Selasa, 18 Mei 2010

UNS SEMINGGU


UNS ISLAMIC BOOK FAIR


(AK47, FKIP UNS) Senin (4/5), bertempat di perpustakaan pusat UNS  yang bekerja sama dengan CV. IDEA PRIMA GROUP, salah satu distributor buku di Solo turut berusaha memberikan suatu bentuk pelayanan dengan menyuguhkan bazar buku yang bertema UNS Islamic Book Fair. Rahmadi (21 tahun) penjaga bazar buku tersebut menjelaskan pihaknya telah meminta izin kepada pihak perpustakaan untuk bisa melaksanakan kegiatan bazar buku. Bazar tersebut dibuka mulai pukul 08.00 – 18.00 WIB yang berlangsung dari tanggal 03 - 12 Mei 2010. Bazar buku tersebut memberikan harga diskon  hingga 50%.
Setelah dikonfirmasi, kegiatan tersebut sengaja diadakan selain mencari defisit keuntungan ternyata mempunyai tujuan yang baik, yaitu ingin menumbuhkan jiwa membaca bagi para mahasiswa karena dengan membaca diharapkan prestasi    akademik mahasiswa akan lebih baik lagi. Bazar tersebut menjual buku-buku yang pada umumnya berhubungan dengan islamic sesuai dengan tema bazar. Baru dua hari berlangsung, ternyata kegiatan tersebut mendapat antusias yang cukup bagus dari para mahasiswa. Hal itu terbukti pada hari kedua saja sudah mampu menjual 50 buku lebih. Hal tersebut tidak terlepas dari letak yang strategis, yaitu di perpustakaan pusat yang mana kita ketahui bersama bahwa setiap hari perpustakaan pusat selalu ramai dikunjungi oleh mahasiswa. Dengan demikian dari pihak penyelenggara bazar tersebut berharap kedepannya nanti akan mendapat antusias yang lebih baik lagi khususnya dari para mahasiswa.

Dadan_

Grafitasi Gelar Donor Darah
27 April 2010, Himpunan Mahasiswa Program (HMP) Fisika Grafitasi kembali gelar donor darah 1 (Dona 1). Kegiatan tahunan ini, bertujuan untuk menumbuhkan rasa empati terhadap sesama. Digelar di lobi gedung D FKIP mulai pukul 08.00-13.30. Aksi sosial yang bekerjasama dengan PMI cabang Surakarta ini, tidak hanya mahasiswa, tetapi beberapa karyawan dan dosen ikut serta. Dona merupakan proker bidang Bidang Komunikasi dan Pengabdian Masyarakat Grafitasi, dan tercatat 65 pendonor dari lebih dari 80 pendaftar. Kegiatan serupa rencananya akan kembali digelar november mendatang.
Sufi_

PELANTIKAN 
PENGURUS BARU HIMANOMI


(AK47, FKIP UNS) Kamis (29/4),  Himpunan Mahasiswa Prodi Ekonomi (HIMANOMI) mengadakan pelantikan pengurus baru periode 2010/2011. Acara yang diadakan di Aula gedung C ini dibuka oleh Ketua Prodi Ekonomi, Drs. Sutaryadi M.Pd. dan diikuti sekitar 65 anggota pengurus baru. Saat dikonfirmasi mengenai jalannya acara, Isna Rohima,  salah satu pantia  mengungkapkan, “Alhamdulillah acara pelantikan berjalan sukses.”
Himpunan Mahasiswa Prodi Ekonomi (HIMANOMI) yang kini diketuai oleh Sukuh Tri Hanggono diharapkan mampu membawa angin segar dan meningkatkan kinerja anggotanya.

Menik_


BKAM Satukan Keluarga Fisika

1 Mei 2010, Bidang Kreatifitas Mahasiswa (BKAM) Himpunan Mahasiswa Program (HMP) Fisika Grafitasi gelar Perlombaan Masak Fisika dengan Angkatan Atas (Permitivitas), Pertandingan Futsal Antartingkat (PUSAT VI), dan lomba catur untuk dosen dan mahasiswa pendidikan fisika. Rangkaian kegiatan digelar di lapangan dan parkiran gedung B, mulai pukul 08.00-13.00. Dilatarbelakangi perlunya kekompakkan antarangkatan P. Fisika di bidang nonakademik dan perlunya sarana pengakraban antara mahasiswa dan dosen.
Lomba masak berbahan pokok tahu putih ini, hadirkan dosen P. Fisika Dr. Sarwanto dan Supurwoko, M. Si. sebagai juri. Penutupan diisi dengan pemberian tropi kreatif BKAM untuk para pemenang. Juara 1 lomba masak diraih Bidang Pembinaan, dan juara 2 angkatan 2007. Untuk lomba futsal digolkan angkatan 2007, dan lomba catur dimenangkan oleh dosen P. Fisika Dwi Teguh, M. Si.. Usai kegiatan, diharapkan rasa kekeluargaan antara mahasiswa dengan dosen semakin terjalin erat.

Sufi_


UNS JADI TUAN RUMAH MTQ XXII
TINGKAT JAWA TENGAH


(AK47, FKIP UNS) Rabu (5/5), UNS menjadi tuan rumah MTQ XXII  tingkat Jawa Tengah. Kegiatan berjalan selama tiga hari, 4 - 6 Mei 2010. Acara berlangsung di beberapa tempat berbeda yang disesuaikan dengan jenis kegiatan lomba. Diantaranya lomba tafsir yang diadakan di FISIP, lomba KTIA di MAWA , dan lomba tilawah di gedung F FKIP UNS.
Ketiga kegiatan secara serentak diadakan pada hari Rabu (5/5) dan ditutup sehari setelahnya. Lomba tilawah Al Qur’an yang diadakan di gedung F sendiri diikuti oleh 63 peserta dari berbagai Universitas di Jawa Tengah dan dimulai dari pukul 07.00-22.00 WIB . Saat dikonfirmasi pada salah satu peserta wakil UNS dari PGSD Kebumen, Dien Puspita mengatakan,  Nervous mbak, pengen latihan dulu.”



Menik_

SKI FKIP GELAR “NGOPI”

(AK47, FKIP UNS) Jum’at (30/4), Sentra kegiatan Islam (SKI) FKIP UNS mengadakan obrolan seputar terkini (Ngopi) yang mengambil judul “Kartini Dalam Munculnya Buku Habis Gelap Terbitlah Terang”. Acara juga digunakan untuk memperingati Hari Kartini.
Acara yang diselenggarakan di gedung A lantai 2 tersebut dihadiri oleh dua pembicara, yaitu dr. Marjanti dan Hanifullah Sukri, H.Hum. Para pembicara mengulas mengenai perubahan cara pandang seorang pria terhadap wanita karena sudah adanya persamaan gender yang sudah dipelopori oleh R.A Kartini. Beliau yang telah memperjuangkan hak-hak persamaan wanita dengan kaum pria.
Menurut salah satu pembicara, yaitu dr. Marjanti mengatakan bahwa peran wanita masa kini lebih tergantung pada diri sendiri, pribadi dan itu yang menentukan kualitas serta peran wanita masa kini. Acara “Ngopi” tersebut berjalan cukup lancar yang berlangsung dari pukul 13.00 - 15.00 WIB. Dari acara ini diharapkan para peserta dapat mengambil keteladanan dari sosok yang bernama Kartini.

MTV


TRAINING KESTARI HMJ P.MIPA

(AK47, FKIP UNS), Sabtu (1/5), bidang kesekretariatan HMJ P.MIPA mengadakan training KESTARI yang bertujuan untuk membekali pengurus tentang mekanisme kesekretariatan. Kegiatan yang bertempat di lobi gedung D ini dihadiri oleh 37 pengurus HMJ P.MIPA. Setelah training selesai, kegiatan dilanjutkan dengan Rapat Harian Lengkap (RHL). RHL bertujuan untuk membahas masalah-masalah intern HMJ.
Acara berlangsung mulai pukul 08.00 - 11.00 WIB. Saat training, panitia memberikan banyak pelatihan tentang kegiatan kesekretariatan. Kegiatan itu antara lain: membuat surat, mempelajari aturan tanda tangan, membuat proposal serta TOR (Torm Of Reference). Sedangkan pada sesi RHL, pengurus yang datang diajak untuk mendefinisikan tentang persahabatan, saling menilai kelebihan dan kekurangan sesama pengurus serta memberikan kritik maupun saran.
Dengan diadakannya acara tersebut diharapkan para pengurus HMJ P.MIPA dapat lebih memahami tentang berbagai mekanisme kesekretariatan serta dapat lebih solid dalam satu wadah HMJ P.MIPA. Meskipun tidak semua pengurus dapat hadir, namun acara tetap berjalan dengan lancar dan menghasilkan satu kesimpulan bahwa perbedaan yang ada dalam HMJ P.MIPA bukanlah suatu halangan. ”.....karena kita adalah satu dalam HMJ,” tandas sekretaris umum HMJ P.MIPA, Bening Ika.


                                                                                                                        _Siska


DUTA FKIP MASUK SELEKSI KE-3

(AK47, FKIP UNS) Sabtu (1/4), Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (BEM FKIP) menyelenggarakn seleksi ketiga Duta FKIP yang betempat di lantai 4 gedung D  pukul 08:00 WIB. Seleksi tersebut berupa seleksi microteaching yang diikuti oleh 10 peserta. 10 peserta yang mengikuti seleksi tersebut merupakan peserta hasil penyeleksian dari seleksi kedua yang berupa seleksi presentasi Karya Tulis.
Dalam seleksi tersebut menghadirkan tiga juri, yaitu Pak Singgih, Pak Imam, dan Pak Hermawan (dosen PLB). Hasil seleksi ketiga tersebut akan diumumkan lewat sms dan dapat pula dilihat di pengumuman. Seleksi terakhir kemungkinan diadakan pada Sabtu (8/5) mendatang. Acara Duta FKIP ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mencari dan memilih putra putri FKIP yang berkompeten yang dapat menunjukan output dari seorang lulusan FKIP yang sesuai dengan visi dan misi FKIP “Berkarakter Kuat dan Cerdas”.

                                                                                                                                    Tata’




DPK NONREGULER, TAK JELAS


Mahasiswa semester VIII nonreguler yang sudah tidak menempuh mata kuliah teori dapat mencairkan Dana Penunjang Kuliah (DPK). Namun, hingga kini, prosedur pengajuan pencairan DPK tidak jelas. Bahkan bagian keuangan mahasiswa FKIP tidak mengetahui prosedur pencairan.
Sembilan mahasiswa pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia nonreguler angkatan 2006 pernah mencoba mencairkan DPK. Namun, ketika ada mahasiswa lain yang ingin mencairkan DPK, ternyata ditolak oleh fakultas. Ketika hal tersebut dikonfirmasikan ke Bagian keuangan FKIP mereka menyatakan ketidaktahuanya, “lho lho saya malah tahu dari njenengan, nembusinya kemana? Mungkin kepusat...,” ujar Bu Sutinem selaku pengurus bagian keuangan FKIP. Hal senada juga diungkapkan oleh Pak Yan yang menjabat sebagai kepala bagian keuangan mahasiswa nonreguler FKIP. ”...lha wong kami gak pernah ngurusin yang gituan kok,” ungkapnya. Sugiyanto, Pembantu Dekan II angkat bicara, bahwa tak pernah ada pencairan DPK karena pihak fakultas tidak ada peraturan tentang pencaran DPK. “Ketika ada mahasiswa semester VIII yang menempuh ujian skripsi, tetap dikenakan DPK, tetapi jika ada mahasiswa yang sampai semester IX masih mengikuti skripsi bisa kita bebaskan penarikan DPK,” ujarnya. Menurut beliau DPK adalah dana penunjang mahasiswa yang memang harus dibayarkan oleh mahasiswa non reguler selama menempuh kuliah samai semester VII. Dana tersebutlah yang nantinya akan digunakan demi kemajuan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS, seperti pengembangan, penelitian dan berbagai sektor untuk memperbaiki fasilitas fisik serta sarana prasarana yang ada.
Adanya kebijakan fakultas menjadi penyebab penolakan tersebut, yaitu masih dibutuhkannya DPK sebagai dana tunjangan dan pengembangan di FKIP. “itu berdasarkan keputusan rapat sebelumnya,” jelas Sugiyanto Pembantu Dekan II. Salah seorang mahasiswa nonreguler Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ‘06 yang enggan disebutkan namanya sempat mengalami kekecewaan karena gagal mencairkan DPK. Dia menjelaskan bahwa saat itu ada info tentang pencairan DPK. Untuk mencairkan DPK mahasiswa nonreguler harus mengurus prosedur lengkap sesuai aturan, termasuk harus mau dibagi beberapa kelompok (kloter) dengan alasan memudahkan pelayanan. Sembilan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ‘06 nonreguler FKIP UNS  yang tergabung di kloter pertama berhasil mencairkan DPK. Ketika beberapa mahasiswa yang tergabung dalam kloter kedua akan mencairkan, pihak fakultas melalui kasir memberhentikan pencairan DPK dan menarik kembali DPK termasuk mahasiswa kloter pertama.
Masalah semakin pelik manakala pihak dekanat berjanji akan menarik kembali pencairan DPK yang sudah jatuh di kloter pertama. Namun, sampai sekarang belum ada tindakan tegas dan nyata dari pihak dekanat untuk menarik kembali uang dari pihak yang telah mendapatkannya. Bahkan, setelah aturan tersebut dikeluarkan, baik pihak dekanat maupun mahasiwa yang telah memperoleh uangnya, tampak tidak ada inisiatif untuk menyudahi kasus tersebut. Aris selaku kepala bagian keuangan FKIP menyatakan bahwa masalah DPK bagi mahasiswa yang sudah dapat, nanti bisa diurus ke bagian program, jadi mungkin ada konsekuensinya, “bisa jadi mereka yang tidak mengembalikan diberi himbauan atau penahanan berkas yang menjadi hak mereka,” jelasnya. Aris sendiri telah menjanjikan akan melayangkan surat penarikan kembali uang DPK. Akan tetapi, sampai sekarang pun ternyata surat yang dimaksud tak jua sampai kepada mereka yang sudah mendapatkan DPK. Mahasiswa kloter kedua pun berharap masalah ini benar-benar ditindaklanjut secara tegas. “Dari kami yang tidak bisa dapat DPK sebenarnya tidak menuntut apa-apa, hanya ingin melihat masalah ini cepat selesai dan gak berlarut-larut...,” jelasnya.
Kini angin segar itu akhirnya menjadi isapan jempol belaka, dan tentu saja menimbulkan kekecewaan dari mahasiwa. “Padahal kami sudah mengurus ini itu, prosedurnya sama dengan kloter pertama, kami pun harus sabar menunggu...,” keluh salah satu mahasiswa yang enggan disebutkan identitasnya pada kloter kedua. “Saya merasa gak adil, kenapa kloter pertama dapet, kedua enggak. Kenapa pihak fakultas juga tidak tegas, gak ada kejelasan,” tambahnya. Ketidakadilan sangat dirasakan dalam pencairan DPK. Pengesahan keputusan tersebut baru berjalan setelah kesembilan mahasiswa yang tergabung dalam kloter pertama telah menerima pencairan dana DPK. Sungguh disayangkan, jika memang keputusan tersebut benar adanya. Mengapa kesembilan mahasiswa di  kloter pertama “berhasil” mendapatkan haknya sedangkan kloter kedua tidak. Ketika dikonfirmasi ke bagian pendidikan, mereka hanya menjawab adanya kekeliruan pada ACC dekanat.
Masalah baru sekarang adalah bahwa DPK telah dihapuskan, DPK hanya dibebankan pada mahasiswa nonreguler sampai tahun 2007. DPK berganti dengan BPI yang dibayarkan oleh mahasiswa swadana. “Kita jelas masih butuh banyak dana demi pembangunan FKIP, di sana–sini banyak sisi yang harus diperhatikan, termasuk DPK itu sendiri untuk menggaji banyak dosen FKIP,” tandasnya. Sementara dana BPI digunakan untuk biaya pengembangan berkaitan dengan penghapusan DPK. Ketika ditanya mengapa kesembilan mahasiswa bahasa dan sastra indonesia 06 non reguler pada kloter pertama dapat mencairkan DPK, beliau hanya berkomentar terjadi kekhilafan dan kesalahan informasi dari fakultas. “Untuk kesembilan orang yang sudah terlanjur mendapatkan DPK sebenarnya karena adanya kesalahan dalam pihak fakultas..,” jelasnya.  Pihak dekanat berjanji akan mengurus masalah ini sebaik mungkin sehingga nantinya tidak terjadi kesalahan kembali. “untuk kesembilan orang tersebut nanti akan kami panggil, beberapa malah sudah ada yang mengembalikan DPK,” pungkas Sugiyanto.

Farra__

KACAU, NON REGULER BAYAR IOM


Transparasi dan sosialisasi dari pihak fakultas tentang Iuran Orang tua Mahasiswa (IOM) dinilai kurang. Pasalnya, berbagai keraguan timbul di kalangan mahasiswa terutama nonreguler akan wajib tidaknya untuk membayar IOM.

Adanya IOM mengharuskan masing-masing mahasiswa untuk membayar. Pembayaran IOM dapat dilakukan kapan saja selama mahasiswa tersebut masih tercatat sebagai mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS). Manfaat adanya dana IOM adalah untuk memenuhi semua kebutuhan mahasiswa. Seperti yang diungkapkan oleh Marzuki, Ketua IOM FKIP UNS, dana IOM berasal dari orang tua mahasiswa dan untuk mahasiswa itu sendiri. Misalnya, untuk pembuatan lapangan KBM, laboratorium, pengadaan komputer, dan lain-lain. Semua fasilitas itu berasal dari dana IOM agar dapat digunakan secara efektif oleh mahasiswa. Tetapi, tidak semua mahasiswa tahu akan fungsi tersebut sehingga banyak dari mereka yang berpikir negatif akan manfaat dari adanya dana IOM.
Kurangnya transparansi dan sosialisasi dari pihak panitia dirasa menjadi sebab yang paling utama timbulnya simpang siur siapa saja yang wajib membayar IOM. Ketentuan mengenai objek wajib IOM di FKIP belum ada kejelasan yang pasti. Oleh karena itu, sering terjadi salah persepsi tentang segala info yang beredar. Salah satunya IOM tersebut. Mahasiswa sering mendapatkan informasi bahwa dana IOM dari mahasiswa nonreguler bisa ditarik kembali sehingga tidak heran jika mahasiswa berlomba-lomba untuk mengambil kembali dana IOM yang sudah terlanjur dibayar tersebut (terutama mahasiswa nonreguler). Besarnya dana IOM memang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan dana BPI, tetapi paling tidak sudah sedikit meringankan beban orang tua mereka.
“Dulu saya memang pernah dengar bahwa semua mahasiswa nonreguler yang sudah terlanjur membayar IOM boleh mengambil kembali uangnya, tetapi setelah saya konfirmasi kepada ketua IOM (saya lupa ketuanya siapa) ternyata tidak bisa diminta kembali,” ujar Anis, salah satu mahasiswa program studi Bahasa & Sastra Indonesia nonreguler angkatan 2006.
Lain halnya dengan Anis, Ana mengaku meskipun dia mahasiswa nonreguler, tetapi dia tidak membayar. Dan tidak ada konfirmasi apapun dari pihak fakultas maupun BEM yang merupakan satu-satunya UKM yang dipercaya untuk mengetahui apa saja yang berhubungan dengan IOM.
Menanggapi hal tersebut, Marzuki menegaskan bahwa semua mahasiswa wajib membayar IOM baik itu reguler maupun nonreguler pada angkatan 2006. “Tidak ada aturan yang mengatakan bahwa hanya mahasiswa reguler saja yang wajib membayar IOM untuk angkatan 2006, tetapi semua mahasiswa diwajibkan untuk membayarnya,” tegasnya.
Adanya anggapan bahwa mahasiswa nonreguler yang terlanjur membayar IOM bisa mengambil uangnya kembali hanya berlaku bagi mahasiswa nonreguler angkatan 2007 keatas. Oleh karena itu, semua mahasiswa wajib membayar IOM terkhusus angkatan 2006. Bagi mahasiswa nonreguler yang belum membayar suatu saat akan diberi surat peringatan untuk membayar IOM. Hal ini dikarenakan kuitansi pembayaran IOM merupakan salah satu syarat untuk mengajukan wisuda. Lain halnya dengan angkatan 2007 keatas. Mereka benar-benar dibebaskan dari yang namanya IOM (nonreguler). Kebijakan tersebut muncul setelah mahasiswa (sebelumnya) mengeluh akan banyaknya uang yang harus dikeluarkan untuk menuntut ilmu.
“Banyaknya anggapan bahwa nonreguler bebas IOM itu merupakan salah satu dampak kurangnya transparansi dari pihak IOM itu sendiri,” tegas Indri, salah seorang mahasiswa prodi sejarah nonreguler angkatan 2006.
Menjadi suatu harapan bagi Anis bahwa khusus mahasiswa nonreguler tidak usah dikenakan biaya apapun setelah registrasi selesai, kecuali biaya per semester. Biaya per semester itupun sebaiknya disamakan seperti halnya mahasiswa reguler agar tidak begitu memberatkan bagi orang tua mahasiswa.

Hayun_

MENUJU 100 HARI BEM UNS SEPI


Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM UNS) Kabinet Inspiratif yang sudah mulai berkiprah hampir 100 hari belum juga sempurna menampakan hadirnya ditengah mahasiswa yang telah memilihnya.
  
Suasana kesekretariatan BEM UNS yang terletak di Porsima terlihat sibuk. Para pengurus menyiapkan rencana kerja BEM UNS yang sudah direncanakan jauh-jauh hari kemarin. BEM UNS Kabinet Inspiratif telah dilantik pada hari Kamis, 25 Februari 2010 dibawah pimpinan Bery Nur Arif sebagai Presiden. Kabinet Inspiratif terdiri dari 7 Departemen dan 163 pengurus dari berbagai fakultas yang ada di UNS. Menilik wilayah gerak BEM UNS, Luqman Nurdiansyah, Sekretaris Jendral BEM 2010 menjelaskan  bahwa BEM UNS lebih fokus pada wilayah gerak internal dan eksternal. Wilayah gerak internal BEM UNS meliputi bidang advokasi dan kebijakan kampus, sedangkan wilayah gerak eksternal meliputi isu-isu strategis dalam lingkup regional, local, dan nasional. Wilayah gerak BEM UNS mengacu pada Visi dan Misi yang diusung oleh presiden BEM, Bery Nur Arif. Visinya yaitu membangun kesadaran dan kepedulian mahasiswa untuk mewujudkan pemerintahan UNS yang kritis, idealis, dan solutif. Sedangkan misinya terdapat tujuh poin yang didalamnya menyangkut hal-hal dalam kepengurusan dan hubungan mahasiswa dengan lingkungan luar.
Dalam pelaksanaan misi BEM UNS, Bery menjelaskan bahwa untuk saat ini misi-misinya sudah dapat dikatakan banyak yang sudah terlaksana dan sudah berproses hingga akhir kepengurusan nanti. Misi pertama, yaitu meningkatkan kesolidan internal lembaga, kedua meningkatkan profesional lembaga. ”Sudah ada peningkatan dari kepengurusan tahun lalu,” ungkapnya. Sedangkan untuk misi ketiga, yaitu mengusung pelayanan dan advokasi masih akan dilaksanakan pada akhir semester karena pada bulan-bulan ini masalah advokasi belum banyak bermunculan. Misi keempat yang diusung, yaitu mengkritiskan mahasiswa UNS dengan isu-isu yang berkembang sekarang. Misi ini akan dilaksanakan pada kegiatan Super Camp nanti. Misi kelima mengembangkan jaringan. ”Jaringan BEM UNS dengan pihak luar sudah bertambah,” tambah Bery mengenai misi kelima. Misi keenam dan ketujuh, yaitu meningkatkan sumber daya manusia dan memberikan solusi-solusi terhadap pihak birokrasi kampus, pemerintah lokal, dan pemerintah pusat.
Begitu banyak misi dan proker yang diusung oleh BEM UNS Kabinet Inspiratif. Namun, kenyataan dilapangan masih sedikit sekali mahasiswa yang dapat merasakan keberadaanya. “Saya belum merasakan hasil kinerja BEM Univ, bahkan tidak tahu siapa presidennya sekarang, lha wong tidak ikut milih,” papar Demelia, salah satu mahasiswi Fakultas Pertanian. Hal serupa juga diungkapkan oleh Gunawan, mahasiswa Pendidikan Fisika, “Saya belum merasakan hasil kinerja BEM sekarang dan tidak tahu apa saja yang dilakukan pihak BEM kepada mahasiswa.” Kurang dirasakannya pengaruh adanya BEM untuk mahasiswa UNS saat ini, Bery menanggapi bahwa BEM tidak menuntut mahasiswa untuk merasakan apa yang dilakukan pihak BEM. ”Toh BEM tidak mendapatkan apa yang didapatkan mahasiswa,” tuturnya. Jika mahasiswa ingin menuntut kerja dari BEM untuk memberikan yang terbaik untuk mahasiswa maka tuntutlah BEM. ”Misalnya, tolong BEM sampaikan kepada pihak rektorat,” ucap Bery mencontohkan bagaimana cara mahasiswa untuk menuntut kinerja BEM. Bery berharap jika ada masalah sampaikan kepada BEM nanti BEM yang meneruskan ke pihak rektorat. Untuk melihat hasil kinerja BEM UNS, dari pihak BEM akan melaksanakan penelitian tentang hasil kerja BEM kepada mahasiswa.
BEM mengakui bahwa dalam pelaksanaan visi dan tujuh poin misi tidak berjalan dengan mulus, banyak hambatan dalam pelaksanaan visi-misi BEM UNS. ”Kesolidan internal yang kurang dan kurang optimalnya loyalitas pengurus yang menjadi hambatan,” ungkap Luqman, Sekretaris Jenderal BEM UNS. Mengatasi hambatan yang ada, pihak presidium BEM UNS mengadakan inovasi-inovasi serta menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang timbul seperti dilakukannya komunikasi dari hati ke hati. Misi-misi yang diusung telah dimasukkan dalam program kerja (proker BEM UNS) untuk periode 2010 ini. “Dari awal dilantik hingga hari ini, proker BEM yang bisa dikatakan suatu prestasi yang dicapai BEM UNS, yaitu proker Mengawal Pilkada kemarin,” jelas Bery Nur Arif. Untuk proker selanjutnya Bery menegaskan bahwa pihak BEM akan menagih janji rektor untuk memperbaiki sistem keuangan UNS. Selain proker mengawal pilkada, Luqman menambahkan proker terbesar lainnya, yaitu kegiatan Dies Natalis UNS dan peringatan hari pendidikan tanggal 2 Mei kemarin.
Untuk ke depannya Bery berusaha untuk mengoptimalkan proker-proker yang ada karena baru dirasakan oleh sedikit mahasiswa UNS. Pendekatan BEM dengan mahasiswa juga diperlukan agar dapat terjadi hubungan yang baik antarkedua pihak dan dapat tersalurkannya keinginan-keinginan mahasiswa terhadap pihak rektorat. “Perbaikan loyalitas dalam pengurus BEM  serta menyamakan visi dan komitmen dalam pengurus,” harap Luqman.

Agus Nug_Radhit


DANA IOM : 57,27% RESPONDEN MENYATAKAN BAHWA LAPORAN KEUANGAN DANA IOM BELUM TRANSPARAN



Dana Ikatan Orang Tua Mahasiswa ( Dana IOM ) adalah dana yang wajib dibayarkan oleh setiap mahasiswa dengan jumlah yang berbeda-beda setiap tahun angkatan. Kebanyakan mahasiswa hanyak membayarnya saja tanpa mengetahui apa itu dana IOM dan tidak mengetahui kemanfaatan dana tersebut.
Dihadapkan dengan kenyataan tersebut, Crew LPM Motivasi FKIP UNS Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) berusaha menggali informasi dari mahasiswa FKIP mengenai kemanfaatan, realisasi penggunaan, dan transparansi laporan keuangan dana IOM. Penyebaran polling dilakukan pada minggu pertama bulan Mei 2010 dengan teknik random sampling (pengambilan sampling secara acak) dengan jumlah responden 220 mahasiswa.

Polling terdiri dari 3 pertanyaan, yang meliputi:
1. Apakah Anda tahu Dana IOM itu digunakan untuk apa?
2. Menurut Anda, bagaimana realisasi penggunaan Dana IOM?
3. Menurut Anda, sudah transparansikah Laporan Keuangan Dana IOM?

Dari hasil polling yang dilakukan oleh Bidang Litbang LPM Motivasi FKIP UNS terhadap pertanyaan nomor 1, sebanyak 27,27%, yaitu 60 responden menyatakan belum mengetahui apa itu dana IOM. Sedangkan 72,73%, yaitu 160 responden sudah mengetahui penggunaan dana IOM. Dari prosentase yang mengetahui kemanfaatan dana IOM tersebut, mahasiswa menjawab bahwa dana IOM digunakan untuk pembelian komputer, pembangunan gedung, pembangunan fasilitas, dan membiayai kegiatan-kegiatan mahasiswa.
Untuk pertanyaan kedua mengenai realisasi dana IOM, dari hasil polling menjelaskan bahwa 3,18% (7 responden) menyatakan bagus, 29,55% (65 responden) menyatakan belum bagus, 66,82% (147 responden) menyatakan tidak tahu dan 0,45% atau 1 responden tidak menjawab (sampling error). Dihadapkan dengan itu, Sucipto, mahasiswa prodi Teknik Bangunan mengatakan, ”Kapan sampai kampus wilayah? Jangan cuma suratnya, sosialisasi dan realisasinya juga dong.”. Senada dengan itu, Rifki, mahasiswa prodi Fisika memberi alasan, ”Karena hanya untuk mahasiswa saja, mahasiswa saat mengadakan kegiatan sulit mendapat dana.”
Untuk pertanyaan ketiga mengenai transparansi dana IOM, dari hasil polling menjelaskan bahwa 0,91% (2 responden) menyatakan sudah transparan, 57, 27% (126 responden) menyatakan belum transparan, sedangkan sisanya sebanyak 41,82% (92 responden) menyatakan tidak tahu. Hal ini mendapatkan tanggapan dari mahasiswa, diantaranya Eka, mahasiswa prodi Ekonomi, “Mahasiswa tidak tahu Dana IOM digunakan untuk apa, padahal sebagian sudah membayar. Begitu juga dengan Eko R, mahasiswa prodi Teknik Mesin memberikan alasan, ”Karena tidak ada laporan yang menyatakan laporan keuangan Dana IOM.”

*)Hasil polling tidak merepresentasikan seluruh mahasiswa FKIP UNS

BUNGKAM


Faisal (Salah satu anggota UKM): ”Kalau saya nggak tahu menahu soal LPJ, seharusnya ada sosialisasi, entah memang ada atau tidak saya tidak tahu.”
Bungkam: Mahasiswa saja banyak yang tidak tahu kok katanya transparan sekali. Bagaimana ini

Anis (Mahasiswa Bahasa Indonesia): “Dulu saya memang pernah dengar bahwa semua mahasiswa non reguler yang sudah terlanjur membayar IOM boleh mengambil kembali uangnya. Tetapi setelah saya konfirmasi kepada ketua IOM (saya lupa ketuanya siapa) ternyata tidak bisa diminta kembali.”
Bungkam: Waduhh... kasihan benar ya mbak. Ya berdoa saja semoga uangnya bermanfaat bagi mahasiswa ketika memang tidak bisa diambil.

Indri (Mahasiswa Sejarah nonreguler ’06): “Banyaknya anggapan bahwa nonreguler bebas IOM itu merupakan salah satu dampak kurangnya tranparansi dari pihak IOM itu sendiri.”
Bungkam: Lagi...lagi...kok masalah transparansi ya. Apakah memang benar transparansi tentang dana IOM kurang? Hmm...

Luqman (Sekjend BEM UNS): ”Kesolidan internal yang kurang dan kurang optimalnya loyalitas pengurus yang menjadi hambatan.”
Bungkam: Wahh... berarti kesolidan dan loyalitas perlu ditingkatkan tuch, supaya kinerjanya meningkat.

Demelia (Mahasiswa Fakultas Pertanian): “Saya belum merasakan hasil kinerja BEM Univ, bahkan tidak tahu siapa presidennya sekarang, lha wong tidak ikut milih.”
Bungkam: Wah...wah... masak tidak tahu siapa presidennya? Makanya mbak, gunakan hak pilihnya, jangan terlalu apatis biar tahu siapa presidennya.

Luqman (Sekjend BEM UNS): “Perbaikan loyalitas dalam pengurus BEM  serta menyamakan visi dan komitmen dalam pengurus.
Bungkam: Jangan hanya loyalitas saja ya, tetapi kinerja juga perlu ditingkatkan.


“Ya minta ke bendahara IOM no mas!, nek kula mosok yo reti...,”

Salah satu kutipan wawancara dengan ibu Sutinem, pembantu bendahara keuangan.

IOM itu apa dan adanya sejak kapan sih Bu?
IOM itu Ikatan Orang tua Mahasiswa. Kalau adanya kapan saya nggak ingat i mas, soalnya saya cuma mbantu di sini. Kalau tidak salah buku yang dipindah ke saya itu tahun 2001, tetapi untuk pemasrahannya ke saya tahun 2003 itu dari buku yang lama yang dipasrahkan ke saya dari pengurus sebelumnya.
IOM diperuntukkan untuk siapa saja ?
Diperuntukkan untuk kepentingan mahasiswa dan untuk membangun fasilitas-fasilitas mahasiswa.
Untuk sekarang, apakah mahasiswa semua sudah bayar?
Sekarang belum bayar semua, tetapi yang belum bayar sudah direkap mbak Riris kalo nggak salah anak BEM. IOM minta batuan anak BEM terus disuruh mbantu. Kemarin yang belum bayar itu dipanggili pakai surat.
Ada LPJ IOM per tahun Bu?
LPJ-nya ada, ketua IOM membuat LPJ nanti dilaporkan ke pimpinan.
Bentuk LPJ-nya seperti apa,dihadiri siapa saja?
Bentuk LPJ-nya seperti apa saya tidak tahu, hla wong saya bukan pengurus koq. Ya Dihadiri pengurus IOM pastinya. Kalau saya tidak tahu, hla wong saya cuman mbantu di sini, staf keuangan di sini mbantu istilahnya.                
Perwakilan mahasiswa apakah juga ikut dan mengawasi LPJ IOM?
Perwakilan mahasiswa biasanya BEM. Jadi, setiap ada mahasiswa baru, itu IOM memanggil orang tua mahasiswa. BEM diundang kalau tidak salah. BEM pasti datang kepertemuan itu.
Pertemuannya seperti apa dan perwakilan mahasiswa ikut dimintai pendapat tidak Bu?      
Ya nggak tahu, nggak bisa memastikan dong, hla wong saya nggak diajak rapat kok. Saya kalau ada rapat pertemuan orang tua cuman dimintai untuk memesan konsumsi.                                                                                                                                                                     Terus hasil LPJ itu disosialisasikan ke mahasiswa tidak?
Ya nggak tahu saya.
Minta data rekapitulasi IOM-nya ada Bu?
Ya  minta ke Bendahara IOM now mas! Nek kula mosok yo reti, kula namung dijaluki laporan tiap bulan niki  sik mbayar pinten? Kalau data rekapitulasinya ada, tapi dibawa Pak Kermes, Bendahara IOM, pokoknya yang bawa bendahara.
Ibu punya data softfilenya?                                                                                                 
Itu Nggak pernah dikasih tau i mas.Buktinya pokoknya yang sudah membayar di sini sudah tercatat, Anda mau lihat bukunya gimana? Buku catatan mahasiswa uang sudah bayar IOM.
Minta buku bukti bayarnya untuk dicopy boleh Bu?
Boleh saja, tapi sebaiknya saya mengeluarkan buku itu harus dapat izin dari pengurus IOM dulu. Kalau buku itu saya serahkan ke Anda, saya harus mempunyai surat memo dari Pak Marzuki dulu. Untuk sementara ini saya kasih tahu bukunya dulu saja.
                                                                                                                        Qodri Rahmanto­_
                                                

TRANSPARANSI IOM TAK JELAS


Dana Ikatan Orang Tua Mahasiswa (IOM) yang dibayarkan mahasiswa tidak menuai kejelasan. Tugas pembantu bendahara keuangan hanya mencatat mahasiswa yang sudah membayar IOM, sedangkan laporan data rekapitulasi IOM ada ditangan Bendahara IOM bersama sejumlah pengurus IOM lainnya.

Dana IOM adalah dana yang dimintakan dari orang tua mahasiswa untuk kemudian dikembalikan lagi ke mahasiswa guna menunjang sejumlah kebutuhan mahasiswa. Simpang siur mengenai kejelasan transparansi dana IOM masih banyak dipertanyakan oleh para mahasiswa. Hal tersebut disebabkan karena tidak ada penjelasan yang yang pasti dari pihak perwakilan mahasiswa, fakultas, maupun pengurus IOM sendiri. ”Hla ga ada sosialisasi koq pengen lebih transparan untuk apa uang itu, ujar Lusiana Mahasiswa Bahasa Inggris 2006 FKIP UNS.
Mengenai transparansi dana IOM sendiri ketika ditanyakan langsung kepada Marzuki, Ketua IOM mengatakan bahwa pihaknya sangat transparan sekali. Marzuki menjelaskan bahwa uang masuk bukan lewat pintu pengurus IOM melainkan melalui fakultas. ”Lewat Fakultas dengan rekening atas nama Marzuki dan PD II,” ungkapnya sembari mencopot kaca matanya. Penjelasannya lebih lanjut adalah mengenai penggunaanya, dana IOM tersebut dimanfaatkan untuk membangun beberapa fasilitas mahasiswa seperti sekretariat  Unit Kegiatan Mahasiswa (Gedung UKM), komputer, serta aliran dana ke UKM pun juga sangat lancar sekali. Menanggapi masalah tuntutan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ IOM), Marzuki menjelaskan bahwa LPJ diadakan setiap tahun. Dihadiri oleh sejumlah pimpinan fakultas, pengurus IOM, dan beberapa perwakilan mahasiswa (red, BEM) turut hadir dalam LPJ untuk mewakili mahasiswa sekaligus mengawasi jalannya transparansi IOM.                                                                                             
Menurut pengakuan Faisal, seorang anggota salah satu UKM FKIP UNS menuturkan bahwa dari tahun lalu dan tahun sebelumnya ada dana IOM masuk ke UKMnya, tetapi untuk tahun ini dana IOM belum ada. Lebih lanjut  ketika ditanya tentang sosialisasi LPJ IOM dari perwakilan mahasiswa atau dari fakultas Faisal juga kurang mengetahuinya. ”Kalau saya nggak tahu menahu soal LPJ, seharusnya ada sosialisasi, entah memang ada atau tidak saya tidak tahu,” ujar mahasiswa program studi Sejarah 2009 FKIP UNS.                                                                         
Ketika ditanyakan mengenai data rekapitulasi IOM yang meliputi kejelasan keluar masuknya dana Marzuki mengaku tidak mempunyai data rekapitulasi IOM. ”Ada di mbak Tinem datanya, bagian keuangan, tapi nanti Mbak Tinem harus mengeluarkan dari awal sampai akhir mas, kasihan mbak Tinem,” tuturnya. Menurutnya tugas dari seorang ketua IOM adalah untuk mengoordinasi saja, jadi berkaitan tentang data keluar masuk dan pemanfaatannya hanya bagian keuangan saja yang mengetahui. ”Kami juga punya bendahara mas, tapi bendahara kami tidak boleh membawa uang, njagani keplesete duit,” imbuh Marzuki.
Menanggapi penjelasan Ketua IOM bahwa bagian keuanganlah yang mempunyai data rekapitulasi IOM, Sutinem, pembantu bendahara keuangan menampiknya. ”Gak tahu, ya bendahara IOM mas, nek kulo mosok yo reti, kulo namung dijaluki laporan tiap bulan niki  sik mbayar pinten?” ucapnya dengan logat Jawanya yang khas. Sepengakuannya, Sutinem hanya sebagai staf keuangan sehingga kurang mengetahui mengenai data rekapitulasi IOM. Tugasnya yang terkait dengan dana IOM hanya mencatat yang sudah membayar dana IOM. Mengenai urusan lain Sutinem tidak mengetahuinya. Menurutnya yang membawa dan mengetahui laporan data rekapitulasi adalah Karmin, ketua keuangan fakultas sekaligus menjabat sebagai anggota pengurus IOM.  Ketika data transparansi IOM yang dibawa Sutinem kami (red, reporter motivasi) minta untuk digandakan, beliau memperbolehkan data tersebut untuk dipinjamkan, tetapi dengan syarat mendapat izin langsung dari pengurus IOM. ”Kalau buku itu saya serahkan mase, saya harus mempunyai memo dari Pak Marzuki dulu,” ucapnya. Untuk sementara waktu hanya bisa dilihatkan bukunya saja. Saat ditanya lebih lanjut tentang kegiatan LPJ IOM per tahun, Sutinem mengaku tidak turut serta. Mengenai bentuk dan format LPJ pembantu bendahara keuangan menjawab secara tegas bahwa pihaknya tidak mengetahuinya. ”Bentuk LPJ IOM itu seperti apa saya tidak tahu,” tuturnya. Pasalnya Sutinem bukan pengurus IOM, tetapi  untuk LPJ IOM  per tahun beliau mengakui adanya LPJ IOM.

            Qodri Rahmanto_

BEGOG MENANTIKAN UANGNYA KEMBALI


Di siang bolong itu,,terlihat Begog sedang duduk sendirian di shelter dekat lapangan ijo itu. Ya..tempat itu nampaknya sudah menjadi singgasana Begog dan kawan-kawannya untuk sekedar melepas lelah sembari berdiskusi bersama-sama tentang permasalahan mereka berempat (Begog, Njenik, Kiko dan Kang Sipon.)
Ada yang aneh..Begog terlihat tak seperti biasanya. Bengong...seperti melamun dan ada yang sedang dipikirkanya entah apa itu tak ada yang tahu.
Tak lama kemudian, Njenik sang kekasih pun datang menghampiri.
“Hai ....my darling,,,aku merindukanmu...”, kata Njenik dengan wajah sumringahnya.
“Hai..cinta..tau nggak? Aku berhasil masuk tiga besar duta FKIP 2010 lho..nanti kalau aku menang di babak finalnya kita makan-makan yaw...”, lanjut Njenik mengungkapkan kegembiraannya setelah tahu bahwa ia lolos seleksi tahap III duta FKIP kemarin.
“Gog.............”,(sapa Njenik sekali lagi sambil menepuk bahu Begog sekuat tenaga).
Nampaknya sapaan demi sapaan dari Njenik tiada sedikitpun dihiraukan Begog. Ya..dia masih dalam keadaan semula alias bengong....seperti larut dalam kesedihan.
“Hai Njenik...Begog...ganggu gak nich...,”. (Kiko tiba-tiba datang menghampiri mereka).
“Oh..tentu saja tidak Kiko, mari duduk di sini,,”, jawab Begog yang mulai angkat bicara.
“Huft..Begog,,,kenapa tadi aku bicara seribu kata tak kau sahut sedikitpun, tapi Kiko langsung kamu jawab. Sebenarnya ada apa sich? Katakan padaku apa salahku?!!!..hikz..hikz..., njenik sedih.
“Wo...lha ada masalah apa tow kalian ini, mbok ya segera diselesaikan,”. (seperti biasa Kiko selalu menjadi penengah jika ada permasalahan antara Begog dan Njenik sahabatnya.
“Aku sedih...uangku gak bisa kembali...”, ujar Begog.
“Hah uang? Uangmu kemana Gog? Hilang?”, sahut Njenik.
“Gini..aku kan gak tau kalau nonreg tidak bayar IOM, padahal aku bayar,,,trus mau tak minta gak bisa..”,jelas Begog.
“Wa...kuk bisa gitu sich Gog... Setahuku memang nonreg tidak bayar IOM , lihat saja bayar semesterannya saja buanyak banget kaya gitu. IOM itu kan untuk mahasiswa reguler tow aku juga terlanjur bayar, tapi bisa tuh tak minta lagi...,sambung Kiko.
Ehm..ehm...IOM lagi ,,,IOM lagi...itu karena kurangnya transparansi dan soialisasi siapa yang harus bayar atau tidak, jadi mahasiswa banyak yang tidak tahu...sambung Kang Sipon datang dari arah belakang.
“Nah trus gimana nasib Begog kang?”, Njenik berusaha mencarikan solusi buat kekasihnya itu.
“Eh...informasi yang terakhir aku dengar katanya anggapan bahwa mahasiswa nonreguler yang terlanjur membayar IOM bisa mengambil uangnya kembali hanya berlaku bagi mahasiswa nonreguler angkatan 2007 keatas. Dan semua mahasiswa wajib membayar IOM baik itu reguler maupun nonreguler pada angkatan 2006. Nah kamu kan angkatan 2006 Gog...”, jelas Kang Sipon.
“Hemmm....mungkin bagai pungguk merindukan bulan (lho...gak nyambung ya..) ya intinya mengharapkan sesuatu yang tak mungkin kembali ya...”, jawab Begog.
“Sudahlah Gog..tidak usah disesali...yang berlalu biarlah berlalu...anggap aja buat ngamal kebaikan,,,hehe..”, .Kiko justru  tertawa.
“Ya..mau gimana lagi..sebenarnya aku ingin uangku kembali lho...kan lumayan bisa nambah uang buat nyelesein skripsiku..”, Begog berkata sambil menundukkan kepala.
“Sabar Gog...semoga skripsimu lancar dan cepet wisuda ya..nanti ada ganti yang lebih baik kuk...”, Njenik berusaha menenangkan kekasihnya itu.
Seharusnya memang ada sosialisasi dan transparansi lebih jelas,,,agar mahaiswa lebih tahu...jadi tepat sasarannya dan tak ada kesalahan lagi..
Semoga saja....
NuRea_

Saatnya FKIP Berbenah Diri


Nampaknya suasana penerimaan mahasiswa baru tahun 2010 nanti bakal semakin ramai dibandingkan tahun kemarin. Antusias para calon mahasiswa baru yang ingin masuk UNS bisa diperkirakan meningkat termasuk untuk peminat di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sekarang ini profesi sebagai guru merupakan profesi yang diidam-idamkan semua orang.
Sudah saatnya kini FKIP berbenah diri. Alangkah malunya apabila dalam menyambut mahasiswa baru, sebagai calon pendidik baru yang berkarakter kuat dan cerdas pula, kondisi FKIP masih seperti ini. Keadaan lingkungan yang kurang sedap, serta sampah-sampah dedaunan masih sering terlihat di sana-sini meskipun sudah ada petugas kebersihan. AC ruangan juga masih banyak yang mati dan membuat kuliah kurang nyaman karena kepanasan. Entah ini salah siapa..
Selain itu, tempat parkir motor seperti di gedung E yang banyak kerikilnya sangat mengganggu karena dapat membahayakan pemakai kendaraan serta mahasiswa yang melewatinya. Tidak jarang terjadi kecelakaan ringan akibat keadaan yang demikian. Meskipun hanya terpeleset tapi kalau kesleo kan bahaya juga.
Sekarang memang sudah bukan saatnya untuk mencari siapa yang salah dan siapa yang harus bertanggung jawab. Sudah saatnya fakultas dan semua civitas akademia termasuk mahasiswa turut membantu bersama-sama membenahi FKIP. Selain demi nama baik FKIP UNS, hal itu juga akan menambah semangat mahasiswa untuk lebih giat mencari ilmu tentunya.
Sri Wahyu Purwaningrum_

BALADA SI “UN"

Desi Purwaningsih*

Sempat terdengar di telinga kita tentang kesimpangsiuran berita pelaksanaan ujian nasional (UN). Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 Pasal 58 ayat 1 menyatakan, “Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.” Sementara itu, ayat 2 menyatakan, “Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala.” PP No. 19 tahun 2005 juga menyatakan bahwa ujian nasional bukan satu-satunya penentu kelulusan peserta didik dan peraturan ini telah disetujui oleh Mahkamah Agung (MA). Berdasarkan peraturan tersebut seharusnya pemerintah tidak berhak melaksanakan evaluasi yang bersifat nasional. Ini karena sebaiknya sistem pendidikan dilakukan secara desentralisasi tidak terpusat pada pemerintah pusat dalam hal ini menteri pendidikan. Namun, seperti yang telah kita ketahui ujian nasional ini tetap berjalan dan bahkan sekarang ini hasilnya sudah bisa diketahui bersama.
MA menilai bahwa UU SISDIKNAS perlu direvisi. "Kesalahan terpenting dalam UU Sisdiknas yang harus direvisi adalah tidak diakomodasinya semangat reformasi, yakni desentralisasi. Realitas yang terjadi adalah Sisdiknas yang sangat sentralistik!" Hal itu dibuktikan dengan adanya evaluasi secara nasional yang sering kita sebut dengan ujian nasional. Untuk menghindari hal itu, MA menghendaki jika pemerintah ingin tetap melaksanakan ujian nasional seharusnya mereka juga harus melakukan pemerataan fasilitas pendidikan dan mutu guru diseluruh tanah air. Ini dilakukan agar proses evaluasi yang dilakukan secara nasional benar-benar dapat berjalan sesuai prosedur dan tidak ada lagi anggapan bahwa siswa di daerah maju lebih pandai dan siswa di daerah terpencil kurang pandai sehingga siswa di daerah terpencil tingkat kelulusannya sangat rendah.
Pemerintah berdalih dengan tetap melaksanakan ujian nasional mereka tidak melanggar peraturan Undang-undang yang sudah ada. Ujian nasional kali ini dibuat berbeda dari yang biasanya. Pada ujian kali ini siswa yang tidak lulus ujian pada mata pelajaran tertentu ataupun pada semua mata pelajaran diberi kesempatan untuk memperbaikinya dalam ujian ulang yang menurut jadwal akan dilakukan pada tanggal 10-14 Mei 2010. Melalui ujian nasional pemerintah tidak dapat menentukan sesuatu siswa tersebut telah berhasil menyelesaikan belajarnya di suatu jenjang pendidikan tertentu. Pemerintah tetap memberikan kebebasan bagi masing-masing sekolah untuk menentukan kelulusan siswanya. Namun, meskipun demikian hasil ujian nasional menjadi bahan pertimbangan yang sangat penting bagi pihak sekolah untuk menentukan kelulusan siswanya.
Dan ujian nasional kali telah memperlihatkan hasilnya. Tingkat kelulusan tahun  ini lebih rendah dari tahun sebelumnya. Pada thun 2009 tingkat kelulusan mencapai 93,74 %, sedangkan pada tahun 2010 ini hanya mencapai 89,88 %. Hal itu berarti tingkat kelulusan tahun ini turun 4 % dari tingkat kelulusan tahun lalu. Standar kelulusan yang tinggi dan pengawasan yang ketat diakui pemerintah sebagai sebab turunnya angka kelulusan tersebut. Ini seolah digunakan tameng pemerintah atas naiknya angka ketidaklulusan.
Tidak hanya tingkat kelulusan yang menurun, efek yang ditimbulkan dari penurunannya tingkat kelulusan juga meningkat tajam. Di daerah tertentu banyak siswa yang melampiaskan kemarahannya dengan mendatangi sekolah-sekolah mereka, merusak fasilitas umum, bahkan sampai ada yang menganggap bahwa tidak lulus merupakan akhir dari semuanya. Mereka memilih untuk bunuh diri karena merasa gagal, tidak lulus ujian.  Padahal dengan lulus ujian hal itu tidak akan menjamin seseorang akan sukses untuk ke depannya.
Dari berbagai pandangan tentang ujian nasional, ada beberapa pihak yang menganggap bahwa ujian nasional itu sangat penting dan ada juga yang berpendapat bahwa ujian nasional belum seharusnya dilakukan di Indonesia. Menurut beberapa pihak dengan adanya ujian nasional maka pemerintah dapat mengetahui tingkat kecerdasan di Indonesia, pemerintah dapat mengetahui sejauh mana para siswa menguasai suatu materi secara nasional. Ada juga yang beranggapan bahwa seorang siswa memang seharusnya dievaluasi, jadi siswa harus bisa menerima bagaimanapun proses evaluasi itu, seorang siswa harus siap dengan sistem evaluasi yang dibuat oleh pemerintah.
Sedangkan menurut sebagian orang, ujian nasional hanya memberikan dampak buruk bagi berbagai pihak. Implikasi pelaksanaan UN telah banyak memakan korban. Berbagai persoalan mulai dari praktik kecurangan yang dilakukan oleh siswa dan oknum pendidik, beban psikologis para siswa, carut-marutnya distribusi materi UN hingga adanya pelanggaran prosedur. Bahkan sampai pada taraf keputusasaan para siswa untuk hidupnya. Menurut mereka, persoalan ujian nasional bisa saja terus dilanjutkan, hanya saja ujian nasional bukan satu-satunya cara yang digunakan untuk menentukan kelulusan seseorang. Guru memiliki peran penting dalam menentukan kelulusan siswa karena guru yang lebih memahami kemampuan masing-masing siswanya. Pendistribusian soal ujian nasional yang diperketat juga dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kebocoran soal UN.
Namun begitu, masih ada sebagian orang yang beranggapan bahwa ujian nasional tidak sesuai dengan kondisi yang seperti sekarang ini. “Tiga tahun sekolah diputuskan hasilnya dengan beberapa hari saja untuk ujian”. Hari yang menentukan untuk hidup mereka selanjutnya.
Setelah kemarin hasil UN SMA diketahui dengan tingkat kemerosoton yang tajam untuk kelulusan UN, akankah pemerintah masih keukeuh mempertahankan UN? Sudah waktunya pemerintah membuka mata dan telinga, melihat lebih jauh kepada dunia pendidikan kita. Bukan hanya menggunakan UN sebagai sarana politik semata.

*Bendahara Umum LPM Motivasi FKIP UNS