Jumat, 30 Oktober 2009

HMJ P.IPS Adakan Seminar Pendidikan

Selasa (20/10), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) P.IPS FKIP UNS mengadakan seminar pendidikan yang bertajuk ”Mewujudkan Pembelajaran IPS Terpadu yang Efektif dan Profesional”. Menurut Eka, Ketua panitia, seminar ini bertujuan untuk menjelaskan dan memberikan gambaran yang jelas kepada mahasiswa FKIP, khususnya mahasiswa P.IPS tentang pembelajaran IPS Terpadu. ”Pasalnya, sampai saat ini banyak yang belum mengerti betul tentang IPS terpadu, oleh karena itu kami mencoba mengangkatnya, harapannya setelah seminar ini paling tidak mahasiswa sudah mengetahui gambaran pembelajaran IPS terpadu itu sendiri, tidak hanya tau akan ekonomi, sejarah atau geografi saja”, ungkapnya.

Acara dimulai pada pukul 13.00 di Aula P.IPS, Gedung C Lantai II. Seminar ini menghadirkan Drs. Syaiful Bachri, M.Pd dan Dra. Tri Murwaningsih, M.Si sebagai pembicara. Kurang lebih 90 mahasiswa mengikuti kegiatan ini, padahal kuota yang telah ditetapkan panitia hanya 80 mahasiswa, hal ini menunjukkan bahwa tingginya antusias mahasiswa untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Vie_

Olimpiade Kimia 2009

(AK-47,UNS) Sabtu (17/10) HMP Kimia Kovalen mengadakan Olimpiade Kimia 2009 tingkat SMA/Sederajat di gedung F FKIP UNS. Olimpiade yang bertemakan ”LET’S MOVE ON TO GET SUCCESS WITH CHEMISTRY” ini di ikuti oleh 104 peserta yang berasal dari SMA se-eks karesidenan Surakarta,Yogyakarta, dan Semarang.
Acara yang dimulai jam 08.00 tepat ini di bagi dalam empat babak. Dari 104 peserta olimpiade, 25 peserta yang berhasil lolos akan mengikuti babak kedua yang diisi dengan mengerjakan soal essay. Kemudian 5 besar dengan nilai tertinggi akan menuju babak ketiga dengan ketentuan peserta harus melakukan uji praktikum. Babak ini menentukan nilai yang diperoleh tiap 5 peserta yang akan dikumpulkan untuk bermain di babak ke empat yakni babak penentuan yang dibagi dalam 3 soal, yaitu soal wajib,soal lemparan, dan soal rebutan.
Acara ini didukung oleh Solo Radio, TA TV, UTRA, dan lembaga bimbingan belajar Primagama. Ketua Panitia, Triyanto Ardi menyatakan acara ini sukses. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya antusias dari para peserta yang tidak hanya berasal dari Solo, tapi juga daerah Yogyakarta, bahkan Semarang.
Olimpiade Kimia 2009 ini dimenangkan oleh Kresna Bondan dari SBBS (Sragen Bilingual Boarding School) dan berhasil memperoleh Piala Rektor plus uang pembinaan sebesar 1 juta rupiah. Juara II Danu Purwa dari SMA 1 Bantul (Piala Dekan plus uang pembinaan sebesar 600 ratus ribu rupiah). Juara III diraih oleh Bayu Ardiansyah (Piala Ketua Jurusan plus uang pembinaan sebesar 400 ratus ribu rupiah). Sedangkan juara ke IV dan Ke V masing-masing adalah Tatang yang berasal dari SMA 1 Surakarta dan Adimas Lukminto, SMA 1 Sukoharjo.

Nurina Tulus S

SEMINAR KIMIA WITH KOVALEN

AK-47, FKIP UNS), Sabtu (17/10) bertempat di gedung A lantai 2, HMP Kimia, Kovalen, mengadakan seminar Kimia ”PENDEKATAN CTL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KIMIA SMA”. Seminar ini awalnya diperuntukkan bagi guru-guru pendamping siswa yang mengikuti olimpiade agar tidak jenuh menunggu, tetapi peserta lebih banyak dari kalangan mahasiswa. Dari 114 peserta seminar terdiri dari 62 mahasiswa dan 52 guru pendamping. Acara yang dimulai pukul 09.15 ini dipandu oleh Arif Budhi Hermawan selama 3 jam 15 menit dengan pembicara, Prof.Dr.H.Ashadi (Guru besar P.MIPA FKIP UNS) dan Drs.Unggul Sudarmo,M.pd (penulis Buku Kimia SMA). Peserta sangat antusias untuk bertanya tentang bagaimana cara mengajar anak SMA dengan baik. Setelah beberapa jam berlangsung, seminar diakhiri dengan penyerahan vandle oleh ketua HMP Kimia kovalen Azmi Akbar kepada pembicara. Diharapkan untuk ke depannya acara ini lebih sering diadakan.

Nurina Tulus

Seminar Pendidikan HMJ P.MIPA

(AK47,FKIP UNS) Dalam rangka mengisi pekan pendidikan dari BEM FKIP, Rabu (21/10), Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (HMJ P.MIPA) menyelenggarakan seminar pendidikan yang bertemakan “The Power of IT For Education Development” guna mewujudkan karya nyata mahasiswa bagi pendidikan bangsa Indonesia yang berkarakter kuat dan cerdas. Tujuan dari tema ini adalah memperkenalkan kepada mahasiswa FKIP sebagai calon guru untuk mengerti Information Technology (IT) sebagai media pembelajaran, ”Mahasiswa FKIP harus mengerti lebih tentang IT,” ungkap Thoriq selaku ketua panitia. Acara berlangsung mulai pukul 09.00 WIB di Ruang Sidang II Aula Gedung A FKIP. Seminar secara langsung dibuka oleh Dekan FKIP UNS, Prof. Furqon Hidayatulloh, yang didalam sambutannya memaparkan pentingnya pemahaman IT untuk masa depan. Dalam kegiatan tersebut dihadirkan dua orang pembicara yaitu, Yuyun Estriyanto, ST,MT dari ICT FKIP, dan Drs. Edi Legowo, M.Pd. Pembicara memberikan penjelasan tentang IT dan implementasinya dalam pendidikan seperti yang tertuang dalam temanya bahwa IT adalah kekuatan untuk membangun pendidikan. Seminar dimoderatori oleh Ketua Umum (Ketum) HMJ P.MIPA, Dian Lisdiyanto, berjalan cukup menarik. Tema yang dibahas menarik perhatian lebih dari segenap peserta seminar yang mencapai 120 orang. “Saat sesi tanya jawab, tanggapan peserta sangat aktif,” tutur Dian.
Djoko_

Seminar Kepemudaan

(AK47, FKIP UNS) Rabu (21/10) SKI FKIP UNS mengadakan seminar kepemudaan yang bertemakan “Implementasi Karakter Muslim untuk Membentuk Mahasiswa.” Acara diadakan di Aula Gedung A FKIP UNS. Dihadiri oleh berbagai peserta yang berasal dari berbagai fakultas, acara tersebut menghadirkan dua pembicara, yaitu Dr. Muh. Rohmadi, M.Hum. dan Anto Suryo Pribadi, S.Pd.
Acara diisi dengan obrolan sederhana, namun sangat memotivasi mahasiswa untuk mengejar mimpi dalam bidang akademik maupun non-akademik. Iskandar selaku ketua panitia mengemukakan bahwa tujuan dari seminar adalah share tentang kehidupan mahasiswa berprestasi.
Meski Aula Gedung A tidak dipenuhi mahasiswa, namun peserta seminar begitu antusias menyimak kisah sukses Anto Suryo Pribadi, S.Pd. (mahasiswa berprestasi FKIP tahun 2008) yang membuat peserta sadar tentang peran dan pengorbanan orang tua dalam kesuksesan seseorang.

Hany_

BAPEMA Adakan Diskusi Ilmiah

(AK47, FKIP UNS ) Rabu (21/10) bertempat di Ruang Sidang II Fakultas Ekonomi UNS, Badan Pers Mahasiswa (BAPEMA) Fakultas Ekonomi UNS menyelenggarakan diskusi ilmiah jurnalistik BAPEMA serta launching majalah “Valuta” dengan tema “Solo kreatif, Solo sejahtera.” Diskusi ilmiah tersebut dihadiri oleh sejumlah delegasi dari UKM dan mahasiswa seperti HMJ D3 FE UNS dan Lembaga Pers Mahasiswa di UNS seperti LPM Motivasi, LPM Kentingan, dan LPM Kalpadruma. Acara dihadiri oleh Dekan Fakultas Ekonomi UNS sebagai pemberi sambutan. Menurut Beliau, diskusi yang diselenggarakan oleh BAPEMA dapat menjadi contoh yang baik terutama untuk meningkatkan kreativitas mahasiswa. Pembicara yang hadir adalah Bambang Sarosa, selaku dosen Fakultas Ekonomi UNS dan ...........,selaku mahasiswa Fakultas Ekonomi UNS serta pengurus BAPEMA.
Diskusi tersebut bertujuan untuk memperkenalkan bahwa kota Solo adalah kota yang kreatif. Kreativitas itulah yang tengah menjadikan Solo sejahtera. Masyarakat Solo diharapkan peduli terhadap perkembangan zaman. Di tengah himpitan ekonomi, masyarakat dituntut untuk tetap mempertahankan eksistensinya. Acara tersebut terbilang sukses dan mendapat tanggapan positif dari peserta. Terbukti dengan adanya diskusi antara pembicara dan peserta yang seru.
FARRA_CUTE

GRAFITASI KEMBALI GELAR DONOR DARAH

“Setetes Darah Anda Sangat Bermanfaatkan bagi yang Membutuhkan”
(AK 47 FKIP UNS) Rabu, 20 Oktober 2009, Himpunan Mahasiswa Program (HMP) Fisika Grafitasi menggelar kegiatan Donor Darah 2 (Dona 2). Ini merupakan realisasi program kerja bidang Komunikasi dan Pengabdian Masyarakat (KPM). Kegiatan yang digelar di lobi gedung D FKIP UNS ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa empati terhadap sesama.
Setiap tahunnya, Dona digelar dua kali dengan bekerjasama dengan PMI cabang Surakarta, dimana Dona 1 telah digelar pada 28 April 2009. Pendonor tidak hanya dari kalangan mahasiswa, namun para dosen dan karyawan juga ikut berpartisipasi. Selama pelaksanaan pukul 08.00-12.30, telah tercatat 60 pendonor dari 62 pendaftar. Sebelum melakukan donor, terlebih dulu dilakukan pendaftaran dan pengisian data. Selanjutnya, calon pendonor diperiksa oleh petugas untuk ditentukan apakah calon pendonor dapat diambil darahnya, atau tidak. Rata-rata, setiap pendonor diambil darahnya sebanyak 350cc.

Sufi_physics

GRAFITASI GELAR BAKTI SOSIAL

(AK47, FKIP UNS) Sabtu (10/10), Himpunan Mahasiswa Program (HMP) Fisika Grafitasi menggelar kegiatan bakti sosial. Kegiatan ini merupakan realisasi program kerja bidang Komunikasi dan Pengabdian Masyarakat (KPM). Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengabdian dan kepedulian terhadap sesama.
Baksos digelar di SD N Bukuran 2, Krikilan, Kalijambe, Sragen pada pukul 07.30-10.00 WIB. Kegiatan tidak hanya diisi dengan membagikan makanan dan alat tulis, namun juga berbagi ilmu fisika dengan kegiatan praktikum/ aplikasi fisika, pemutaran video serta permainan. Pada sesi aplikasi fisika, siswa SD N Bukuran 2 juga berlatih untuk melakukan sendiri aplikasi fisika yang menarik, dipandu oleh panitia. Para siswa terlihat antusias dan senang mengikuti kegiatan ini dari awal hingga akhir. Kegiatan diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan dari Grafitasi kepada pihak sekolah.

Sufi_

Minggu, 11 Oktober 2009

3 Shows on 2 Days, Peron Surakarta

(AK-47, FKIP UNS) Kelompok Peron Surakarta kembali mengadakan pentas promosi untuk menjaring mahasiswa agar bergabung dalam komunitas yang menamai diri mereka Mahasiswa Pekerja Teater FKIP UNS. Sesuai rencana, pentas promosi tersebut akan dilaksanakan pada Selasa – Rabu (20 – 21/10) yang memanfaatkan aula gedung F FKIP UNS sebagai panggung pementasan mereka.
Acara ini mengambil tajuk 3 Shows on 2 Days. Sesuai tajuk tersebut, dalam dua hari mereka akan menampilkan tiga pertunjukan selama dua hari. Pertunjukan pertama yang mereka tawarkan adalah Pentas Musik “Renungan Sahabat dalam Perhelatan Jiwa”. Pentas musik ini digarap langsung oleh semua kru Teater Peron. Pertunjukan selanjutnya adalah dua pentas teater yang mengambil lakon “Ndari (Antara Rabi dan Skripsi)” dan “Perempuan di Titik Nol” yang merupakan karya adaptasi dari novel Nawal El-Shadawi dan Naskah Meong Purwanto oleh Wirawan, seorang pelatih yang sekaligus bertindak sebagai sutradara dalam lakon tersebut.
Pementasan Teater Peron kali ini disponsori oleh berbagai pihak. TA TV, BNI, dan Bank BTN adalah beberapa sponsor acara tersebut. Harga tiket masuk untuk acara tersebut adalah Rp 3.000,00 untuk melihat pertunjukan 1 hari dan Rp 5.000,00 untuk melihat pertunjukan selama dua hari berturut-turut.

Tdh_

TRAINING MENEMBUS BINTANG JURNALIS

(AK-47,UNS) Sabtu (10/10) Studi Ilmiah Mahasiswa(SIM) UNS menyelenggarakan training jurnalistik dengan tema “Menembus Benteng Jurnalisme Media”. Acara dilaksanakan di Aula gedung kemahasiswaan UNS setelah sebelumnya direncanakan akan dilaksanakan di Aula UPT Perpustakaan Pusat UNS. Dalam sambutannya, ketua panitia menyatakan bahwa tujuan dari pelatihan tersebut adalah untuk meningkatkan keterampilan jurnalistik mahasiswa agar dapat mengimplementasikan ilmu yang diperoleh dari bangku kuliah dalam bentuk tulisan.
Acara yang diikuti oleh sekitar 60 peserta tersebut menghadirkan Ariyanto yang menjabat sebagai Editor Solopos FM dan Sonya Hellen, reporter Kompas yang mengupas berita koran. Dalam penjelasannya, Sonya menerangkan langkah membuat berita dari perumusan isu, tahap pencarian berita, pengeditannya hingga sebuah berita layak untuk sampai pada publik. Pelatihan ini diakhiri dengan workshop penulisan press release oleh peserta dan evaluasi serta penjelasan lebih lanjut oleh kedua pembicara.
Peserta memberikan respon positif atas acara tersebut. Hal ini ditandai dengan hidupnya suasana diskusi di penghujung acara. Seperti yang di utarakan oleh Luqman, salah satu peserta training, “Setelah mengikuti pelatihan ini, saya semakin menumbuhkan semangat untuk belajar menulis artikel,” ungkapnya.
DJ_

Bangkit Kembali Setelah Enam Belas Tahun Vakum

(AK47, FKIP UNS) Jumat (9/10) Program studi BK mengadakan acara halal bihalal kembali setelah enam belas tahun vakum. Acara tersebut mengambil tema “Kemenangan Hati Bersama Jiwa Yang Kembali Fitri, Jalin Ukhuwah dengan Ramah Tamah”. Halal bihalal tersebut berlangsung di gedung A dengan dihadiri oleh seluruh keluarga besar BK serta alumni.
Dandy selaku sie acara mengungkapkan bahwa tujuan dari halal bihalal ini untuk menumbuhkan budaya memaafkan diantara keluarga besar prodi BK dan membina hubungan kekeluargaan dan kebersamaan. Acara halal bihalal ini diselingi juga dengan hiburan (akustikan) dari mahasiswa, dosen, dan ustad. Halal bihalal ini ditutup dengan penyerahan plakat kepada kaprodi BK, Dra. Hj. Chasiyah, M.Pd dilanjutkan dengan saling berjabat tangan.

Jtm__

Dari UNS untuk Padang

(AK47, FKIP UNS) (5/10) Melihat bencana alam yang baru saja terjadi di Padang dan menelan banyak korban, UKM-UKM di UNS (LPM Motivasi, Ganesha FKIP, Gravitasi FKIP, PMII Kentingan, LPM Kalpadruma, FSSR, MEPA FE, HMJ P.MIPA, dan beberapa gabungan dari tiap fakultas di UNS) berusaha melakukan aksi penggalangan dana yang akan disumbangkan kepada korban gempa di Padang.
Aksi penggalangan dana ini direncanakan berlangsung selama satu minggu mulai hari Senin. Aksi tersebut dilaksanakan di prodi, fakultas, kampus maupun turun langsung ke jalanan. Untuk mempermudah jalannya aksi pengumpulan dana di kampus, tiap-tiap fakultas memiliki penanggungjawab tersendiri. Rencananya uang yang didapatkan tersebut akan diserahkan secara langsung kepada korban melalui PMII Padang. Gabungan antara UKM-UKM ini dinamakan Aliansi Mahasiswa Peduli Sesama.

Jtm__

SOFTSKILL PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN

(AK47, FKIP UNS) Rabu (7/10), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP UNS bekerja sama dengan dekanat mengadakan softskill pelatihan kewirausahaan yang bertajuk, “Menciptakan Sarjana Pendidikan yang Berwawasan Wirausaha”. Menurut salah satu panitia, Anis NR, pelatihan ini merupakan serangkaian kegiatan kerjasama antara BEM FKIP dengan pihak fakultas yang nantinya akan difollow up dengan penyelenggaraan training sponshorship.
Acara dibuka langsung oleh Edy Legowo selaku pemateri pada pukul 09.00 WIB. Acara yang digelar di ruang sidang II gedung A Lantai II FKIP UNS ini diikuti sekitar delapan puluh mahasiswa FKIP dari berbagai program studi. Inti acara dan yang paling menarik adalah penyisipan video motivasi pada tiap slide yang ditampilkan hingga membuat mahasiswa semakin antusias dalam mengikuti pelatihan ini.
Softskill yang digelar diharapkan dapat memberikan motivasi tersendiri bagi mahasiswa agar nantinya setelah lulus bukan hanya menjadi guru, tetapi juga dapat mencapai peluang untuk sukses dalam berwirausaha.

Evi

Halal Bihalal Sejarah

(AK47, FKIP UNS) Senin, (5/10) program studi pendidikan Sejarah mengadakan halal bihalal bertajuk “Satukan Tekad Bersama Membangun Sejarah”. Acara diadakan di aula gedung A FKIP UNS. Peserta berasal dari prodi Sejarah angkatan 2006 – 2009 dan dihadiri pula oleh dosen-dosen prodi Sejarah, antara lain: Drs. Djono, M.Pd., Dra. Sri Wahyuni, M.Pd., dan Drs. Herimanto, M.Pd.
Konsep dari acara itu sendiri merupakan sharing antara dosen dengan mahasiswa yang membahas mengenai masalah-masalah apa saja yang ada di HMP Ganesha maupun prodi.
Masalah yang dibahas antara lain: pengadaan buku-buku sejarah yang baru dikarenakan buku yang tersedia dirasa masih kurang dan sudah termakan usia. Dari pihak prodi sendiri mengatakan bahwa sudah ada alokasi dana untuk pengadaan buku tersebut. Acara halal bihalal ini berlangsung dari pukul 13.00 – 15.00 WIB.

Phie_three haphap

Sekadar Formalitaskah Aksimu???

Hidup Mahasiswa! Adalah teriakan aktivis kampus yang mengatasnamakan aksi mereka sebagai langkah untuk memperjuangkan nasib mahasiswa. Teriakan yang penuh makna dan sarat akan arti ini bermaksud untuk memberi rangsangan bagi mahasiswa untuk menyalakan semangat perjuangan mahasiswa. Ini jugalah yang diamini oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Dewan Mahasiswa (DEMA) bahwa sudah menjadi tugas mereka untuk memberikan pendidikan politik bagi mahasiswa kita yang sekarang ini cukup cuek dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat birokrat kampus. Merekalah yang menjadi barisan terdepan untuk mengawal mahasiswa dalam memperjuangkan hak mereka.
Aksi yang menjadi angin segar bagi mahasiswa. Begitulah kira-kira. Mahasiswa berharap agar aksi yang mereka lakukan mampu mengubah kebijakan yang sudah terlanjur diketok palu. Tapi, agaknya aksi tersebut memang hanya sekadar angina segar yang kemudian cepat berlalu sehingga udara menjadi gerah lagi. Aksi yang dilakukan oleh Forum Bersama BEM hanya “hangat-hangat tai ayam”, begitu bisa diumpamakan. Aksi yang dilakukan terkesan dilakukan saat momen-momen yang menguntungkan mereka. Kedatangan maru, Hari Proklamasi, Hari Pendidikan Nasional adalah beberapa momen yang sering mereka manfaatkan. Ada kesan bahwa aksi yang dilakukan hanya sebagai formalitas saja. Agar terlihat oleh mahasiswa baru atau lama bahwa mereka punya program kerja untuk memperjuangkan hak mahasiswa.
Bisa dikatakan hanya mencari perhatian mahasiswa (opini publik). Kenyataannya sampai sekarang tidak ada keputusan Rektor tentang penurunan biaya pendidikan ataupun kesepakatan yang berarti bagi mahasiswa. Sehingga kesan formalitas semakin terlihat. Adanya kesan formalitas inilah yang sangat disayangkan oleh mahasiswa. Seharusnya aksi yang dilakukan benar-benar dapat ditindak lanjuti guna tercapainya tuntutan mahasiswa. Semoga saja para pejuang mahasiswa benar-benar tulus ikhlas dalam memperjuangkan hak-hak mahasiswa, bukan sekadar formalitas atau malah cari nama.

REDAKSI

Pelaksanaan KBK FKIP Masih Jalan di Tempat


Mulai semester ini, FKIP mencanangkan pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kendala di fakultas sendiri masih terjadi. Sumber daya manusia diakui masih menjadi kendala terbesar untuk melaksanakan kurikulum ini.

Penghapusan mid-semester adalah salah satu akibat dari pemberlakuan KBK. Sedangkan sering adanya kuis dan tugas yang lebih menumpuk adalah konsekuensi dari diberlakukannya sistem ujian blok. “Kalau bisa mengikuti kurikulum ini, memang akan enak karena akan paham dengan kompetensinya. Tapi yang tidak bisa mengikuti akan bisa sangat ketinggalan materi perkuliahan”, ungkap Nisa, mahasiswa Pendidikan Tata Niaga FKIP. “Dosen cukup santai. Cuma ngadain kontrak kuliah trus memberi tugas. Ada juga dosen yang jadi masa bodoh. Tidak memperhatikan materi yang digunakan mahasiswanya, sudah benar atau belum. Ini kan bisa menimbulkan kesalahpahaman”, tambahnya panjang lebar.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mulai diperkenalkan kepada dunia pendidikan kita pada tahun 2004. Karena itulah nama lain dari kurikulum ini adalah kurikulum 2004. Di pendidikan tinggi pengembangan tentang perlunya pendekatan KBK diperkuat oleh SK Mendiknas nomor 045 tahun 2002. pelaksanaannya yang cukup singkat, yakni sekitar dua tahun cukup banyak menjadi obrolan dalam masyarakat pendidikan. Sesudah KBK, kurikulum kita berubah lagi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menjadi penyempurnaan dari KBK.
Adanya KTSP yang sekarang digunakan dalam pembelajaran disekolah juga menjadi tanda tanya bagi mahasiswa FKIP yang akan mengajar di sekolah karena kelak mereka akan mengajar dalam kurikulum yang berbeda dengan yang mereka dapatkan di bangku kuliah. Namun begitu, Sutaryadi, Ketua Prodi Pendidikan Ekonomi mengungkapkan, “KBK sebenarnya sama seperti KTSP tetapi yang membedakan hanya namanya saja. Namun, nantinya saat mengajar, seorang mahasiswa akan dibimbing untuk dapat melakukan orientasi KBK kepada kompetensi mata kuliah oleh pihak FKIP”. Hal tersebut diamini oleh Tri Murwaningsih, salah satu dosen Pendidikan Administrasi Perkantoran (PAP), “Sistem KBK ini lebih memberikan kesempatan mahasiswa untuk berusaha sendiri dalam menguasai materi sehingga mempunyai kompetensi yang baik”, tambahnya.
Pelaksanaan KBK di lapangan diakui Sutaryadi masih terganjal dengan beberapa kendala. Kemampuan sumber daya manusia (SDM) baik dosen dan mahasiswa masih menjadi kendala yang besar. “Perlu banyak pendidikan dan latihan untuk para dosen agar kualitas mereka bisa semakin baik”, tuturnya. Sedangkan masalah pengolahan data juga masih menjadi kendla sendiri atas administrasi mahasiswa. “Yang pasti, masih perlu diadakan evaluasi atas KBK yang dijalankan di FKIP ini”, tandasnya.
KBK yang menuntut mahasiswa untuk aktif memiliki sisi positif dan negatif. Seperti yang diungkapkan oleh mahasiswa bahwa sikap dosen yang menjadi acuh akan menimbulkan kondisi pembelajaran yang tidak menyenangkan.
Sedangkan masalah klasik tentang pengadaan sumber dan bahan belajar di perpustakaan juga masih belum mampu ditangani dengan baik. “Buku-buku yang ada di perpustakaan FKIP masih kurang relevan dan jumlahnya juga sangat terbatas”, ungkap Eri, mahasiswa semester V Prodi Ekonomi.

AgusNu_Khaerul

Wawancara Utama

Gunawan: “Apabila kita harus menaikkan, misalnya, setiap tahun sepuluh ribu atau lima puluh ribu sebenarnya tidak apa-apa, asal jelas sesuai dengan apa yang kita bayangkan….”

Kutipan tersebut merupakan kutipan wawancara dengan Gunawan selaku presiden BEM UNS mengenai aksi yang dilakukan oleh BEM.

Apa yang menjadi dasar BEM melakukan sebuah aksi, missalnya tentang kenaikan SPP?
Jadi, kenapa kita turun aksi untuk menolak kenaikkan SPP karena alasan yang disampaikan oleh pihak rektorat kemarin masih sangat klise. Mereka mengasumsikan kenaikan inflasi 10%. Sedangkan kita mencoba untuk melihat lebih objektif, sebenarnya kampus ini membutuhkan angka berapa sich yang seharusnya dipenuhi oleh mahasiswa. Jadi, misalnya kalau kampus butuh 100M dan kita harus menaikkan ,misalnya, setiap tahun sepuluh ribu atau lima puluh ribu sebenarnya tidak apa-apa, asal jelas sesuai dengan apa yang kita bayangkan dan yang kita dapat ternyata tidak seperti itu. Ternyata kampus tidak memiliki cukup peran ekstra yang menurut kita dengan alasan-alasan yang cukup objektif dan jelas. Ternyata sangat absurd dan menurut kita belum diperlukan. Data yang kita peroleh ternyata pendapatan kampus dari mahasiswa itu adalah sekitar 50% dari kebutuhan biaya operasional pendidikan, padahal UNS ke depan akan menjadi BHP. Karena sifatnya wajib bagi universitas yang sudah mapan, maka maksimal biaya pendidikan 30%, apabila dinaikkan lagi akan menjadi lebih tinggi lagi sekitar 68% komposisi biaya yang dipenuhi mahasiswa, nah ternyata rancu. Sebenarnya kampus ini mempersiapkan tidak untuk BHP? BHP saja menurut kami akan menimbulkan banyak permasalahan, apalagi dengan kendala sekarang, ternyata kampus belum memiliki sumber dana yang riil untuk menggantikan sumber dana yang dipenuhi mahasiswa sehingga kami berharap, alasan pertama adalah dari pihak birokrasi kampus berpikir untuk mengurangi jatah komposisi dana dari mahasiswa bagaimanapun caranya bukan malah menaikkan. Sehingga harus mencari pundi-pundi pendanaan yang lain yang bisa dimunculkan bukan malah mengekplorasi mahasiswa sebagai sumber objek. Kedua, dari laporan rektor, laporan keuangan yang didapatkan dari senat bahwa ternyata akumulasi sisa saldo tiap tahun UNS mengumpulkan rata-rata sekitar 200M dari SPP, BPI, dan sumber pendanaan lainnya kecuali IOM. Nah, ini kemudian yang membuat kita melihat efektif nggak atau sejauh mana efisiensinya. Ternyata alokasi yang digunakan setiap periode kurang dari 70%. Ternyata ada sisa 30%.

Trus yang untuk aksi penolakan BHP, apakah ada hasilnya?
Langkah yang sampai sekarang kita jalankan dengan teman-teman, sebenarnya dari kampus memiliki sikap yang sama, mereka menolak BHP. Karena dengan status itu secara otomatis kampus harus menambah pundi-pundi dana. Sementara mereka kebingungan, sekarang saja sampai 68% . Bagaimana kita harus memotong anggaran 30% dari mahasiswa dan 30 persen dari luar. Secara otomatiskan akan menyita perhatian birokrat. Teman-teman sendiri sudah memahami rektorat ini dia mengelola, hanya mengelola, dalam artian memanajemen kampus hanya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan saja. Itu belum tentu kualitasnya bagus apalagi belum terpecah untuk mencari kebutuhan pendanaan. Ya itu mengapa kita menolak BHP. Sebenarnya dari mahasiswa, dari sisi pendanaan menguntungkan karena kemungkinan besar pembiayaan kita akan turun drastis, hanya saja secara kualitas belum bisa di jamin.karna nanti pengelolaannya akan sangat-sangat terpecah menjadi dua manajemen.

Apakah nantinya BHP akan diterapkan?
Karena BHP sudah menjadi undang-undang ya dan sejauh ini tuntutan yang diajukan oleh LSM dan gabungan dari teman-teman BEM seluruh Indonesia belum menemukan titik terang. Kita akan tawarkan lagi kepada dewan yang sekarang karena ini politik. Artinya kebijakan ini tidak akan berubah hanya kita berbicara di tataran bawah sehingga perlu ada koordinasi dan rektor pun mendukung untuk menolak BHP. Nah, tetapi sekarang yang terjadi.kenyataanya rektor dari beberapa PTN cenderung untuk menerima BHP. Menurut mereka ini merupakan salah satu bentuk sekolah manajemen kampus yang mandiri pada akhirnya karena biaya yang kita kumpulkan sebesar 200M, kalau dulu dikerahkan ke departemen keuangan kemudian kita mengambilnya dengan proposal, tetapi sistem birokrat ini sangat lambat. Kalau dengan BHP kita kelola sendiri uang kita itu.

Apakah setiap aksi yang dilakukan BEM itu mengalami keberhasilan?
Tidak. Aksi yang dilakukan BEM belum tentu berhasil. Yang terpenting dengan aksi tersebut kita dapat membentuk sebuah opini di masyarakat maupun di media, kadang aksi tersebut akan dijadikan penilaian, jangan sampai opini yang terbentuk itu tenang, ada masalah semua orang tidak tahu, dan dia tidak mengekpose. Memang aksi yang kita lakukan tidak begitu penting dan tidak berfungsi, tetapi impact yang ditimbulkan dari aksi itu sangat besar. Jadi, itu merupakan salah satu strategis yang menurut kami karena hanya dengan satu langkah kecil saja semua orang bisa melihat karena dengan adanya media. Hal-hal yang kontroversial semacam inilah yang bisa mengangkat pesan kita ke publik dengan cara yang sangat mudah tetapi dengan dampak yang sangat luar biasa.

Dj__Jtm__

GEDUNG A BUKAN UNTUK KITA


Aktivitas di gedung A, FKIP UNS mulai menggeliat lagi. Sejak perpindahan ruang pimpinan fakultas ke gedung F. Perombakan dan perbaikan fasilitas gedung mulai terlihat di sana-sini. Tata ruang bahkan atap gedung tidak luput dari perbaikan. Pembangunan yang menghabiskan waktu lumayan cukup panjang ini ternyata bukan untuk mahasiswa S1 FKIP yang sudah lama berharap untuk menempatinya.

Perubahan yang signifikan sudah mulai terlihat di gedung A sejak dikosongkannya gedung tersebut pada April 2009 lalu. Beberapa ruangan sudah tertata dengan rapi layaknya kelas yang akan digunakan untuk kegiatan perkuliahan. Sugiyanto, Pembantu Dekan II FKIP UNS pun menyatakan bahwa gedung A memang akan dimanfaatkan untuk ruang perkuliahan. “Gedung A akan kami programkan untuk penambahan ruang kuliah, lab. komputer, ICT Center, PPL, PSB, ruang skripsi, dan sekretariat kegiatan sehingga nantinya dapat dimanfaatkan lebih optimal,” paparnya.
Beberapa jurusan dan program studi berharap akan bisa menempatinya. Bahkan berita yang santer terdengar adalah akan digunakannya gedung tersebut untuk jurusan Pendidikan tekhnik mesin (PTK) dan Bimbingan Konseling (BK). Pada awal pembangunannya, pihak pimpinan fakultas yang diwakili oleh Pembantu Dekan II menyatakan, “Gedung A adalah milik fakultas jadi bukan untuk salah satu prodi”. Namun, keterangan terakhir yang diberikan oleh Winardi, salah satu petugas keamanan di gedung A menyatakan bahwa gedung A yang sudah selesai direnovasi akan dimanfaatkan sebagai ruang kuliah mahasiswa S2 dan S3 Prodi Ekonomi. “Saat ini, pendaftaran untuk program S2 dan S3 Ekonomi sudah dibuka dan seleksi dilakukan langsung oleh Bapak Trisno Martono yang sekarang menjadi direktur Pasca Sarjana”, tuturnya. Baru dua belas orang yang lulus dalam seleksi yang dilakukan untuk memulai awal perkuliahan yang direncanakan akan dimulai tahun ini. Pernyataan tersebut sekaligus menegaskan bahwa gedung A pascarenovasi tidak diperuntukkan sebagai ruang kuliah mahasiswa S1 FKIP. Baik prodi maupun jurusan apapun.
Menurut rencana, pembangunan gedung A akan selesai pada semester ini. Namun, salah satu pekerja yang ikut dalam proyek renovasi gedung tersebut mengungkapkan bahwa renovasi baru akan selesai pada dua bulan yang akan datang. “Itupun kalau pekerja yang datang paling tidak lima orang per hari”, paparnya. Kegiatan renovasi yang setiap harinya berlangsung dari pukul 08.00 – 15.00 WIB diakuinya tersendat karena sedikitnya pekerja yang bergabung di dalamnya. “Sistem kerja kami adalah sistem harian. Jadi, pembangunan ini menjadi lama, karena setiap pekerja belum tentu datang tiap harinya. Bahkan seringkali cuma dua orang saja yang datang”, tambahnya. “Kalaupun yang datang enam orang, biasanya yang satu orang dipindah kemana gitu…jadi pindah-pindah…,” tambah salah satu tukang yang tidak mau disebutkan namanya.
Mahasiswa pun angkat bicara menanggapi hal tersebut. “Kalaupun bukan untuk kita, yang penting pembangunan dan renovasi gedung segera selesai. Jadi, kita tidak terganggu dengan suara bisingnya”, ungkap Wulan, mahasiswi Prodi Sejaran angkatan 2007. “Begitu juga dengan pembangunan gedung-gedung lainnya yang ada di FKIP”, tandasnya.
Kikis_Endah

Pembangunan di FKIP Bagus, Tetapi Belum Tepat Sasaran

Pemandangan yang berbeda terlihat jelas di kampus FKIP. Pasalnya akhir-akhir ini terjadi pembangunan besar-besaran di FKIP. Dari pembangunan gedung F yang megah, kemudian disusul lapangan basket dan futsal serta shelter-shelter yang telah dilengkapi dengan hotspot yang mampu mengubah citra FKIP menjadi lebih berkelas.
Melihat realita tersebut, LPM Motivasi berusaha menggali pendapat dari mahasiswa FKIP mengenai pembangunan di FKIP selama ini dengan penyebaran polling kepada mahasiswa FKIP. Penyebaran polling dilakukan pada minggu pertama bulan Oktober secara acak (random sampling) dengan jumlah responden 143 mahasiswa. Dari hasil polling yang telah dilakukan sebanyak 57,9% responden menyatakan bahwa pembangunan yang dilakukan di FKIP selama ini sudah bagus. Alasan yang mereka ungkapkan pun beragam, dengan adanya pembangunan tersebut mahasiswa mendapatkan fasilitas yang lebih baik. Selain itu, pembangunan di FKIP mencerminkan adanya peningkatan yang terjadi di FKIP sendiri. Sedangkan 36,8% responden menyatakan bahwa pembangunan di FKIP biasa saja. Alasan yang mereka kemukakan adalah karena pembangunan belum dilakukan secara optimal, seperti kamar mandi yang kurang layak dan bersih. 5,3% responden lainnya menyatakan tidak mengetahui akan pembangunan di FKIP.
Menanggapi pertanyaan selanjutnya, ”Sudah tepat sasarankah pembangunan tersebut?”, sebanyak 68,43% menyatakan belum tepat karena pembangunan di FKIP masih hanya berpusat pada fasilitas luar gedung saja, sedangkan fasilitas dalam gedung terkadang terabaikan. Seperti yang diungkapkan oleh Artati, ”Menurut saya, FKIP hanya membangun bagian luarnya saja agar terlihat megah oleh orang yang melihatnya, tetapi FKIP tidak memperhatikan jika banyak sekali ruang kelas yang harus diperhatikan, jangan hanya luarnya saja.”Sebaliknya sebanyak 21,05% menyatakan bahwa pembangunan di FKIP sudah tepat sasaran dan 10,53% lainnya menyatakan tidak tahu.
Dari sebagian responden menyatakan bahwa sebaiknya yang menjadi prioritas utama dalam pembangunan di FKIP adalah ruang kuliah yang sampai saat ini masih kurang memadai. Selain itu diungkapkan bahwa fasilitas umum seperti toilet, kamar mandi, dan sarana prasarana lainnya juga perlu diperhatikan (diperbaiki).

*) Polling tidak dimaksudkan untuk merepresentasikan seluruh mahasiswa FKIP UNS

Kemanakah Dana IOM??

Iuran Orang Tua Mahasiswa yang sering disebut IOM dari tahun ke tahun selalu meningkat. Angkatan 2006 ke angkatan 2007 mengalami kenaikan dari Rp 500.000,00 menjadi Rp 800.000,00. Disusul angkatan 2008 iuran minimal adalah Rp 1.000.000,00 yang semula Rp 800.000,00 naik 20 %. Bila dikalikan dengan jumlah mahasiswa regular di FKIP dana IOM yang masuk bisa mencapai jutaan rupiah.

IOM adalah dana yang wajib dibayar oleh mahasiswa reguler FKIP UNS. Tak banyak mahasiswa yang tahu tentang fungsi IOM, ketika ditanyakan kepada beberapa mahasiswa tentang fungsi dana IOM jawabannya bermacam-macam. “Kalau soal fungsi dana IOM saya kurang tahu, setahu saya dana IOM ini untuk biaya pembuatan lab-lab,” ungkap Tari mahasiswa prodi Bahasa Indonesia ’08 FKIP UNS. Mengenai dana IOM tersebut telah digunakan untuk membuat gedung UKM, membantu pembuatan gedung F, dan khusus untuk angkatan ’08 dana IOM direncanakan untuk membeli seratus unit komputer , tetapi yang terealisasi baru 50 komputer. Marzuki mengungkapkan bahwa sampai saat ini program kerja IOM sudah terealisasi semua sebagai contoh gedung UKM , komputer, dan gedung F. “Tetapi untuk gedung F pembuatannya tidak semuanya berasal dari dana IOM, IOM hanya sedikit membantu saja,” Tambah Sumarsono selaku sekretaris IOM.

IOM Hanya untuk Mahasiswa Reguler
IOM hanya dikenakan bagi mahasiswa regular, sementara mahasiswa nonreguler bebas dari IOM. Menurut salah satu mahasiswi FKIP UNS Prodi Bahasa Indonesia ’06 hal itu sudah sepantasnya karena mahasiswa nonreguler sudah membayar biaya yang besar tiap semester. “Kalau saya sendiri tidak keberatan bila hanya mahasiswa yang reguler saja yang dikenakan IOM, lagi pula kan dana IOM itu digunakan untuk kesejahteraan mahasiswa juga dan hanya dibayar satu kali saja selama kuliah,” ungkapnya. Ketika dikonfirmasikan kepada Marzuki selaku ketua IOM dan Sumarsono selaku sekretaris IOM mengutarakan bahwa memang benar IOM hanya dikenakan untuk mahasiswa regular saja. Sedangkan mahasiswa nonreguler bebas IOM. Hal ini merupakan pertimbangan dari fakultas karena mengingat biaya yang dikeluarkan oleh mahasiswa nonreguler lebih besar dibanding mahasiswa regular sehingga fakultas memberi kebijakan bahwa mahasiswa nonreguler dibebaskan dari IOM. “Sebenarnya kalau saya sendiri tidak akan membeda-bedakan antara mahasiswa regular dan mahasiswa nonreguler. Semua akan saya kenakan IOM. Karena mahasiswa nonreguler juga menikmati fasilitas-fasilitas dari dana IOM, tetapi berhubung ada kebijakan fakultas jadi mahasiswa nonreguler bebas IOM,” Jelas Marzuki.

Struktur Kepengurusan IOM Belum Ada Reorganisasi
Masa jabatan pengurus IOM yang diketuai oleh Marzuki sebenarnya telah berakhir pada tahun 2008 bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan Dekan FKIP UNS periode 2003-2008, Trisno Martono. Tetapi, berhubung usulan dari Trisno Martono akhirnya pengurus IOM yang masa jabatannya telah berakhir di angkat kembali dengan dikeluarkannya SK oleh Dekan FKIP UNS yang baru Drs. Furqon Hidayatullah, “Kami diangkat tahun 2003 dan seharusnya masa jabatan kami berakhir tahun 2008, tetapi karena usulan dari fakultas akhirnya kami diangkat kembali,” ungkap Marzuki. “Dan fakultas sendiri yang mengusulkan adalah Bapak Trisno Martono Dekan FKIP UNS periode 2003-2008,” tambah Sumarsono selaku sekretaris IOM. Setelah diangkat kembali tahun 2008 sampai sekarang, untuk ketua, sekretaris, dan bendahara tetap sama dan untuk kepengurusan lain ada yang sudah ganti.

Ratna_

Laporan Terlambat, Dana Terhambat

Dana PKM yang telah disetujui oleh Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) maupun Daftar Isian Pencairan Anggaran (DIPA) akan cair dalam dua tahap. Tahap pertama cair sebesar 70% dan tahap kedua sebesar 30% setelah mengumpulkan laporan pertanggungjawaban. Namun, jika ada yang belum mengumpulkan LPJ, dana belum bisa cair karena ini sifatnya kolektif.

PKM merupakan program kreativitas mahasiswa yang diadakan oleh DIKTI dan DIPA. Program kreativitas mahasiswa dikembangkan guna mengantarkan mahasiswa mencapai taraf pencerahan kreativitas dan inovasi berlandaskan penguasaan sains dan teknologi serta keimanan yang baik.Jenis-jenis PKM antaralain: PKM Penelitian (PKMP), PKM Penerapan Teknologi (PKMT), PKM Kewirausahaan (PKMK), PKM Pengabdian Pada Masyarakat (PKMM), dan PKM Menulis Ilmiah (PKMI). Dana untuk setiap jenis PKM berbeda-beda, tergantung jenis PKMnya. Dana dari DIKTI sebesar Rp 6.000.000,00 dan dana dari DIPA sebesar Rp 1.500.000,00.
Dana PKM yang telah disetujui oleh DIKTI maupun DIPA akan cair dalam 2 tahap. Tahap pertama cair sebesar 70% dan tahap kedua sebesar 30% setelah membuat laporan pertanggungjawaban atas proposal yang diajukan. Apabila semua peserta PKM mengumpulkan laporan tepat waktu, dana 30% tersebut dapat segera cair. Namun, kenyataanya dana PKM yang 30% tak kunjung cair hingga hitungan bulan. “wahh lama banget sampai berbulan bulan. Apalagi yang DIPA sampai sekarang belum cair padahal LPJku sudah beberapa bulan yang lalu” papar Irma mahasiswa Fakultas Pertanian. Senada dengan Irma, sisa dana PKM belum turun hingga delapan bulan lamanya. “Dana PKM tahap keduaku belum turun sampai delapan bulan padahal laporannya sudah disusun,” tambah Adi
Menanggapi keterlambatan pencairan sisa dana PKM, Kabiro Kemahasiswaan menegaskan bahwa pencairan dana yang 30% tersebut tergantung dari pengumpulan laporan penelitian oleh mahasiswa peserta PKM. “Berhubung pencairan dana tersebut bersifat kolektif maka apabila ada peserta yang belum mengumpulkan laporan, dana tersebut tidak bisa dicairkan,” ujar Hartono selaku Kabiro Mawa.
“Inilah yang kadang tidak terasa, mengapa pencairan dananya begitu lama,” tutur Hartono. Keterlambatan pengumpulan laporan peserta PKM yang satu dapat menghambat pencairan dana untuk peserta PKM yang lain. Namun, kendala-kendala itu tidak akan terjadi jika semua peserta PKM yang terlibat di dalamnya segera bertindak proaktif, yaitu disiplin dan tepat waktu dalam mengumpulkan laporannya.

Abied_Ratna

AKSI BEM DINILAI SEKADAR FORMALITAS


Sejumlah mahasiswa menilai aksi yang dilakukan Forum Bersama Badan Eksekutif Mahasiswa (Forbes BEM) UNS masih sekadar formalitas. Pasalnya aksi-aksinya tak menggoyahkan kebijakan birokrat kampus yang sudah diketok palu.

Salah satunya seperti yang diungkapkan seorang mahasiswa yang enggan disebut nama fakultas dan jurusannya, Dwi. Menurutnya, dari hasil pengamatan beberapa tahun terakhir terjadi pergeseran tujuan aksi yang dilakukan oleh BEM. Yakni yang semula tujuannya untuk memperjuangkan hak mahasiswa kini hanya untuk membentuk opini publik saja sehingga aksi tersebut bisa dinilai sekadar formalitas. ”Aksi menjadi tidak penting, jangan-jangan hanya ingin keliatan ada aksi saja,” tutur Dwi, salah satu mahasiswa FKIP.
Hal tersebut juga sama seperti yang diungkapkan oleh Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia (Himprobsi) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS, Yunianto. Ia mengatakan bahwa aksi BEM tidak ada gregetnya. Parahnya lagi ujar dia, tujuan aksi yang dilakukan juga tidak diketahui secara jelas oleh peserta aksi yang notabene juga pengurus BEM. “Rata-rata yang di ajak tidak paham betul tentang tujuan aksi dan hanya ikut-ikutan,” jelas Yunianto.
Salah seorang pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Brahmahardhika FKIP UNS, Yadi juga mengemukakan hal yang sama. Menurutnya, selain aksi yang dilakukan hanyalah sekadar formalitas. BEM juga tidak melibatkan pengurus UKM lain untuk mengikuti pembicaraan (audiensi) dengan pihak pimpinan kampus. Akibatnya, banyak mahasiswa yang tidak tahu akan kelanjutan aksi BEM karena kurangnya sosialisasi. ”Dalam pembicaraan dengan birokrat kampus, kami tidak dilibatkan dan apa hasil pembicaraannya pun kami tidak tahu karena tak ada sosialisasi,” ungkapnya.
Sementara itu saat dikonfirmasikan kepada Presiden BEM UNS, Gunawan, ia pun tidak menampik anggapan-anggapan tersebut.. “Kami hanya ingin dilibatkan dalam setiap kebijakan kampus yang berhubungan dengan kepentingan mahasiswa,” tutur Gunawan. Bahkan dia juga mengungkapkan bahwa apabila aksi tersebut tidak berhasil itu tidak apa-apa, yang terpenting adanya perubahan opini publik. Selanjutnya dari poin-poin tuntutan yang diajukan dalam setiap aksi mereka, hanya sebagian kecil yang disepakati. Poin-poin tersebut pun tidak terlalu menyentuh kepentingan mahasiswa. Salah satu contoh atas kegagalan aksi mereka adalah kenyataan bahwa biaya SPP selalu naik 10% tiap tahun ajaran baru.
Menilik dari tahun sebelumnya, sebenarnya penetapan tentang kenaikan SPP 10% sudah disepakati dan diketahui oleh BEM. Seperti yang diungkapkan oleh Pembantu Rektor (PR) III, Dwi Tiyanto. “Kenaikan SPP 10% tiap semester disesuaikan dengan tingkat inflasi yang ada dan dalam penetapannya kami sudah bicarakan dengan mahasiswa,” pungkasnya. dj_jtm

SMS Inbox

SMS INBOX

Ihsan, 085727849xxx
Tolong dong, tempat sampahnya diperbanyak. Kebersihan sebagian dari iman lho,…

Rian, 085728336xxx
Tolong donk AC di ruang 203 dan 204 Bastind diperbaiki. Jarang bisa dihidupkan. Kalau kuliah puanasss sekali lho…

Bayu, 08562812xxx
Kenapa banyak pengemis di dalam kampus. Kepada pihak terkait mohon penertibannya.

Noupa, 0881284xxx
Sekarang di FKIP banyak mahasiswi mengenakan pakaian yang tidak pantas dikenakan di kampus. Meski ada peraturan seragam, tetap saja masih ada yang tidak sesuai. Bagaimana ini pak?

Perdana, 085642172xxx (P. Sejarah)
Assalamualaikum. Sebagai seorang mahasiswa yang menginginkan lingkungan akademis yang baik, saya memprihatinkan banyaknya mahasiswi-mahasiswi yang berpakaian tidak sepatutnya sebagai seorang pelajar, mohon ini disikapi untuk dibuat suatu peraturan disertai sanksi karena kita tahu FKIP bukan mall yang dipenuhi fashion2 sampah!!!

Fuadi, 085647333xxx
Buat FKIP,. Agar pelayanan untuk mahasiswa lebih ditingkatkan lagi, kalau bisa dipercepat kenapa harus dipersulit atau terlambat...

Merokok Berbahaya!

Masalah yang masih perlu diperhatikan, walaupun hal ini menjadi suatu masalah yang sudah lama, yaitu kurangnya kesadaran dan tindakan para perokok yang suka merokok sembarangan di tempat-tempat umum. Khususnya di tempat kita menimba ilmu, dapat dilihat beberapa orang yang dengan santai dan tidak peduli orang di sekitarnya menikmati setiap hisapan rokoknya. Entah karena kecanduan dengan rokok atau hanya untuk menunjukkan jati dirinya dengan merokok.
Padahal sudah banyak peringatan-peringatan akan bahaya rokok bagi dirinya maupun orang lain yang tidak sengaja mengirup asap rokok tersebut dan bahkan sudah ada peraturan-peraturan dilarang merokok. Namun, peringatan-peringatan tersebut hanya tinggal tulisan saja karena tidak ada implikasi dari perokok untuk melakukannya.
Mungkin mereka merasa bahwa merokok sudah hal biasa dilakukan dan mereka tidak memikirkan jangka panjang akibat dari kebiasaan buruk mereka itu. Mungkin ada pembaca yang merupakan salah satu dari mereka dan saya memberikan saran untuk tidak merokok di ruang kuliah dan tempat-tempat umum, karena tidak semua orang menerima kebiasaan merokok tersebut. Jadi, kalau perokok merasa memiliki hak untuk merokok maka mereka yang tidak merokok pun juga memiliki hak untuk bernafas tanpa asap rokok.

Rendha_

BEGOG KELUHKAN KBK

“Dor!!” Tiba-tiba Njenik mengejutkan Begog dari belakang.
“Kamu nik, ngagetin aja!” Sahut Begog yang terkaget
“Habis kamu baca buku serius amat! Ga biasanya Gog.....” Balas Njenik
“Mau gimana lagi Nik, hari ini ada kuis. Padahal tugas mata kuliah lain menumpuk. Susah aku!!” Begog mengeluh
“Sudah, ga usah kebanyakan mengeluh. Biasanya juga ga pernah kamu peduli ma kuliahmu. Ada apa ini, ada apa??” Tanya Njenik penasaran
“Yaaaa, gitu deh..... Mau tau ajah!! He.......... Enggak kok Nik, Cuma pusing aja. Gara-gara KBK ni.” Jawab Begog
“Wah, kalau itu ma senasib Gog. Banyak tugas dan kuis melulu. Ga heran aku, apalagi buat kamu yang notabene jarang kuliah. He....” ledek Njenik
“Kamu Nik! Bukannya ngasih dorongan biar tambah semangat malah ngledek melulu!” Begog kesal
“Iya, iya, maap.... Peace deh kalau gitu. Eh Gog, tu Kangsipon datang.” Sambil melambai Kangsipon
“Eh Kang, lagi sibuk apa ni sekarang?” Sapa Begog pada Kangsipon
“Lagi sibuk galang dana buat korban gempa Gog. By the way, kok sekarang kalian jarang muncul di organisasi? Tanya Kangsipon pada Begog dan Njenik
“Bukan apa-apa sih kang, cuma lagi sibuk ma kuliah aja kok.” Jawab Begog.
“Kamu nik?” tanya Kangsipon pada Njenik
“Sama Kang. Aku juga bener-bener lagi full tugas. Jadi belum sempet nongol di sekre.” Jawab Njenik
“Oh, tak kira ada apa. Ya aku harap meski banyak tugas temen-temen tidak melupakan organisasi.” Kangsipon menasehati
“Iya kang, sebenarnya aku juga gitu. Pengennya sukses kuliah dan lancar berorganisasi. Tapi saat ini aku benar-benar kehabisan waktu buat mengerjakan tugas-tugas kuliah yang menumpuk itu.” Jawab Njenik
“Aku juga Kang. Mau gimana lagi? Kuis-kuis itu menjebakku. Mau-tidak mau aku harus belajar. Kalau tidak, aku yang ketinggalan. Padahal tau sendiri Kang, aku kan paling susah kalau belajar,” Lanjut Begog.
“Iya, aku tau. Memang setelah diberlakukannya KBK tugas-tugas kita semakin padat. Bahkan setiap habis bab kita selalu dihadapkan pada kuis yang tentunya mengharuskan kita belajar. Tapi ya temen-temen harus ingat juga, kesuksesan kita tidak hanya ditentukan oleh akademik saja. Tapi softskill juga sangat berpengaruh. Dan kemampuan softskill bisa terus kita gali lewat berorganisasi. Kan payah juga ketika seorang mahasiswa sukses kuliah dengan IPK coumlaud tapi ketika terjun di masyarakat buat ngomong aja masih gagap. Atau malah menjadi seorang yang apatis tidak peduli dengan masyarakat? Eman-eman banget kan?” Kangsipon kembali menasehati.
“Iya Kang. Tapi menurutku tidak seharusnya mahasiswa dibebankan seperti ini. Harusnya diperhatikan juga waktu buat kita berorganisasi. Biar kuliah dan organisasi bisa berjalan beriringan. Betul ga Gog?” Tanya Njenik pada Begog.
“Betul, betul, betul..... Harusnya kuliah tidak semakin dipadatkan seperti ini. Tapi beri kesempatan bagi kita untuk sedikit bernafas dan menjalankan roda organisasi. Untuk berorganisasi kan kita juga butuh waktu...., ” Keluh Begog.
“Ya, tapi tidak semestinya kalian mengorbankan organisasi. Pintar-pintarnya kalian untuk membagi waktu lah!” Kangsipon menanggapi.
“Sudah kami coba Kang, tapi memang bener-bener sulit............... Ya maaf Kang kalau sekarang kami jarang kelihatan di organisas,” Njenik dengan wajah memelas
“Iya Kang, maap....,” Tambah Begog.
“Ya, aku harap di organisasi kita Begog dan Njenik tidak termasuk orang yang kalah dengan kesibukan kuliah.................,” Jawab Kangsipon.


Dhika_

KOLEKTIVISME YANG TERLUPAKAN



Akhirnya, bulan Ramadhan telah kita lewati. Masih dalam nuansa lebaran, saya beserta seluruh crew LPM MOTIVASI mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri 1430H mohon maaf lahir dan batin. Bukan cuma sekedar formalitas, tetapi kami mohon maaf dari hati yang tulus atas semua salah dan khilaf yang pernah tercipta antara kita. Semoga kita benar-benar menjadi manusia yang bersih di bulan yang suci ini.
Tak lepas dari nuansa lebaran, saya ingin berbagi sedikit cerita tentang pengalaman beberapa minggu yang lalu. Di Indonesia, nuansa lebaran seakan tak terpisahkan dengan tradisi halal bihalal. Lebaran tiba, maka saatnya bermaaf-maafan dan berkumpul kembali bersama keluarga, handai taulan serta kawan-kawan lama. Begitu pula dengan saya. Setelah berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara maka saatnya berkumpul dengan kawan-kawan lama. Kawan-kawan seperjuangan SMA tepatnya. Bertemu di foodcourt salah satu pusat perbelanjaan ternama di kota Solo. Kami berkumpul kembali setelah beberapa tahun lamanya. Layaknya sebuah pertemuan maka kami memulai perbincangan dengan menanyakan kabar masing-masing. Perbincangan berlanjut dengan cerita masa-masa SMA dulu. Canda tawa pun menghiasi wajah kami. Sekitar empat jam lebih kami tenggelam dalam kebersamaan dibalut cerita-cerita lucu yang selalu menerbitkan tawa. Dalam riuh tawa dan keramaian suasana, terbesit kegelisahan dihati saya. Pasalnya, waktu empat jam lebih telah kami buang dengan cerita sehari-hari saja. Hanya ada canda tawa lepas tanpa ada diskusi ilmiah yang biasa dilakukan mahasiswa ketika berkumpul. Makanan yang kami pesanpun masih banyak bersisa. Kehidupan yang hedonis, begitulah kira-kira. Padahal disitu kami semua menyandang predikat mahasiswa. Tetapi dari pertemuan para mahasiswa itu tidak menghasilkan apa-apa. Rasanya saya sudah tidak betah dengan suasana itu. Perasaan saya semakin bergejolak ketika mendengar perbincangan seorang teman. Kira-kira seperti ini perbincangan mereka:
“Dengar-dengar kamu tiap hari kesini, ya? Emang ngapain aja?”
“Ga tiap hari, cuma sering. Ya paling-paling ngabisin uang dan gosipin orang”
Sungguh! Suatu jawaban yang mencengangkan. Inikah gambaran seorang mahasiswa? Sontak, pikiran saya pun melayang “memasak” apa yang baru saja saya dengar. Rasanya ingin marah mendengar jawaban itu. Ingin saya mengatakan, sadarkah teman-teman bahwa diluar tembok yang penuh gemerlap ini banyak anak-anak yang jangankan untuk bersenang-senang dan menghabiskan uang. Diluar sana, tidak banyak yang seberuntung kita bisa bersenang-senang dan tertawa lepas menikmati fasilitas yang kita nikmati sekarang. Banyak orang tua yang yang harus banting tulang, mengais rezeki di jalanan, menjadi pengemis, pengamen, pemulung atau kuli di pasar sekedar untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sementara anak-anak banyak yang putus sekolah dan sudah harus berjuang dengan kerasnya hidup. Tidak pedulikah teman-teman akan nasib mereka yang berjuang demi hidup? Tetapi kemarahan itu hanya bisa saya simpan dibenak saya saja. Tidak ingin mengganggu suasana, saya hanya bisa mengikuti setiap obrolan yang berjalan.
Sungguh, tidak bisa saya bayangkan bagaimana nasib bangsa ini ketika individu-individu hanya memikirkan kesenangannya masing-masing. Seperti melihat dua sisi dalam satu keping mata uang. Sebenarnya satu keping, tetapi ada dua sisi yang bertolak belakang. Satu sisi di dalam tembok yang penuh dengan kesenangan, individu-individu merayakan kehidupannya. Disisi lain, individu-individu lain yang hidup dalam kemiskinan berjuang dengan kerasnya kehidupan. Padahal kita berada dalam satu bingkai Indonesia. Ada apa dengan individu-individu bangsa ini? Sudahkah tidak ada perasaan kolektif? Padahal saya masih ingat, ketika saya masih duduk di bangku sekolah selalu didengungkan tentang asas kekeluargaan dan manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan dan tidak dapat hidup sendiri. Tetapi agaknya pelajaran itu hanya menjadi sebuah teori saja. Dalam praktek, tidak sedikit yang hidup atas dasar kebutuhan semata. Asas kekeluargaan pun seperti menghilang. Seakan senada dengan yang pernah diungkapkan Bung Hatta. “Apa yang kita alami di Indonesia sehari-hari di sekitar kita, seolah-olah Pancasila itu diamalkan dibibir saja, tidak menjadi pelita didalam hati untuk membangun masyarakat baru. Tiap-tiap golongan berkejar-kejaran mencari rezeki, golongan sendiri dikemukakan, dan masyarakat dilupakan. Dalam teori kita mengikuti kolektivisme, dalam praktik dan perbuatan kita memperkuat individualisme. Dalam teori kita membela demokrasi sosial, dalam praktek dan perbuatan kita menghidupkan semangat demokrasi liberal”. Demikianlah yang pernah digambarkan Bung Hatta.
Andaikan saja negara ini diisi oleh individu-individu yang peka dan saling peduli satu sama lain. Bukan kepedulian semu atas dasar kebutuhan seperti yang sering kita dengar dari mulut politikus-politikus kita. Tentu bangsa ini akan menjadi bangsa yang sejahtera dan penuh dengan kenyamanan. Tetapi sayang, seperti inilah gambaran masyarakat kita sekarang. Masyarakat hanyalah kumpulan individu-individu yang berkumpul atas dasar kebutuhan. Dan setiap individu hanya mengejar kepentingannya masing-masing tanpa ada kepedulian terhadap sesama. Jurang si kaya dan si miskin pun semakin tajam. Budaya kapitalisme, individualisme, dan hedonisme semakin tak terbendung. Krisis moral pun tak terelakkan. Hanya bisa berharap semoga yang demikian tidak menghancurkan bangsa yang sudah susah payah dibangun oleh pahlawan-pahlawan bangsa.

Mahardhika Dwi W.
Pimpinan Litbang LPM MOTIVASI