yaitu Dr. Rer.Nat Sri Mulyani, M. Si.
SG diikuti oleh seluruh mahasiswa P. MIPA FKIP UNS angkatan tahun 2009 baik dari Prodi Biologi, Fisika, Kimia maupun Matematika, Dosen-dosen dari P. MIPA, dan perwakilan dari masing-masing Ketua Prodi dan Sekretaris prodi dari masing-masing Prodi yang ada di P. MIPA FKIP UNS.
Acara dibuat seperti kuliah perdana bagi mahasiswa P. MIPA angkatan tahun 2009. Kegiatan ini juga bisa digunakan untuk memotivasi mahasiswa P. MIPA untuk lebih meningkatkan potensi yang dimiliki supaya bisa ikut bersaing dengan mahasiswa luar negeri dan memotivasi mahasiswa untuk lebih meningkatkan prestasinya supaya dapat bersekolah di luar negeri. Acara ini diharapkan dapat lebih meningkatkan kualitas dari para mahasiswa P. MIPA FKIP UNS.
Desi_

REAKTAN KOVALEN

Sabtu (21/11), HMP Kimia Kovalen mengadakan acara “REAKTAN” yang berlangsung sampai hari Minggu (22/11). Kegiatan ini bertujuan untuk lebih mengakrabkan mahasiswa Kimia 2009 dengan prodi, khususnya dengan kakak tingkat. Acara hari pertama, Sabtu (21/11), dimulai dari pukul 06.00 untuk upacara pembukaan yang bertempat di depan Perpustakan FKIP UNS. Kemudian dilanjutkan dengan materi dari trainer dan acara debat antarmahasiswa 2009 yang terbagi dalam dua kelompok dengan tema ”Pendidikan Profesional Guru“. Selanjutnya kegiatan diisi dengan pensi dari mahasiswa 2009 dan berakhir pada pukul 17.00 WIB. Pada hari kedua, Minggu (22/11) diisi dengan outbound yang bertempat di Sekipan, Tawangmangu. Acara ini diikuti seluruh mahasiswa Kimia 2009 dari SBI maupun Reguler kemudian Sebagian mahasiswa Kimia 2008 dan Steering Comitee (SC) dari mahasiswa Kimia 2007.
Nurina_

BEDAH BUKU SKI

) Rabu (18/11), Sentral Kegiatan Islam (SKI) FKIP UNS mengadakan acara bedah buku yang berjudul “Agar Kuliah Tak Sekedar Status”. Sebuah buku yang diterbitkan sebagai wacana bagi mahasiswa agar tidak hanya study oriented semata. Acara yang berlangsung mulai pukul 13.00 – sekitar Asar yang menghadirkan dua orang pembicara yang berkompeten di bidangnya, yakni Ust. Hatta Syamsuddin Lc ( Penulis buku “Agar Kuliah Tak Sekedar Status”), Anto Suryo Pribadi S.Pd ( Mawapres FKIP UNS 2008). Anto sendiri sebagai pembicara menyampaikan pengetahuan dan pegalaman organisasi dan prestasi. Peserta terlihat memenuhi Aula Gd.A FKIP UNS dengan kuota sekitar 85 orang.
Menurut sekretaris acara bedah buku, Iskayati, kegiatan bedah buku ini diharapkan mampu mengubah persepsi mahasiswa mengenai mahasiswa sejati, yang tidak hanya dapat gelar dan study oriented saja melainkan menjadi lulusan yang luar biasa. “Kegiatan ini diharapkan mampu memberi pandangan pada mahasiswa agar ngampus tak sekedar status,” jelasnya.


Watik_

AUDENSI REKTORAT DAN ORMAWA UNS

Selasa (24/11), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNS menggelar audensi dengan rektorat dan Ormawa UNS yang mendatangkan rektor UNS, Samsul Hadi dan Pembantu Rektor III (PR III), Dwi Tyanto selaku pembicara. Acara tersebut dihadiri oleh delegasi dari pihak rektorat dan sejumlah perwakilan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Audiensi membahas tentang kebijakan-kebijakan kampus UNS yang selama ini masih membingungkan para mahasiswa. Berdasarkan hasil perwakilan UKM se-UNS yang terhimpun dalam satu Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) membawa beberapa aspirasi untuk disampaikan kepada rektor UNS yang antara lain mengenai SK514/H27/KM/2009 tentang pemberian dispensasi pembayaran SPP/BPI bagi mahasiswa program SI Reguler dan Diploma UNS, fasilitas UNS, pendanaan Ormawa, dan kebijakan dana legalisir serta denda perpustakaan.
Mengenai sistem birokrasi di UNS yang dirasa berbelit-belit memang diakui oleh Samsul Hadi selaku rektor UNS. ”Memang birokrasi di UNS buruk,” ujar Rektor UNS. Akhir acara, Samsul Hadi menjanjikan sekitar pertengahan tahun depan akan memfasilitasi semua kebutuhan di UNS. “Insyaallah pertengahan tahun depan semua fasilitas UKM di UNS akan terpenuhi,” tegas Samsul Hadi.

Dan’z_Qodri

ANALISA GRAFITASI

Sabtu (21/11) Himpunan Mahasiswa Program (HMP) Fisika, Grafitasi, menggelar kegiatan ANALISA (Asyiknya Jalan Sehat Anak Fisika). Acara dimulai pukul 07.00 WIB dan bertempat di Argo Budoyo, utara danau Fakultas Pertanian. Realisasi program kerja Bidang Kreativitas Mahasiswa ini diikuti oleh 38 mahasiswa pendidikan Fisika dari semua angkatan. Tujuan dari ANALISA ialah mengenal lingkungan kampus UNS dan sebagai lahan pengakraban antarangkatan Fisika.
Kegiatan diisi dengan jalan santai, dengan rute Argo Budoyo-Fakultas Teknik-Masjid Nurul Huda-GOR UNS-Analitik-Fakultas Kedokteran-Argo Budoyo. Selain itu, acara diisi pula dengan pertunjukkan seni dari mahasiswa Fisika.


Sufi_

KPU FKIP Adakan Debat Calon Presiden BEM FKIP UNS

Kamis (19/11) bertempat di Aula gedung A lantai 2 FKIP UNS, Komisi Pemilihan Umum (KPU) FKIP UNS mengadakan acara debat calon presiden BEM FKIP UNS. Acara tersebut dibuka oleh Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan FKIP UNS. Hadir pula para calon presiden BEM FKIP dari masing-masing partai. Di antaranya Nanang Khoirudin (P.Fisika 07) dari Partai Orbit Bercahaya (POB) dan Wachid Yahya (PTM 07) dari Partai Academia. Sementara itu, Pebri Ary Pranoto (PAP 07), Capres dari Partai Banteng Revolusi (PBR) hanya diwakili oleh tim suksesnya, Dwi Ariyanti (P.Fisika 07) karena tidak dapat hadir.
Acara diisi dengan penyampaian visi dan misi masing-masing capres yang kemudian dilanjutkan dengan debat masing-masing calon presiden BEM FKIP. Debat yang cukup seru ini berlangsung mulai pukul 14.00-16.00 WIB dan dihadiri oleh beberapa mahasiswa FKIP UNS. Panelis dalam acara tersebut adalah perwakilan dari Masyarakat Peduli Pendidikan Surakarta, Agung Budiarso (Presiden BEM FKIP 2007/2008) serta Tutut Dwi Handayani (Pimpinan Umum LPM Motivasi FKIP UNS). Debat bertambah seru ketika masing-masing panelis memberikan pertanyaan dan argumennya kepada ketiga Capres dan saat para peserta memberikan pertanyaannya seputar gambaran BEM FKIP UNS ke depan.
Acara tersebut merupakan rangkaian acara yang diadakan oleh KPU agar mahasiswa mengetahui visi dan misi Capres BEM FKIP yang baru. Masing-masing Capres harus dapat bertanggungjawab terhadap visi dan misi yang telah mereka usung. Acara tersebut sekaligus bertujuan untuk memberikan pendidikan politik kepada mahasiswa FKIP menjelang pemilu raya mahasiswa FKIP yang diselenggarakan tanggal 23-24 November.
Farra_

Minggu, 08 November 2009

SEMARAK FUTSAL CUP FKIP


(AK47, FKIP UNS) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP UNS menggelar lomba futsal yang pesertanya berasal dari seluruh mahasiswa UNS. Kompetisi tersebut berlangsung pada Senin-Jumat (2-6/11) bertempat di lapangan FKIP UNS depan gedung Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) FKIP.
Agenda untuk perlombaan Footsal tersebut merupakan salah satu program kerja Departemen Pemuda dan Olahraga BEM FKIP. Agung Al Farisi mengungkapkan, “Lomba ini memperebutkan hadiah total senilai Rp 1.500.000,00”. Rincian besarnya hadiah adalah Rp 500.000,00 beserta trofi dan sertifikat untuk juara pertama, Rp 400.000,00 beserta trofi dan sertifikat untuk juara kedua, Rp 300.000,00 beserta tropi dan sertifikat untuk juara ketiga.
Kompetisi futsal ini direspon dengan baik oleh mahasiswa UNS. Hal ini terbukti dengan jumlah peserta yang mendaftar dan jumlah penonton yang membludak memenuhi lapangan KBM setiap siang sampai sore, ketika pertandingan berlangsung.

Fitria Ayu_

SMS inbox

0586470000xxx
Dalam memperbaiki sarana dan prasarana hanya diluarnya saja. Kurang menjaga sarana dan prasarana yang telah ada, kurang efektif dan efisien. Tempat tempat penting malah tidak diperbaiki seperti kamar manditiap gedung masih rusak dan kotor.

Perdana P. Sejarah
Motivasi akhir-akhir ini kenapa jarang mengadakan seminar-seminar tentang islam? Kami tunggu seminarnya.
Akhsani P.SEJARAH
Masalah keamanan tempat parker(banyak helmt hilang), sarana prasarana yang sudah tidak terpakai lagi mohon disingkirkan(kursi-kursi barat gedung B)

Noupa P.Sejarah
Saat kuliah listrik di gedung C sering kali padam,jadi gerah dan kipas tidak nyala,jadi gelap juga karena dah mendung, lampu juga g nyala, dan jadi bête karena LCD mota-mati, gmana pak?

SISTEM PARKIR FKIP YANG KURANG EFISIEN

Sering kita melihat antrian panjang sepeda motor di bagian barat gedung C. Apalagi ketika pagi hari yang mana jam kuliah dimulai. Antrian ini merupakan antrian panjang para pemakai kendaraan bermotor FKIP untuk mendapatkan karcis tanda parkir. Sudah bukan rahasia umum, jika untuk keluar masuk di area FKIP para pengendara kendaraan bermotor wajib menunjukkan karcisnya sebagai tanda bukti mereka memiliki kendaraan di area parkir tersebut. Hal ini untuk mencegah terjadinya kehilangan kendaraan bermotor oleh pihak yang kurang bertanggung jawab. Selain itu sebagai wujud dari pelayanan FKIP kepada mahasiswa.
Akan tetapi, bisa dibayangkan jika setiap hari mahasiswa FKIP yang jumlahnya ribuan ini keluar masuk area parkir secara berulang – ulang maka berapa banyak karcis yang akan disobek dan dibuang? Berapa banyak biaya yang dihabiskan ? Berapa banyak waktu dan tenaga yang dibutuhkan?
Jika dipikir – pikir lagi, sistem karcis parkir yang ada di FKIP kurang praktis dan efisien. Perlu adanya suatu sistem yang lebih memudahkan, baik bagi mahasiswa maupun bagi pihak tenaga di area parkir. FKIP bisa memakai tanda pengenal yang terbuat dari kertas ( kadang disebut Keplek ), seperti yang kita temui di fakultas–fakultas lain sebagai pengganti karcis parkir. Selain lebih mudah dalam proses penggunaannya juga tidak memerlukan biaya yang banyak seperti ketika menyobek banyak kertas parkir. Semoga dari pihak FKIP dapat lebih meningkatkan pelayanannya sehingga menghasilkan suatu pelayanan yang tidak saja berkualitas tapi juga praktis dan efisien.
Dyah Pravita

Fakultas Abaikan Kondisi Kantin

Mahasiswa FKIP mulai mengeluh dengan kondisi kantin yang jauh dari standar. Kantin yang seharusnya menjadi tanggungjawab fakultas ternyata kondisinya masih belum seperti yang diharapkan.

Lagi-lagi kurang tegasnya kebijakan dari pihak fakultas membuat sejumlah kantin yang ada di FKIP kurang mendapat perhatian. Hal ini membuat keadaan yang semrawut dan kurang higienis. Seperti yang diutarakan Anik mahasiswa P.IPS 08, “...sayang kondisi kantin di FKIP kurang terawat.”
Sebenarnya kantin sudah menjadi bagian kehidupan mahasiswa dikampus. Saat rasa lapar terasa atau ketika menunggu jeda waktu kuliah biasanya kantin menjadi tujuan utama mahasiswa. Namun, melihat kondisi kantin di FKIP saat ini masih jauh dari standar. Hal ini diakui oleh Paryono selaku Kabag UMKAP bahwa kantin di FKIP jauh dari harapan sehingga direncanakan tahun 2010 akan dibangun kantin kejujuran yang sesuai standar. Kondisi kantin tersebut terbukti dari keadaan bangunan kantin yang kurang terawat. ”Kantin masih kumuh, terus pelayanannya kurang cepet”, ungkap Sulis, mahasiswa Sejarah angkatan 2006 saat ditanya mengenai kondisi kantin FKIP.
Selain itu kantin bukan hanya tempat makan tetapi juga berfungsi sebagai tempat berdiskusi. Seperti yang dituturkan oleh Dian mahasiswa pendidikan Sosiologi Antropologi 08 , “Kantin bukan hanya tempat makan tapi juga tempat yang asyik untuk berdiskusi, tapi ko kurang terawat.”
Ketika ditanyakan pada pegawai kantin gedung C P.IPS, Bu Rumilah, ternyata kantin hanya mengontrak tanah saja. Jadi, untuk bangunan kantin dibangun sendiri oleh penyewa. Dari pihak fakultas tidak memberikan fasilitas apapun. Apabila ada kerusakan dan lain-lain menjadi tanggung jawab penyewa tanah. Namun, untuk pajak ditanggung pihak fakultas. ”Cuma ngontrak tanah. Jadi, bangun-bangun sendiri. Kalau ada yang rusak dibenerin sendiri. Satu bulan bayar sewa 100 ribu,” tutur Bu Rumilah pegawai kantin bawah.
Sementara itu kantin Meto merupakan kantin fakultas. Pembangunan kantin tersebut dilakukan oleh fakultas. Penyewa dikenakan biaya 250 ribu per bulan. Walaupun merupakan kantin fakultas tapi tetap saja fakultas lepas tangan tentang kondisi bangunan dan kebersihan kantin tersebut. “Sudah pernah lapor tapi ga ada hasilnya. Padahal bayare udah mahal,” tutur Bu Satem pegawai kantin Meto.
Setelah dikonfirmasi ke bagian UMKAP ternyata di FKIP terdapat kantin resmi dan tidak resmi. Yang termasuk kantin resmi, yaitu kantin P.IPS dan kantin Meto (Gedung A). Kantin yang resmi dikenai biaya sesuai kontrak dengan fakultas. “Kantin yang resmi itu hanya kantin dekat gedung P.IPS dan dekat gedung A,” ungkap Paryono. Mengenai pengelolaannya sendiri ternyata jauh dari pengawasan pihak Fakultas. “Kami tidak tahu sistem pengelolaannya. Bagian kepegawaian hanya melayani pembayaran sesuai dengan kontrak sebesar 100 ribu setiap bulannya dan uang itu masuk kas Dharma Wanita,” tutur Endah Wahyuni pengurus Dharma Wanita FKIP.
Sedangkan untuk kantin yang tidak resmi, pihak fakultas hanya bisa memberikan surat peringatan. “Sebenarnya kantin gedung E itu adalah tempat parkir. Jadi, sewaktu-waktu bisa kami usir. Namun, selama tidak menganggu mahasiswa yang tidak apa-apa,” jelas Paryono.

Kikis_ratna

Fakultas Abaikan Kondisi Kantin

Mahasiswa FKIP mulai mengeluh dengan kondisi kantin yang jauh dari standar. Kantin yang seharusnya menjadi tanggungjawab fakultas ternyata kondisinya masih belum seperti yang diharapkan.

Lagi-lagi kurang tegasnya kebijakan dari pihak fakultas membuat sejumlah kantin yang ada di FKIP kurang mendapat perhatian. Hal ini membuat keadaan yang semrawut dan kurang higienis. Seperti yang diutarakan Anik mahasiswa P.IPS 08, “...sayang kondisi kantin di FKIP kurang terawat.”
Sebenarnya kantin sudah menjadi bagian kehidupan mahasiswa dikampus. Saat rasa lapar terasa atau ketika menunggu jeda waktu kuliah biasanya kantin menjadi tujuan utama mahasiswa. Namun, melihat kondisi kantin di FKIP saat ini masih jauh dari standar. Hal ini diakui oleh Paryono selaku Kabag UMKAP bahwa kantin di FKIP jauh dari harapan sehingga direncanakan tahun 2010 akan dibangun kantin kejujuran yang sesuai standar. Kondisi kantin tersebut terbukti dari keadaan bangunan kantin yang kurang terawat. ”Kantin masih kumuh, terus pelayanannya kurang cepet”, ungkap Sulis, mahasiswa Sejarah angkatan 2006 saat ditanya mengenai kondisi kantin FKIP.
Selain itu kantin bukan hanya tempat makan tetapi juga berfungsi sebagai tempat berdiskusi. Seperti yang dituturkan oleh Dian mahasiswa pendidikan Sosiologi Antropologi 08 , “Kantin bukan hanya tempat makan tapi juga tempat yang asyik untuk berdiskusi, tapi ko kurang terawat.”
Ketika ditanyakan pada pegawai kantin gedung C P.IPS, Bu Rumilah, ternyata kantin hanya mengontrak tanah saja. Jadi, untuk bangunan kantin dibangun sendiri oleh penyewa. Dari pihak fakultas tidak memberikan fasilitas apapun. Apabila ada kerusakan dan lain-lain menjadi tanggung jawab penyewa tanah. Namun, untuk pajak ditanggung pihak fakultas. ”Cuma ngontrak tanah. Jadi, bangun-bangun sendiri. Kalau ada yang rusak dibenerin sendiri. Satu bulan bayar sewa 100 ribu,” tutur Bu Rumilah pegawai kantin bawah.
Sementara itu kantin Meto merupakan kantin fakultas. Pembangunan kantin tersebut dilakukan oleh fakultas. Penyewa dikenakan biaya 250 ribu per bulan. Walaupun merupakan kantin fakultas tapi tetap saja fakultas lepas tangan tentang kondisi bangunan dan kebersihan kantin tersebut. “Sudah pernah lapor tapi ga ada hasilnya. Padahal bayare udah mahal,” tutur Bu Satem pegawai kantin Meto.
Setelah dikonfirmasi ke bagian UMKAP ternyata di FKIP terdapat kantin resmi dan tidak resmi. Yang termasuk kantin resmi, yaitu kantin P.IPS dan kantin Meto (Gedung A). Kantin yang resmi dikenai biaya sesuai kontrak dengan fakultas. “Kantin yang resmi itu hanya kantin dekat gedung P.IPS dan dekat gedung A,” ungkap Paryono. Mengenai pengelolaannya sendiri ternyata jauh dari pengawasan pihak Fakultas. “Kami tidak tahu sistem pengelolaannya. Bagian kepegawaian hanya melayani pembayaran sesuai dengan kontrak sebesar 100 ribu setiap bulannya dan uang itu masuk kas Dharma Wanita,” tutur Endah Wahyuni pengurus Dharma Wanita FKIP.
Sedangkan untuk kantin yang tidak resmi, pihak fakultas hanya bisa memberikan surat peringatan. “Sebenarnya kantin gedung E itu adalah tempat parkir. Jadi, sewaktu-waktu bisa kami usir. Namun, selama tidak menganggu mahasiswa yang tidak apa-apa,” jelas Paryono.

Kikis_ratna

Jalan UNS Mengenaskan


Kondisi jalan UNS yang rusak dan membahayakan pengguna jalan belum menjadi prioritas dalam pembangunan kampus. Pembangunan baru akan dilaksanakan menunggu selesainya kerja pemborong melakukan pembangunan di dalam kampus.

Kondisi jalan kampus yang rusak sering mengakibatkan mahasiswa terjatuh. Banyak sekali lubang-lubang yang ada ditengah jalan. Bahkan sampai pavin yang ada dijalan menjadi berserakan karena belum adanya renovasi jalan dari pihak kampus. Kondisi jalan rusak ini terdapat di depan Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), dan di depan gedung Pascasarjana. “Iya, saya pernah mengantarkan seorang mahasiswa yang terjatuh di depan FSSR ke Medical Center,” ungkap Yunianto, salah satu mahasiswa dari jurusan PBS.
Setelah ditanyakan lebih lanjut ke Bagian Perencanaan Universitas, Sunit Marwoko selaku Kabbag Perencanaan mengungkapkan bahwa kondisi jalan menjadi rusak akibat adanya pembangunan di dalam kampus. Hal tersebut diakibatkan karena adanya alat-alat berat yang mengangkut material masuk ke dalam kampus. Beliau juga menambahkan bahwa sudah ada perjanjian antara Pembantu Rektor II (PR II) dengan pihak pemborong bahwa yang merenovasi jalan dan mengembalikan kondisi jalan seperti kondisi semula merupakan pihak pemborong setelah pembangunan selesai. “Untuk perbaikan semua jalan di dalam kampus alokasi dananya belum ada, tetapi kalau untuk perbaikan yang kecil-kecil pasti ada,” tuturnya. Namun, untuk pembangunan jalan di dalam kampus sampai saat ini belum ada alokasi dananya. “Untuk rencana pembangunan jalan sendiri belum ada,” tutur Sunit saat ditemui dikantornya.
Sedangkan dana untuk renovasi trotoar yang ada di boulevard di dapatkan dari pemerintah. “Dana rehab trotoar menggunakan rupiah murni,” jelas Sunit. Selain untuk pembangunan trotoar di boulevard, pembangunan kantor pusat dan Puskom juga menggunakan rupiah murni. Rupiah murni merupakan anggaran dana yang langsung dari pemerintah. Kemudian pembangunan yang sedang berjalan di dalam kampus akan berakhir kira-kira bulan Desember. Jadi, perenovasian jalan oleh pihak pemborong dimungkinkan akan dapat terlaksana pada bulan Desember. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Kabbag Perencanaan, Sunit Marwoto, “Setiap pembangunan pasti ada batas akhirnya.”
Kondisi jalan yang rusak, mengenaskan serta membahayakan itu belum menjadi prioritas dalam pembangunan kampus. Kampus sebenarnya memiliki perencanaan pembangunan yang berbeda tiap tahun. “2009 sendiri, 2010 sendiri,” jelas Sunit. Beliau juga menambahkan bahwa dana untuk pembangunan-pembangunan yang lainnya berasal dari fakultas-fakultas sendiri, antara lain Fakultas Hukum (FH), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Sedangkan dari universitas memang pembangunannya hanya untuk yang terdapat di universitas. “Kalau yang di fakultas, biayanya berasal dari fakultas sendiri,” tutur Sunit disela-sela kesibukannya.
Pembangunan gedung yang terdapat di UNS memang sedang berjalan. Tetapi pembangunannya tidak dapat dilakukan secara melebar melainkan meninggi. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Kasubbag Perencanaan Fisik, Mugiman. Beliau mengungkapkan bahwa pembangunan gedung hanya dapat dilakukan ke atas. “Pembangunan gedung sekarang ini minimal empat lantai,” jelas Mugiman.

Jtm_Muph

Begog Terjebak di Lubang yang Sama

Sore ini terasa berbeda bagi Begog, udara yang panas terasa sejuk menyentuh lubuk hati begog. Tidak hanya itu, bunga akasia yang bermekaran menambah ceria hati Begog, Begog serasa naik kelangit ketujuh sore itu, hal ini karena Begog sedang memboncengkan sang pujaan hati, Njenik. Begog dan Njenik pergi berdua, menaiki kendaraan kesayangan Begog, sepeda motor.
Berhubung udara sangat panas, yang mungkin sangat berbeda dengan suasana hati Begog yang berbunga-bunga dan bahagia mereka memutuskan untuk mencari es di Boulevard.
“Nik, kamu mau es apa nanti?” tanya Begog.
“Apa aja dech Gog, yang penting bisa mengurangi rasa panas ini.”
“Masak sich panas Nik, kan ada aku di sini,” Begog mengungkapkan kesenangannya dengan pede.
“Wow… yang benar aja Gog. Serasa jadi tambah panas nich,” ungkap Njenik.
Saat mereka sedang asyik mengobrol di atas kendaraan sambil membayangkan tentang keserasian mereka berdua dan menikmati udara yang sejuk di kampus hijau, sesejuk hatinya Begog, tiba-tiba…
“Awas Begog…!!!” Njenik berteriak.
Jedug… jedug… jedug… (Ban motor Begog masuk ke lubang di tengah jalan)
“Gimana sich Gog, naik motor kog gitu. Mbok ya yang konsen,” Njenik memarahi Begog.
“Kok kamu marah padaku sich Nik. Kan kondisi jalannya emang seperti ini. Banyak lubangnya,” jawab Begog.
“Kamunya aja yang ga bisa milih jalan. Sudah tahu jalannya berlubang masih dilewati.”
Begog jadi terdiam seribu bahasa mendengarkan omelan Njenik. Kebahagiaan yang sedang dia rasakan bisa membocengkan Njenik hilang seketika. Menguap bagai air laut yang kepanasan. Begog pun jadi sedih. Muka yang sebelumnya cerah berbinar-binar menjadi kelam, gelap, kelabu yang campur menjadi satu.
”Gog kok diam terus sich?” tanya Njenik mulai berbicara lagi.
Begog masih diam seribu bahasa. Njenik pun terus memanggil-manggil Begog.
”Begog... Begog... Begog...”
”Iya... iya... Nik,” jawab Begog.
”Kenapa Gog kok diam terus?”
”Aku jadi sedih. Kamu memarahi aku terus sich.”
”Iya dech Gog... Maaf.”
Wajah Begog pun mulai terlihat cerah kembali. Secerah sinar mentari pagi.
Namun, sesampainya Begog di depan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, tiba-tiba...
“Awas...,” Njenik berteriak untuk yang kedua kalinya.
Jeduuuuaaaaakkkkk (Ban motor Begog pun masuk lubang untuk kedua kalinya). Njenik pun sampai terlompat dari jok sepeda motor. Untungnya belum sampai terjatuh di jalan.
”Haduh... Begog... Kok terulang lagi sich,” tanya Njenik.
”Wach maaf Nik, soalnya bingung mau lewat yang mana sich. Habis jalannya rusak.”
”Ya udah dech... pokoknya ati-ati. Jangan sampai aku terjatuh. Awas kalau sampai terulang lagi.”
Akhirnya rintangan di tengah jalan itu pun terlewati. Begog sampai di Boulevard langsung beli es untuk menenangkan hatinya yang telah panas karena dimarahi oleh Njenik. Begog pun telah bergelut dengan jalan kampus yang banyak lubang sampai terjebak dua kali di lubang yang sama. Sekarang saatnya Begog dan Njenik mengarungi jalanan kampus untuk kembali ke pangkalan kesayangan, yaitu FKIP.
Perjalanan itu pun dimulai. Begog bergelut kembali dengan jalanan kampus. Untuk balik ke pangkalan, Begog lewat jalan depan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Maksud hatinya sich dia ingin cari jalan yang lebih aman supaya dia tidak dimarahi Njenik dan dia bisa lebih menikmati perjalanan. Tapi, ternyata kondisi jalan pun sama.
”Awas Gog. Kondisi jalannya sama saja,” Njenik memperingatkan Begog.
”Oke. Nik. Siap!!!!”
Setelah sepuluh menit, perjalanan itu pun dapat ditaklukkan Begog dengan sedikit rintangan yang membentang. Akhirnya Begog sampai di pangkalan kesayangannya. Di pangkalan kesayangan tersebut Begog di panggil sama Kang Sipon.
”Woiii... Begog. Dari mana kamu kok sampai berkeringat gitu?” tanya Kang Sipon.
”Tadi cari es Kang sama Njenik, tapi wow rintangannya banyak sekali,” jawab Begog.
”Rintangan apa Gog?”
”Jalannya banyak yang berlubang. Tadi aja Njenik hampir terjatuh.”
”Ooo... kamu sama Njenik tho. Wach jadi gosip baru ini.”
”Gimana ya Kang kok jalan kampus sampai seperti itu, tapi dibiarkan saja. Jika direnov kan lebih baik.”
”Iya sich Gog, dengar-dengar sich itu sudah ada perjanjian antara Pembantu Rektor II (PR II) dengan pihak pemborong,” jawab Kang Sipon.
”Perjanjian apa Kang?”
”Perjanjian bahwa yang memperbaiki jalan itu dari pihak pemborong. Karena jalan rusak kan akibat dari alat-alat berat yang masuk kampus yang membawa material untuk pembangunan itu.”
”Wach selesainya kapan tuch Kang. Pembangunan kan berjalan terus. Kalo ga selesai-selesai berarti jalannya rusak terus dong Kang. Bahkan bisa tambah parah kalau tidak direnovasi.”
”Ya semoga saja bulan Desember pembangunan selesai Gog. Sehingga jalan bisa diperbaiki,” tutur Kang Sipon.
”Semoga ya Kang.”
Begog pun jadi melamun kembali membayangkan jalan yang bagus tanpa hambatan. Jadi serasa kayak jalan tol saja, jalan bebas hambatan hee...

Jtm_Ki2s

SUSAHNYA MENEGAKAN KEADILAN DI NEGERI INI

Bukan rahasia umum lagi ketika kita mengatakan bahwa negeri Indonesia tercinta ini adalah sarang para koruptor, para pejabat yang dikatakan wakil rakyat seakan benar-benar menempatkan dirinya sebagi wakil sejati rakyat,sampai kesejahteraan bagi rakyat cukup diwakilinya. Praktek penyalahgunaan uang Negara menyelimuti hampir di semua lembaga-lembaga tinggi Negara. Pejabat pemerintah mulai dari yang lingkup abal-abal hingga paling profesionalpun tak lepas dari kasus kurupsi.
Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) bagaikan angin segar bagi para perindu keadilan, ribuan harapan masyarakat Indonesia agar Lembaga ini mampu bekerja layaknya dewa keadilan,yang benar-benar mempunyai kekuatan untuk menindak mereka-mereka para koruptor. KPK menjawab harapan itu, lembaga yang dibentuk pada tahun 2003 untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi di Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Mampu menunjukan keberhasilan kinerjanya, berbagai kasus korupsi mampu diselesaikan. Suatu nama atas kekuatan baru yang membuat orang-orang yang merasa pernah melakukan korupsi menjadi ketar-ketir dengan adanya ancaman tindakan KPK yang dapat menerkamnya suatu saat. Oleh karena itu merekappun juga seakan menyusun suatu strategi yang mumpuni untuk mematahkan taring KPK. Dan itu memang berhasil, kekuatan KPK mulai goyah setelah Antasari ashar sebagi ketua terjerat kasus pembunuhan yang membuatnya hrus turun dari kursi kepemimpinanya dan menjalani tinadk hukum. Kasus tersebut telah membuat image KPK yang selama kepemimpinanya mampu mengukir prestasi yang pantas diacungi jempol harus sedikit menutup muka,karena sang pemimpin malah terjerat kasus yang tidak sepantasnya.
Namun jika kita mengamati lebih mendalam, seakan ada sebuah persengkokolan oknum yang secara jelas ingin melumpuhkan KPK,kewenangan yang dimiliki KPK untuk menuntaskan kasus korupsi ditentang disana-sini yaitu dengan menjegal RUU TIPIKOR yang sampai saat ini telah melenceng dari tujuan semula ditambah dengan pengurangan wewenang KPK yaitu dimana penuntutan akan dikemblaikan ke Kejaksaan, itu adalah suatu bukti bahwa mereka takut akan sepak terjang KPK. Ternyata tidak cukup sampai disitu, kini dugaan kasus baru menimpa pimpinan KPK sekarang, dan yang lebih membuat Publik semakin marah setelah beredar transkrip rekaman percakapan Anggodo, adik Anggoro, dengan pejabat Kejaksaan Agung. Dari transkrip ini, semakin kuatlah dugaan adanya persekongkolan antara petinggi kejaksaan dan kepolisian untuk mengerdilkan KPK lewat kriminalisasi Bibit-Chandra. Anehnya, Jaksa Agung dan Kepala Polri tidak mengambil tindakan apa pun terhadap pejabat yang muncul atau disebut-sebut dalam transkrip itu. Polisi malah memperlihatkan arogansi dengan menahan kedua pejabat nonaktif KPK itu. Sungguh hal yang membuat masyarakat menjadi gusar, kenapa lemabaga yang seharusnya saling bekerja sama untuk menegakan keadilan dinegeri ini, justru malah saling bertikai dan saling menjatuhkan dengan mencari-cari kesalahan. Khalayak kesal lantaran dua pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi itu dijerat tanpa bukti memadai. Mereka dituduh menyalahgunakan wewenang, padahal KPK memang berwenang menyadap dan memerintahkan pencekalan. Bibit dan Chandra semula juga disangka menerima suap, tapi belakangan dituding hanya memeras. Semua tudingan ini mengada-ada karena mereka mengaku tidak pernah menerima duit dari Anggoro Widjojo, buron kasus korupsi pengadaan radio komunikasi di Departemen Kehutanan.
Muncul dilematis, sebenarnya KPK yang bertugas untuk mengatasi korupsi di negeri ini atau malah POLISI yang malah menindak KPK, karena yang terjadi sekarang. Kenapa polisi terkesan lebih getol mencari-cari kesalahan kedua pejabat KPK itu dibanding memburu koruptor?, pertanyaan diatas yang perlu untuk kita semua cermati, seakan si penegak keadilan(polisi) itu merasa gusar juga dengan eksistensi KPK, lalu apa jadinya jika pertentangan ini terus berlanjut, nantinya bukan koruptor yang mampu ditangkap, tetapi malah yang selama ini barhasil mengantaskan kasus korupsi yang harus berjibakau dengan kasus korupsi. Ini akan terdengar lucu di telinga masyarakat. Dari situ nanti dapat diramalkan,dalam hitungan waktu KPK akan ambruk, dan itu berarti kemenangan bagi mereka-mereka yang memang mengharapkan itu, mereka yang selama ini ketar-ketir dengan gerak KPK akan kembali tertawa lebar dan berjingkrak-jingkrak menyambut serentetan kasus yang melanda KPK disertai harapan agar lembaga itu segera lumpuh,sehingga mereka bebas dan tindakan korupsi merajalela kembali di negeri tercinta ini.
Tantangan komitmen baru bagi presiden kita, ucapanya didepan public bahwa dia akan berdiri paling depan untuk melawan siapapun yang akan membubarkan KPK,mesti di tunjukan. Beliaulah pemimpin bangsa ini,harus mampu menentukan sebuah kebijakan yang terbaik untuk negeri ini, bukan hal yang seharusnya kita abaikan akan keberhasilan tugas KPK selama kiprahnya sejauh ini. Haruskah mereka tumbang? .kita sebagi generasi bangsa yang menjadi saksi akan problema ini, pantaskah jika kita hanya diam membisu,,mari kita dukung si penegak keadilan yang sejati, bukan yang hanya atas nama,,satu hal yang harus kita teriakan bersama “kembalikan wewenang KPK,sapu bersih para koruptor”

.

Tutup Lubang, Gali Lubang

Pembangunan gedung-gedung baru di UNS menjadi sebuah stimulus perkembangan kampus UNS. Setidaknya mulai dibangun gedung baru mengartikan adanya pelengkapan dan perbaikan sarana di kampus hijau ini. Pembangunan gedungpun tidak tanggung-tanggung, dalam waktu bersamaan dibangunlah lebih dari satu gedung, bahkan setiap gedung dibangun minimal empat lantai. Luar biasa pembangunan di Uns ini, dari gedung semakin banyak dan semakin tinggi, semakin mewah saja kampus UNS. Menjadi nilai tersendiri bagi UNS atas menjulang tinggi gedung-gedung tempat Agent of change mengasah kemampuan dan keintelektualnya.
Namun, pembangunan rupanya tetap saja membawa dampak terhadap mahasiswa, bahkan dosen. Bukan dampak positif, melainkan negatif. Walaupun Cuma masalah kecil akan tetapi perlu diperhatikan. Kondisi jalan rusak, permasalahan ini bisa dibilang sepele, bagi yang kurang memandang jauh kedepan. Memang, kondisi jalan yang rusak ini diakibatkan oleh truk yang membawa material berat untuk pembanguna gedung. Jadi wajar misalkan kondisi jalan rusak. Tapi bukan berarti itu menjadi alasan untuk tidak diperhatikan. Sudah banyak dari mahasiswa ataupun dosen yang telah meraskan rusaknya jalan di kampus. Tidak hanya satu dua orang, tapi mungkin bahkan semua sudah merasakan etidak nyamanan berkendara di kampus.
Dalam perihal pembangunan, memang ada suatu perjanjian antara Kampus dengan para pemborong pembangunan, bahwa segala kerusakan jalan yang ditimbulkan oleh truk pembawa material akan direnovasi oleh pemborong setelah pembangunan selesai. Yang perlu menjadi perhatian bahwa perbaikan kerusakan jalan tidak terlalu menunggu waktu. Jalan sebagai akses penunjang sangat perlu sesegera mungkin dijalankan. Ketegasan dari pihak rektorat, dalam hal ini perbaikan jalan, harus benar-benar tegas.
Bila perlu pemborong diberi teguran agar segera diperbaiki, jangan sampai mahasiswa dikorbankan terus. Keseriusan dari rektorat dalam hal pengalokasian dana untuk perbaikan jalan juga harus diprioritaskan. Tidak hanya tambal sulam, gali lubang tutup lubang, jalan berlubang, nyamanpun hilang.

Sunit : "...Anggaran kita terbatas..."

Bagaimana rencana pembangunan secara umum di UNS?
Kalau pembangunan yang dari dana rupiah murni, yaitu gedung kantor pusat dan Puskom. Kalau yang dari universitas kan rehab kantor pusat. Sedangkan yang lainnya berasal dari fakultas-fakultas. Misalnya, Fakultas Hukum (FH), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang saat ini sedang membangun.
Lalu bagaimana rencana untuk pembangunan jalan?
Sampai sekarang untuk tahun 2009 belum ada dana. Kalau rehabnya, rehab trotoar, yaitu trotoar depan (boulevard). Itu pun pakai dana rupiah murni (Dana anggaran yang dari pemerintah). Misalnya, untuk pembangunan berapa, untuk perbaikan berapa. Biasanya dilihat dari kebutuhan dan target dari sana berapa.
Untuk pembangunan di boulevard apakah kita mengajukan proposal atau diberi dana dari pusat?
Biasanya kita sudah mendapatkan target dari pemerintah, misalnya berapa M. Kemudian digunakan untuk beasiswa, pembangunan, dan digunakan untuk keperluan lainnya. Rincian besarnya masing-masing sudah ditentukan dan totalnya pun sudah ada. Kemudian kita menggunakan data-data pendukung. Misalnya, untuk pembangunan lantai empat pada 2010 nanti.
Melihat tentang keadaan jalan di UNS banyak jalan rusak bagaimana tanggapan Bapak?
Kita anggarannya terbatas. Tetapi jalan-jalan di UNS ini kan kebetulan digunakan oleh alat-alat berat untuk pembangunan. Seharusnya yang memperbaiki kan yang memanfaatkan jalan tersebut tadi (Yang menggunakan alat-alat berat), yaitu dari pihak-pihak pemborong besar. Itu sudah disurati oleh Pembantu Rektor II (PR II) supaya setelah selesai ini mereka segera memperbaiki jalan yang dilewati alat-alat berat termasuk jalan di Sastra dan MIPA. Jalan tersebut harus dikembalikan seperti awal karena memang perjanjiannya seperti itu. Kita memang tidak mengalokasikan kesitu, tetapi untuk perbaikan-perbaikan kecil mungkin dari perlengkapan bisa mengalokasikan kesitu, misalnya ada beberapa yang lepas.
Berarti kita menunggu pembangunan selesai?
Ya kira-kira seperti itu. Nanti begitu selesai langsung ditata lagi. Tapi kan ya terkadang kita tahu sendirilah, pemborong itu seperti itu.
Kita kan tahu Pak pembangunan itu lama, lalu bagaimana?
Oh tidak... pembangunan itu ada batasnya. Kira-kira bulan Desember nanti harus selesai. Kemudian tahun berikutnya ganti pemborong lagi. Konsekuensinya pun sama. Kita sudah menyurati. Biasanya dari Pembantu Rektor II.
Apakah dari UNS sendiri ada alokasi dana untuk jalan?
Kalau untuk perbaikan-perbaikan kecil pasti ada mas. Untuk rehab-rehab itu bisa dialokasikan kesitu kalau memang itu tidak menjadi tanggungan pemborong. Tetapi yang melaksanakan itu perlengkapan. Kita hanya merencanakan saja. Walaupun kadang-kadang kita juga menjadi panitia pelaksanaan pekerjaan. Umpamanya, jadi panitia penerimaan pekerjaan trotoar.
Merencanakan anggarannya itu seperti apa?
Misalnya kita merencanakan X rupiah. Kemudian pelaksanaannya harus di bawah Rp X tadi. Apabila di atas Rp X itu tidak boleh. Rp X itupun terdiri dari beberapa poin. Ada perencanaan, ada pengawas, ada pelaksaannya, dan satunya PAK. Namun, memang yang terbanyak di pelaksanaannya.




.

87.33% Responden Menyatakan “Partai belum Menampung Aspirasi Mahasiswa” Dewi: ”karena hidup partai hanya ada pas pemilu aja”


Pesta demokrasi mahasiswa atau yang biasa dikenal dengan Pemilu, tak lama lagi akan dilaksanakan. Bulan november ini akan diadakan pemilihan Calon Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (Capres BEM Univ) beserta pihak legislatif Dewan Mahasiswa Universitas (DEMA Univ).
Dihadapkan dengan realita tersebut, Crew LPM Motivasi berusaha menggali data dari mahasiswa se-Universitas tentang seberapa jauh mahasiswa UNS mengetahui pesta demokrasi (Pemilu) November ini dengan penyebaran polling secara acak (random sampling) kepada mahasiswa. Penyebaran polling dilakukan pada minngu pertama bulan November, dengan jumlah responden 150 mahasiswa. Dari hasil polling yang telah dilakukan oleh Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) LPM MOTIVASI FKIP UNS, sebanyak 83.33% responden menyatakan “tidak tau” partai apa saja yang lolos verifikasi Komisi Pemilihan Umum (KPU). Sedangkan 16.67% menyatakan “tau” partai apa saja yang telah lolos verifikasi. 83.33% merupakan jumlah yang cukup banyak. Bila 83.33% responden saja menyatakan tidak tau partai apa saja yang lolos verifikasi, lalu bagaimana sosialisasi dari KPU? Apakah dapat dikatakan berhasil?
Menanggapi pertanyaan yang kedua, ”Menurut anda, apakah partai yang telah lolos verifikasi KPU telah melakukan fungsinya sebagai penampung aspirasi mahasiswa?”. Sebanyak 87.33% menyatakan ”belum”, alasan yang dikemukakan pun beragam. Hari, salah satu mahasiswa Fakultas Sastra Indonesia menyatakan ”partai yang lolos belum melakukan fungsinya sebagai penampung aspirasi mahasiswa, alasannya karena aspirasi mahasiswa tidak begitu dihiraukan. Partai lebih sibuk mengurusi kepentingan partainya yang tidak berkaitan dengan kepentingan mahasiswa”. ”karena hidup partai hanya ada pas pemilu aja”, tambah Dewi, mahasiswa Agronomi’06.
Sedangkan 12.67% menyatakan, bahwa partai telah melakukan fungsinya sebagai penampung aspirasi mahasiswa. Alasannya, ”karena dengan adanya partai-partai yang telah lolos tersebut dapat membuktikan adanya demokrasi mahasiswa”, ungkap Lina, mahasiswa D3 Akuntansi.
Ditanya mengenai harapan dan saran terhadap partai tersebut, sebagian besar responden berharap agar partai yang ada dapat menampung aspirasi mahasiswa. Seperti yang diungkapkan oleh Flash V, mahasiswa D3 Tekomp, ”harapannya partai tersebut bisa menampung aspirasi dari mahasiswa serta dapat membawa aspirasi tersebut pada tempatnya, jangan sampai hanya formalitas, tetapi benar-benar dapat diwujudkan dalam tindakan nyata”.

IOM HUTANG 49 UNIT KOMPUTER KEPADA MAHASISWA FKIP

Baru 51 unit komputer -dari 100 unit yang direncanakan- yang dapat dipenuhi oleh dana Ikatan Orangtua Mahasiswa (IOM) periode 2008/2009 untuk pengembangan ICT FKIP. Sisanya baru akan dipenuhi setelah mahasiswa membayar lunas karena kas IOM dinyatakan kosong.

Dibalik keberhasilan pembangunan lapangan futsal FKIP, IOM periode 2008/2009 masih memiliki program kerja lama yang belum tuntas. Ini tentang pengadaan 100 unit komputer yang belum terealisasi dengan sempurna. Dari target yang disebutkan, baru 51 komputer saja yang terpenuhi. Ketua IOM, Marzuki tidak mengelak ketika dikonfirmasi masalah tersebut, “masih ada 49 unit komputer lagi yang harusnya kami (pengurus IOM periode 2008/2009) penuhi”.
51 unit yang mampu direalisasikan telah dioperasionalkan dan dapat digunakan oleh mahasiswa. Komputer-komputer tersebut ditempatkan di FICOS FKIP yang keberadaanya mendapatkan sambutan yang cukup antusias dari mahasiswa. “51 unit komputer yang ada ditempatkan di FICOS sebagai layanan IT mahasiswa”, tutur Agus, Ketua FICOS.
Mengenai kapan waktu untuk pemenuhan masih kurang tidak ada yang berani memastikan, baik itu dari ketua IOM sendiri maupun ketua FICOS FKIP. “Kami tidak bisa memberikan keterangan kapan waktu yang pasti untuk dapat melengkapi kekurangan 49 unit komputer tersebut karena ini berkaitan dengan uang”, tegas Marzuki. Di sisi lain banyak mahasiswa yang berharap untuk kekurangan tersebut segera terpenuhi. “Jika itu sudah menjadi program dan dananya dari mahasiswa, ya mohon segera dipenuhi”, ungkap Titis, salah satu mahasiswa prodi sejarah.
Namun, agaknya mahasiswa FKIP yang berada di Kampus Kentingan harus rela berbagi dengan mahasiswa yang berada di kampus wilayah. Ketika dilakukan konfirmasi, Agus mengungkapkan bahwa 49 unit komputer ini akan ditempatkan di kampus luar Kentingan. “49 unit komputer ini akan diletakkan di POK, PGSD, PGTK, dan PTM yang juga membutuhkan pelayanan IT”. Meskipun begitu, ia mengamini bahwa 51 unit komputer yang sekarang ini dimanfaatkan oleh FICOS masih kurang. “51 unit komputer yang di sini masih belum mampu memenuhi kebutuhan mahasiswa,” ungkapnya.
Menanggapi hal tersebut, pengurus IOM periode ini mengaku tengah mengusahakan semaksimal mungkin. Pernyataan yang sama terus berulang ketika pengurus IOM dikonfirmasi tentang dana IOM. “Semua kembali pada mahasiswa. Kalau mereka segera membayar IOM kami akan dapat segera mengalokasikannya,” ungkap Marzuki. Selanjutnya marzuki menjelaskan bahwa keadaan kas IOM untuk saat ini mengalami kekosongan dana. “Ada sekitar 2 milyar lebih dana IOM dari tahun 2004 yang hingga kini yang belum terbayarkan sehingga kami tidak berani untuk menjanjikan kapan waktu pemenuhan 49 unit komputer tersebut,” tambah Marzuki. “Kalau ingin fasilitas terpenuhi maka IOM harus lunas dahulu,” tandasnya mengakhiri pembicaraan. Lapangan futsal yang ada di depan KBM FKIP adalah salah satu hasil alokasi dana IOM yang baru beberapa waktu lalu rampung penggarapannya.

Djoko_Ratna

Minggu, 01 November 2009

Amir Fuady Bicara Seragam


Apa latar belakang dan tujuan diberlakukannya seragam hitam putih di FKIP?
Sebagai salah satu cara pembinaan sebagai calon guru, merupakan simbol kebanggaan, keterikatan, dan rasa saling memiliki. Sudah ada Surat Keputusan (SK) tentang seragam.

Diberlakukan untuk siapa saja?
Pada awalnya hanya untuk mahasiswa angkatan 2008, tetapi sekarang untuk semua termasuk untuk mahasiswa lama diberi waktu toleransi waktu satu tahun.

Bagaimana tanggapannya bagi mahasiswa yang berseragam kurang sopan?
Kita mencoba memberi peringatan, kebanyakan secara umum memakai seragam karena ada tekanan dari dosen, bukan merupakan kesadaran dari mahasiswa itu sendiri.

Apa yang dilakukan untuk menyikapi mahasiswa yang berseragam kurang layak?
Sebenarnya rambu-rambu tentang berseragam yang baik telah beredar, namun wajar bila ada satu atau dua yang kurang paham, karena memang aturan seragam ini berbenturan dengan trend dan mode saat ini. Untuk sanksi yang resmi sampai saat ini belum ada, tapi kami sudah menghimbau kepada MAWA dan yang lain untuk ikut mengingatkan mahasiswa agar tertib berseragam. Dari fakultas, prodi, dan dosen juga sudah terdapat kerjasama untuk ikut mengingatkan dan menghimbau mahasiswa.

Sanksi apa yang diberikan?
Untuk sanksi baru sampai menurut moral dan kesadaran mahasiswa itu sendiri. Saya yakin untuk menertibkan mahasiswa hanya butuh waktu saja.

Apa harapan ke depannya?
Kami berharap mahasiswa bisa menaati dan melaksanakan peraturan berseragam yang berlaku sehingga bisa membuat bangga.

Jumat, 30 Oktober 2009

HMJ P.IPS Adakan Seminar Pendidikan

Selasa (20/10), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) P.IPS FKIP UNS mengadakan seminar pendidikan yang bertajuk ”Mewujudkan Pembelajaran IPS Terpadu yang Efektif dan Profesional”. Menurut Eka, Ketua panitia, seminar ini bertujuan untuk menjelaskan dan memberikan gambaran yang jelas kepada mahasiswa FKIP, khususnya mahasiswa P.IPS tentang pembelajaran IPS Terpadu. ”Pasalnya, sampai saat ini banyak yang belum mengerti betul tentang IPS terpadu, oleh karena itu kami mencoba mengangkatnya, harapannya setelah seminar ini paling tidak mahasiswa sudah mengetahui gambaran pembelajaran IPS terpadu itu sendiri, tidak hanya tau akan ekonomi, sejarah atau geografi saja”, ungkapnya.

Acara dimulai pada pukul 13.00 di Aula P.IPS, Gedung C Lantai II. Seminar ini menghadirkan Drs. Syaiful Bachri, M.Pd dan Dra. Tri Murwaningsih, M.Si sebagai pembicara. Kurang lebih 90 mahasiswa mengikuti kegiatan ini, padahal kuota yang telah ditetapkan panitia hanya 80 mahasiswa, hal ini menunjukkan bahwa tingginya antusias mahasiswa untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Vie_

Olimpiade Kimia 2009

(AK-47,UNS) Sabtu (17/10) HMP Kimia Kovalen mengadakan Olimpiade Kimia 2009 tingkat SMA/Sederajat di gedung F FKIP UNS. Olimpiade yang bertemakan ”LET’S MOVE ON TO GET SUCCESS WITH CHEMISTRY” ini di ikuti oleh 104 peserta yang berasal dari SMA se-eks karesidenan Surakarta,Yogyakarta, dan Semarang.
Acara yang dimulai jam 08.00 tepat ini di bagi dalam empat babak. Dari 104 peserta olimpiade, 25 peserta yang berhasil lolos akan mengikuti babak kedua yang diisi dengan mengerjakan soal essay. Kemudian 5 besar dengan nilai tertinggi akan menuju babak ketiga dengan ketentuan peserta harus melakukan uji praktikum. Babak ini menentukan nilai yang diperoleh tiap 5 peserta yang akan dikumpulkan untuk bermain di babak ke empat yakni babak penentuan yang dibagi dalam 3 soal, yaitu soal wajib,soal lemparan, dan soal rebutan.
Acara ini didukung oleh Solo Radio, TA TV, UTRA, dan lembaga bimbingan belajar Primagama. Ketua Panitia, Triyanto Ardi menyatakan acara ini sukses. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya antusias dari para peserta yang tidak hanya berasal dari Solo, tapi juga daerah Yogyakarta, bahkan Semarang.
Olimpiade Kimia 2009 ini dimenangkan oleh Kresna Bondan dari SBBS (Sragen Bilingual Boarding School) dan berhasil memperoleh Piala Rektor plus uang pembinaan sebesar 1 juta rupiah. Juara II Danu Purwa dari SMA 1 Bantul (Piala Dekan plus uang pembinaan sebesar 600 ratus ribu rupiah). Juara III diraih oleh Bayu Ardiansyah (Piala Ketua Jurusan plus uang pembinaan sebesar 400 ratus ribu rupiah). Sedangkan juara ke IV dan Ke V masing-masing adalah Tatang yang berasal dari SMA 1 Surakarta dan Adimas Lukminto, SMA 1 Sukoharjo.

Nurina Tulus S

SEMINAR KIMIA WITH KOVALEN

AK-47, FKIP UNS), Sabtu (17/10) bertempat di gedung A lantai 2, HMP Kimia, Kovalen, mengadakan seminar Kimia ”PENDEKATAN CTL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KIMIA SMA”. Seminar ini awalnya diperuntukkan bagi guru-guru pendamping siswa yang mengikuti olimpiade agar tidak jenuh menunggu, tetapi peserta lebih banyak dari kalangan mahasiswa. Dari 114 peserta seminar terdiri dari 62 mahasiswa dan 52 guru pendamping. Acara yang dimulai pukul 09.15 ini dipandu oleh Arif Budhi Hermawan selama 3 jam 15 menit dengan pembicara, Prof.Dr.H.Ashadi (Guru besar P.MIPA FKIP UNS) dan Drs.Unggul Sudarmo,M.pd (penulis Buku Kimia SMA). Peserta sangat antusias untuk bertanya tentang bagaimana cara mengajar anak SMA dengan baik. Setelah beberapa jam berlangsung, seminar diakhiri dengan penyerahan vandle oleh ketua HMP Kimia kovalen Azmi Akbar kepada pembicara. Diharapkan untuk ke depannya acara ini lebih sering diadakan.

Nurina Tulus

Seminar Pendidikan HMJ P.MIPA

(AK47,FKIP UNS) Dalam rangka mengisi pekan pendidikan dari BEM FKIP, Rabu (21/10), Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (HMJ P.MIPA) menyelenggarakan seminar pendidikan yang bertemakan “The Power of IT For Education Development” guna mewujudkan karya nyata mahasiswa bagi pendidikan bangsa Indonesia yang berkarakter kuat dan cerdas. Tujuan dari tema ini adalah memperkenalkan kepada mahasiswa FKIP sebagai calon guru untuk mengerti Information Technology (IT) sebagai media pembelajaran, ”Mahasiswa FKIP harus mengerti lebih tentang IT,” ungkap Thoriq selaku ketua panitia. Acara berlangsung mulai pukul 09.00 WIB di Ruang Sidang II Aula Gedung A FKIP. Seminar secara langsung dibuka oleh Dekan FKIP UNS, Prof. Furqon Hidayatulloh, yang didalam sambutannya memaparkan pentingnya pemahaman IT untuk masa depan. Dalam kegiatan tersebut dihadirkan dua orang pembicara yaitu, Yuyun Estriyanto, ST,MT dari ICT FKIP, dan Drs. Edi Legowo, M.Pd. Pembicara memberikan penjelasan tentang IT dan implementasinya dalam pendidikan seperti yang tertuang dalam temanya bahwa IT adalah kekuatan untuk membangun pendidikan. Seminar dimoderatori oleh Ketua Umum (Ketum) HMJ P.MIPA, Dian Lisdiyanto, berjalan cukup menarik. Tema yang dibahas menarik perhatian lebih dari segenap peserta seminar yang mencapai 120 orang. “Saat sesi tanya jawab, tanggapan peserta sangat aktif,” tutur Dian.
Djoko_

Seminar Kepemudaan

(AK47, FKIP UNS) Rabu (21/10) SKI FKIP UNS mengadakan seminar kepemudaan yang bertemakan “Implementasi Karakter Muslim untuk Membentuk Mahasiswa.” Acara diadakan di Aula Gedung A FKIP UNS. Dihadiri oleh berbagai peserta yang berasal dari berbagai fakultas, acara tersebut menghadirkan dua pembicara, yaitu Dr. Muh. Rohmadi, M.Hum. dan Anto Suryo Pribadi, S.Pd.
Acara diisi dengan obrolan sederhana, namun sangat memotivasi mahasiswa untuk mengejar mimpi dalam bidang akademik maupun non-akademik. Iskandar selaku ketua panitia mengemukakan bahwa tujuan dari seminar adalah share tentang kehidupan mahasiswa berprestasi.
Meski Aula Gedung A tidak dipenuhi mahasiswa, namun peserta seminar begitu antusias menyimak kisah sukses Anto Suryo Pribadi, S.Pd. (mahasiswa berprestasi FKIP tahun 2008) yang membuat peserta sadar tentang peran dan pengorbanan orang tua dalam kesuksesan seseorang.

Hany_

BAPEMA Adakan Diskusi Ilmiah

(AK47, FKIP UNS ) Rabu (21/10) bertempat di Ruang Sidang II Fakultas Ekonomi UNS, Badan Pers Mahasiswa (BAPEMA) Fakultas Ekonomi UNS menyelenggarakan diskusi ilmiah jurnalistik BAPEMA serta launching majalah “Valuta” dengan tema “Solo kreatif, Solo sejahtera.” Diskusi ilmiah tersebut dihadiri oleh sejumlah delegasi dari UKM dan mahasiswa seperti HMJ D3 FE UNS dan Lembaga Pers Mahasiswa di UNS seperti LPM Motivasi, LPM Kentingan, dan LPM Kalpadruma. Acara dihadiri oleh Dekan Fakultas Ekonomi UNS sebagai pemberi sambutan. Menurut Beliau, diskusi yang diselenggarakan oleh BAPEMA dapat menjadi contoh yang baik terutama untuk meningkatkan kreativitas mahasiswa. Pembicara yang hadir adalah Bambang Sarosa, selaku dosen Fakultas Ekonomi UNS dan ...........,selaku mahasiswa Fakultas Ekonomi UNS serta pengurus BAPEMA.
Diskusi tersebut bertujuan untuk memperkenalkan bahwa kota Solo adalah kota yang kreatif. Kreativitas itulah yang tengah menjadikan Solo sejahtera. Masyarakat Solo diharapkan peduli terhadap perkembangan zaman. Di tengah himpitan ekonomi, masyarakat dituntut untuk tetap mempertahankan eksistensinya. Acara tersebut terbilang sukses dan mendapat tanggapan positif dari peserta. Terbukti dengan adanya diskusi antara pembicara dan peserta yang seru.
FARRA_CUTE

GRAFITASI KEMBALI GELAR DONOR DARAH

“Setetes Darah Anda Sangat Bermanfaatkan bagi yang Membutuhkan”
(AK 47 FKIP UNS) Rabu, 20 Oktober 2009, Himpunan Mahasiswa Program (HMP) Fisika Grafitasi menggelar kegiatan Donor Darah 2 (Dona 2). Ini merupakan realisasi program kerja bidang Komunikasi dan Pengabdian Masyarakat (KPM). Kegiatan yang digelar di lobi gedung D FKIP UNS ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa empati terhadap sesama.
Setiap tahunnya, Dona digelar dua kali dengan bekerjasama dengan PMI cabang Surakarta, dimana Dona 1 telah digelar pada 28 April 2009. Pendonor tidak hanya dari kalangan mahasiswa, namun para dosen dan karyawan juga ikut berpartisipasi. Selama pelaksanaan pukul 08.00-12.30, telah tercatat 60 pendonor dari 62 pendaftar. Sebelum melakukan donor, terlebih dulu dilakukan pendaftaran dan pengisian data. Selanjutnya, calon pendonor diperiksa oleh petugas untuk ditentukan apakah calon pendonor dapat diambil darahnya, atau tidak. Rata-rata, setiap pendonor diambil darahnya sebanyak 350cc.

Sufi_physics

GRAFITASI GELAR BAKTI SOSIAL

(AK47, FKIP UNS) Sabtu (10/10), Himpunan Mahasiswa Program (HMP) Fisika Grafitasi menggelar kegiatan bakti sosial. Kegiatan ini merupakan realisasi program kerja bidang Komunikasi dan Pengabdian Masyarakat (KPM). Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengabdian dan kepedulian terhadap sesama.
Baksos digelar di SD N Bukuran 2, Krikilan, Kalijambe, Sragen pada pukul 07.30-10.00 WIB. Kegiatan tidak hanya diisi dengan membagikan makanan dan alat tulis, namun juga berbagi ilmu fisika dengan kegiatan praktikum/ aplikasi fisika, pemutaran video serta permainan. Pada sesi aplikasi fisika, siswa SD N Bukuran 2 juga berlatih untuk melakukan sendiri aplikasi fisika yang menarik, dipandu oleh panitia. Para siswa terlihat antusias dan senang mengikuti kegiatan ini dari awal hingga akhir. Kegiatan diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan dari Grafitasi kepada pihak sekolah.

Sufi_

Minggu, 11 Oktober 2009

3 Shows on 2 Days, Peron Surakarta

(AK-47, FKIP UNS) Kelompok Peron Surakarta kembali mengadakan pentas promosi untuk menjaring mahasiswa agar bergabung dalam komunitas yang menamai diri mereka Mahasiswa Pekerja Teater FKIP UNS. Sesuai rencana, pentas promosi tersebut akan dilaksanakan pada Selasa – Rabu (20 – 21/10) yang memanfaatkan aula gedung F FKIP UNS sebagai panggung pementasan mereka.
Acara ini mengambil tajuk 3 Shows on 2 Days. Sesuai tajuk tersebut, dalam dua hari mereka akan menampilkan tiga pertunjukan selama dua hari. Pertunjukan pertama yang mereka tawarkan adalah Pentas Musik “Renungan Sahabat dalam Perhelatan Jiwa”. Pentas musik ini digarap langsung oleh semua kru Teater Peron. Pertunjukan selanjutnya adalah dua pentas teater yang mengambil lakon “Ndari (Antara Rabi dan Skripsi)” dan “Perempuan di Titik Nol” yang merupakan karya adaptasi dari novel Nawal El-Shadawi dan Naskah Meong Purwanto oleh Wirawan, seorang pelatih yang sekaligus bertindak sebagai sutradara dalam lakon tersebut.
Pementasan Teater Peron kali ini disponsori oleh berbagai pihak. TA TV, BNI, dan Bank BTN adalah beberapa sponsor acara tersebut. Harga tiket masuk untuk acara tersebut adalah Rp 3.000,00 untuk melihat pertunjukan 1 hari dan Rp 5.000,00 untuk melihat pertunjukan selama dua hari berturut-turut.

Tdh_

TRAINING MENEMBUS BINTANG JURNALIS

(AK-47,UNS) Sabtu (10/10) Studi Ilmiah Mahasiswa(SIM) UNS menyelenggarakan training jurnalistik dengan tema “Menembus Benteng Jurnalisme Media”. Acara dilaksanakan di Aula gedung kemahasiswaan UNS setelah sebelumnya direncanakan akan dilaksanakan di Aula UPT Perpustakaan Pusat UNS. Dalam sambutannya, ketua panitia menyatakan bahwa tujuan dari pelatihan tersebut adalah untuk meningkatkan keterampilan jurnalistik mahasiswa agar dapat mengimplementasikan ilmu yang diperoleh dari bangku kuliah dalam bentuk tulisan.
Acara yang diikuti oleh sekitar 60 peserta tersebut menghadirkan Ariyanto yang menjabat sebagai Editor Solopos FM dan Sonya Hellen, reporter Kompas yang mengupas berita koran. Dalam penjelasannya, Sonya menerangkan langkah membuat berita dari perumusan isu, tahap pencarian berita, pengeditannya hingga sebuah berita layak untuk sampai pada publik. Pelatihan ini diakhiri dengan workshop penulisan press release oleh peserta dan evaluasi serta penjelasan lebih lanjut oleh kedua pembicara.
Peserta memberikan respon positif atas acara tersebut. Hal ini ditandai dengan hidupnya suasana diskusi di penghujung acara. Seperti yang di utarakan oleh Luqman, salah satu peserta training, “Setelah mengikuti pelatihan ini, saya semakin menumbuhkan semangat untuk belajar menulis artikel,” ungkapnya.
DJ_

Bangkit Kembali Setelah Enam Belas Tahun Vakum

(AK47, FKIP UNS) Jumat (9/10) Program studi BK mengadakan acara halal bihalal kembali setelah enam belas tahun vakum. Acara tersebut mengambil tema “Kemenangan Hati Bersama Jiwa Yang Kembali Fitri, Jalin Ukhuwah dengan Ramah Tamah”. Halal bihalal tersebut berlangsung di gedung A dengan dihadiri oleh seluruh keluarga besar BK serta alumni.
Dandy selaku sie acara mengungkapkan bahwa tujuan dari halal bihalal ini untuk menumbuhkan budaya memaafkan diantara keluarga besar prodi BK dan membina hubungan kekeluargaan dan kebersamaan. Acara halal bihalal ini diselingi juga dengan hiburan (akustikan) dari mahasiswa, dosen, dan ustad. Halal bihalal ini ditutup dengan penyerahan plakat kepada kaprodi BK, Dra. Hj. Chasiyah, M.Pd dilanjutkan dengan saling berjabat tangan.

Jtm__

Dari UNS untuk Padang

(AK47, FKIP UNS) (5/10) Melihat bencana alam yang baru saja terjadi di Padang dan menelan banyak korban, UKM-UKM di UNS (LPM Motivasi, Ganesha FKIP, Gravitasi FKIP, PMII Kentingan, LPM Kalpadruma, FSSR, MEPA FE, HMJ P.MIPA, dan beberapa gabungan dari tiap fakultas di UNS) berusaha melakukan aksi penggalangan dana yang akan disumbangkan kepada korban gempa di Padang.
Aksi penggalangan dana ini direncanakan berlangsung selama satu minggu mulai hari Senin. Aksi tersebut dilaksanakan di prodi, fakultas, kampus maupun turun langsung ke jalanan. Untuk mempermudah jalannya aksi pengumpulan dana di kampus, tiap-tiap fakultas memiliki penanggungjawab tersendiri. Rencananya uang yang didapatkan tersebut akan diserahkan secara langsung kepada korban melalui PMII Padang. Gabungan antara UKM-UKM ini dinamakan Aliansi Mahasiswa Peduli Sesama.

Jtm__

SOFTSKILL PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN

(AK47, FKIP UNS) Rabu (7/10), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP UNS bekerja sama dengan dekanat mengadakan softskill pelatihan kewirausahaan yang bertajuk, “Menciptakan Sarjana Pendidikan yang Berwawasan Wirausaha”. Menurut salah satu panitia, Anis NR, pelatihan ini merupakan serangkaian kegiatan kerjasama antara BEM FKIP dengan pihak fakultas yang nantinya akan difollow up dengan penyelenggaraan training sponshorship.
Acara dibuka langsung oleh Edy Legowo selaku pemateri pada pukul 09.00 WIB. Acara yang digelar di ruang sidang II gedung A Lantai II FKIP UNS ini diikuti sekitar delapan puluh mahasiswa FKIP dari berbagai program studi. Inti acara dan yang paling menarik adalah penyisipan video motivasi pada tiap slide yang ditampilkan hingga membuat mahasiswa semakin antusias dalam mengikuti pelatihan ini.
Softskill yang digelar diharapkan dapat memberikan motivasi tersendiri bagi mahasiswa agar nantinya setelah lulus bukan hanya menjadi guru, tetapi juga dapat mencapai peluang untuk sukses dalam berwirausaha.

Evi

Halal Bihalal Sejarah

(AK47, FKIP UNS) Senin, (5/10) program studi pendidikan Sejarah mengadakan halal bihalal bertajuk “Satukan Tekad Bersama Membangun Sejarah”. Acara diadakan di aula gedung A FKIP UNS. Peserta berasal dari prodi Sejarah angkatan 2006 – 2009 dan dihadiri pula oleh dosen-dosen prodi Sejarah, antara lain: Drs. Djono, M.Pd., Dra. Sri Wahyuni, M.Pd., dan Drs. Herimanto, M.Pd.
Konsep dari acara itu sendiri merupakan sharing antara dosen dengan mahasiswa yang membahas mengenai masalah-masalah apa saja yang ada di HMP Ganesha maupun prodi.
Masalah yang dibahas antara lain: pengadaan buku-buku sejarah yang baru dikarenakan buku yang tersedia dirasa masih kurang dan sudah termakan usia. Dari pihak prodi sendiri mengatakan bahwa sudah ada alokasi dana untuk pengadaan buku tersebut. Acara halal bihalal ini berlangsung dari pukul 13.00 – 15.00 WIB.

Phie_three haphap

Sekadar Formalitaskah Aksimu???

Hidup Mahasiswa! Adalah teriakan aktivis kampus yang mengatasnamakan aksi mereka sebagai langkah untuk memperjuangkan nasib mahasiswa. Teriakan yang penuh makna dan sarat akan arti ini bermaksud untuk memberi rangsangan bagi mahasiswa untuk menyalakan semangat perjuangan mahasiswa. Ini jugalah yang diamini oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Dewan Mahasiswa (DEMA) bahwa sudah menjadi tugas mereka untuk memberikan pendidikan politik bagi mahasiswa kita yang sekarang ini cukup cuek dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat birokrat kampus. Merekalah yang menjadi barisan terdepan untuk mengawal mahasiswa dalam memperjuangkan hak mereka.
Aksi yang menjadi angin segar bagi mahasiswa. Begitulah kira-kira. Mahasiswa berharap agar aksi yang mereka lakukan mampu mengubah kebijakan yang sudah terlanjur diketok palu. Tapi, agaknya aksi tersebut memang hanya sekadar angina segar yang kemudian cepat berlalu sehingga udara menjadi gerah lagi. Aksi yang dilakukan oleh Forum Bersama BEM hanya “hangat-hangat tai ayam”, begitu bisa diumpamakan. Aksi yang dilakukan terkesan dilakukan saat momen-momen yang menguntungkan mereka. Kedatangan maru, Hari Proklamasi, Hari Pendidikan Nasional adalah beberapa momen yang sering mereka manfaatkan. Ada kesan bahwa aksi yang dilakukan hanya sebagai formalitas saja. Agar terlihat oleh mahasiswa baru atau lama bahwa mereka punya program kerja untuk memperjuangkan hak mahasiswa.
Bisa dikatakan hanya mencari perhatian mahasiswa (opini publik). Kenyataannya sampai sekarang tidak ada keputusan Rektor tentang penurunan biaya pendidikan ataupun kesepakatan yang berarti bagi mahasiswa. Sehingga kesan formalitas semakin terlihat. Adanya kesan formalitas inilah yang sangat disayangkan oleh mahasiswa. Seharusnya aksi yang dilakukan benar-benar dapat ditindak lanjuti guna tercapainya tuntutan mahasiswa. Semoga saja para pejuang mahasiswa benar-benar tulus ikhlas dalam memperjuangkan hak-hak mahasiswa, bukan sekadar formalitas atau malah cari nama.

REDAKSI

Pelaksanaan KBK FKIP Masih Jalan di Tempat


Mulai semester ini, FKIP mencanangkan pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kendala di fakultas sendiri masih terjadi. Sumber daya manusia diakui masih menjadi kendala terbesar untuk melaksanakan kurikulum ini.

Penghapusan mid-semester adalah salah satu akibat dari pemberlakuan KBK. Sedangkan sering adanya kuis dan tugas yang lebih menumpuk adalah konsekuensi dari diberlakukannya sistem ujian blok. “Kalau bisa mengikuti kurikulum ini, memang akan enak karena akan paham dengan kompetensinya. Tapi yang tidak bisa mengikuti akan bisa sangat ketinggalan materi perkuliahan”, ungkap Nisa, mahasiswa Pendidikan Tata Niaga FKIP. “Dosen cukup santai. Cuma ngadain kontrak kuliah trus memberi tugas. Ada juga dosen yang jadi masa bodoh. Tidak memperhatikan materi yang digunakan mahasiswanya, sudah benar atau belum. Ini kan bisa menimbulkan kesalahpahaman”, tambahnya panjang lebar.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mulai diperkenalkan kepada dunia pendidikan kita pada tahun 2004. Karena itulah nama lain dari kurikulum ini adalah kurikulum 2004. Di pendidikan tinggi pengembangan tentang perlunya pendekatan KBK diperkuat oleh SK Mendiknas nomor 045 tahun 2002. pelaksanaannya yang cukup singkat, yakni sekitar dua tahun cukup banyak menjadi obrolan dalam masyarakat pendidikan. Sesudah KBK, kurikulum kita berubah lagi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menjadi penyempurnaan dari KBK.
Adanya KTSP yang sekarang digunakan dalam pembelajaran disekolah juga menjadi tanda tanya bagi mahasiswa FKIP yang akan mengajar di sekolah karena kelak mereka akan mengajar dalam kurikulum yang berbeda dengan yang mereka dapatkan di bangku kuliah. Namun begitu, Sutaryadi, Ketua Prodi Pendidikan Ekonomi mengungkapkan, “KBK sebenarnya sama seperti KTSP tetapi yang membedakan hanya namanya saja. Namun, nantinya saat mengajar, seorang mahasiswa akan dibimbing untuk dapat melakukan orientasi KBK kepada kompetensi mata kuliah oleh pihak FKIP”. Hal tersebut diamini oleh Tri Murwaningsih, salah satu dosen Pendidikan Administrasi Perkantoran (PAP), “Sistem KBK ini lebih memberikan kesempatan mahasiswa untuk berusaha sendiri dalam menguasai materi sehingga mempunyai kompetensi yang baik”, tambahnya.
Pelaksanaan KBK di lapangan diakui Sutaryadi masih terganjal dengan beberapa kendala. Kemampuan sumber daya manusia (SDM) baik dosen dan mahasiswa masih menjadi kendala yang besar. “Perlu banyak pendidikan dan latihan untuk para dosen agar kualitas mereka bisa semakin baik”, tuturnya. Sedangkan masalah pengolahan data juga masih menjadi kendla sendiri atas administrasi mahasiswa. “Yang pasti, masih perlu diadakan evaluasi atas KBK yang dijalankan di FKIP ini”, tandasnya.
KBK yang menuntut mahasiswa untuk aktif memiliki sisi positif dan negatif. Seperti yang diungkapkan oleh mahasiswa bahwa sikap dosen yang menjadi acuh akan menimbulkan kondisi pembelajaran yang tidak menyenangkan.
Sedangkan masalah klasik tentang pengadaan sumber dan bahan belajar di perpustakaan juga masih belum mampu ditangani dengan baik. “Buku-buku yang ada di perpustakaan FKIP masih kurang relevan dan jumlahnya juga sangat terbatas”, ungkap Eri, mahasiswa semester V Prodi Ekonomi.

AgusNu_Khaerul

Wawancara Utama

Gunawan: “Apabila kita harus menaikkan, misalnya, setiap tahun sepuluh ribu atau lima puluh ribu sebenarnya tidak apa-apa, asal jelas sesuai dengan apa yang kita bayangkan….”

Kutipan tersebut merupakan kutipan wawancara dengan Gunawan selaku presiden BEM UNS mengenai aksi yang dilakukan oleh BEM.

Apa yang menjadi dasar BEM melakukan sebuah aksi, missalnya tentang kenaikan SPP?
Jadi, kenapa kita turun aksi untuk menolak kenaikkan SPP karena alasan yang disampaikan oleh pihak rektorat kemarin masih sangat klise. Mereka mengasumsikan kenaikan inflasi 10%. Sedangkan kita mencoba untuk melihat lebih objektif, sebenarnya kampus ini membutuhkan angka berapa sich yang seharusnya dipenuhi oleh mahasiswa. Jadi, misalnya kalau kampus butuh 100M dan kita harus menaikkan ,misalnya, setiap tahun sepuluh ribu atau lima puluh ribu sebenarnya tidak apa-apa, asal jelas sesuai dengan apa yang kita bayangkan dan yang kita dapat ternyata tidak seperti itu. Ternyata kampus tidak memiliki cukup peran ekstra yang menurut kita dengan alasan-alasan yang cukup objektif dan jelas. Ternyata sangat absurd dan menurut kita belum diperlukan. Data yang kita peroleh ternyata pendapatan kampus dari mahasiswa itu adalah sekitar 50% dari kebutuhan biaya operasional pendidikan, padahal UNS ke depan akan menjadi BHP. Karena sifatnya wajib bagi universitas yang sudah mapan, maka maksimal biaya pendidikan 30%, apabila dinaikkan lagi akan menjadi lebih tinggi lagi sekitar 68% komposisi biaya yang dipenuhi mahasiswa, nah ternyata rancu. Sebenarnya kampus ini mempersiapkan tidak untuk BHP? BHP saja menurut kami akan menimbulkan banyak permasalahan, apalagi dengan kendala sekarang, ternyata kampus belum memiliki sumber dana yang riil untuk menggantikan sumber dana yang dipenuhi mahasiswa sehingga kami berharap, alasan pertama adalah dari pihak birokrasi kampus berpikir untuk mengurangi jatah komposisi dana dari mahasiswa bagaimanapun caranya bukan malah menaikkan. Sehingga harus mencari pundi-pundi pendanaan yang lain yang bisa dimunculkan bukan malah mengekplorasi mahasiswa sebagai sumber objek. Kedua, dari laporan rektor, laporan keuangan yang didapatkan dari senat bahwa ternyata akumulasi sisa saldo tiap tahun UNS mengumpulkan rata-rata sekitar 200M dari SPP, BPI, dan sumber pendanaan lainnya kecuali IOM. Nah, ini kemudian yang membuat kita melihat efektif nggak atau sejauh mana efisiensinya. Ternyata alokasi yang digunakan setiap periode kurang dari 70%. Ternyata ada sisa 30%.

Trus yang untuk aksi penolakan BHP, apakah ada hasilnya?
Langkah yang sampai sekarang kita jalankan dengan teman-teman, sebenarnya dari kampus memiliki sikap yang sama, mereka menolak BHP. Karena dengan status itu secara otomatis kampus harus menambah pundi-pundi dana. Sementara mereka kebingungan, sekarang saja sampai 68% . Bagaimana kita harus memotong anggaran 30% dari mahasiswa dan 30 persen dari luar. Secara otomatiskan akan menyita perhatian birokrat. Teman-teman sendiri sudah memahami rektorat ini dia mengelola, hanya mengelola, dalam artian memanajemen kampus hanya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan saja. Itu belum tentu kualitasnya bagus apalagi belum terpecah untuk mencari kebutuhan pendanaan. Ya itu mengapa kita menolak BHP. Sebenarnya dari mahasiswa, dari sisi pendanaan menguntungkan karena kemungkinan besar pembiayaan kita akan turun drastis, hanya saja secara kualitas belum bisa di jamin.karna nanti pengelolaannya akan sangat-sangat terpecah menjadi dua manajemen.

Apakah nantinya BHP akan diterapkan?
Karena BHP sudah menjadi undang-undang ya dan sejauh ini tuntutan yang diajukan oleh LSM dan gabungan dari teman-teman BEM seluruh Indonesia belum menemukan titik terang. Kita akan tawarkan lagi kepada dewan yang sekarang karena ini politik. Artinya kebijakan ini tidak akan berubah hanya kita berbicara di tataran bawah sehingga perlu ada koordinasi dan rektor pun mendukung untuk menolak BHP. Nah, tetapi sekarang yang terjadi.kenyataanya rektor dari beberapa PTN cenderung untuk menerima BHP. Menurut mereka ini merupakan salah satu bentuk sekolah manajemen kampus yang mandiri pada akhirnya karena biaya yang kita kumpulkan sebesar 200M, kalau dulu dikerahkan ke departemen keuangan kemudian kita mengambilnya dengan proposal, tetapi sistem birokrat ini sangat lambat. Kalau dengan BHP kita kelola sendiri uang kita itu.

Apakah setiap aksi yang dilakukan BEM itu mengalami keberhasilan?
Tidak. Aksi yang dilakukan BEM belum tentu berhasil. Yang terpenting dengan aksi tersebut kita dapat membentuk sebuah opini di masyarakat maupun di media, kadang aksi tersebut akan dijadikan penilaian, jangan sampai opini yang terbentuk itu tenang, ada masalah semua orang tidak tahu, dan dia tidak mengekpose. Memang aksi yang kita lakukan tidak begitu penting dan tidak berfungsi, tetapi impact yang ditimbulkan dari aksi itu sangat besar. Jadi, itu merupakan salah satu strategis yang menurut kami karena hanya dengan satu langkah kecil saja semua orang bisa melihat karena dengan adanya media. Hal-hal yang kontroversial semacam inilah yang bisa mengangkat pesan kita ke publik dengan cara yang sangat mudah tetapi dengan dampak yang sangat luar biasa.

Dj__Jtm__

GEDUNG A BUKAN UNTUK KITA


Aktivitas di gedung A, FKIP UNS mulai menggeliat lagi. Sejak perpindahan ruang pimpinan fakultas ke gedung F. Perombakan dan perbaikan fasilitas gedung mulai terlihat di sana-sini. Tata ruang bahkan atap gedung tidak luput dari perbaikan. Pembangunan yang menghabiskan waktu lumayan cukup panjang ini ternyata bukan untuk mahasiswa S1 FKIP yang sudah lama berharap untuk menempatinya.

Perubahan yang signifikan sudah mulai terlihat di gedung A sejak dikosongkannya gedung tersebut pada April 2009 lalu. Beberapa ruangan sudah tertata dengan rapi layaknya kelas yang akan digunakan untuk kegiatan perkuliahan. Sugiyanto, Pembantu Dekan II FKIP UNS pun menyatakan bahwa gedung A memang akan dimanfaatkan untuk ruang perkuliahan. “Gedung A akan kami programkan untuk penambahan ruang kuliah, lab. komputer, ICT Center, PPL, PSB, ruang skripsi, dan sekretariat kegiatan sehingga nantinya dapat dimanfaatkan lebih optimal,” paparnya.
Beberapa jurusan dan program studi berharap akan bisa menempatinya. Bahkan berita yang santer terdengar adalah akan digunakannya gedung tersebut untuk jurusan Pendidikan tekhnik mesin (PTK) dan Bimbingan Konseling (BK). Pada awal pembangunannya, pihak pimpinan fakultas yang diwakili oleh Pembantu Dekan II menyatakan, “Gedung A adalah milik fakultas jadi bukan untuk salah satu prodi”. Namun, keterangan terakhir yang diberikan oleh Winardi, salah satu petugas keamanan di gedung A menyatakan bahwa gedung A yang sudah selesai direnovasi akan dimanfaatkan sebagai ruang kuliah mahasiswa S2 dan S3 Prodi Ekonomi. “Saat ini, pendaftaran untuk program S2 dan S3 Ekonomi sudah dibuka dan seleksi dilakukan langsung oleh Bapak Trisno Martono yang sekarang menjadi direktur Pasca Sarjana”, tuturnya. Baru dua belas orang yang lulus dalam seleksi yang dilakukan untuk memulai awal perkuliahan yang direncanakan akan dimulai tahun ini. Pernyataan tersebut sekaligus menegaskan bahwa gedung A pascarenovasi tidak diperuntukkan sebagai ruang kuliah mahasiswa S1 FKIP. Baik prodi maupun jurusan apapun.
Menurut rencana, pembangunan gedung A akan selesai pada semester ini. Namun, salah satu pekerja yang ikut dalam proyek renovasi gedung tersebut mengungkapkan bahwa renovasi baru akan selesai pada dua bulan yang akan datang. “Itupun kalau pekerja yang datang paling tidak lima orang per hari”, paparnya. Kegiatan renovasi yang setiap harinya berlangsung dari pukul 08.00 – 15.00 WIB diakuinya tersendat karena sedikitnya pekerja yang bergabung di dalamnya. “Sistem kerja kami adalah sistem harian. Jadi, pembangunan ini menjadi lama, karena setiap pekerja belum tentu datang tiap harinya. Bahkan seringkali cuma dua orang saja yang datang”, tambahnya. “Kalaupun yang datang enam orang, biasanya yang satu orang dipindah kemana gitu…jadi pindah-pindah…,” tambah salah satu tukang yang tidak mau disebutkan namanya.
Mahasiswa pun angkat bicara menanggapi hal tersebut. “Kalaupun bukan untuk kita, yang penting pembangunan dan renovasi gedung segera selesai. Jadi, kita tidak terganggu dengan suara bisingnya”, ungkap Wulan, mahasiswi Prodi Sejaran angkatan 2007. “Begitu juga dengan pembangunan gedung-gedung lainnya yang ada di FKIP”, tandasnya.
Kikis_Endah