Kamis, 29 April 2010

KONTROVERSI KEBIJAKAN FASILITAS AC



Fakultas belum memberikan fasilitas AC kepada pihak prodi manapun yang mengajukan fasilitas tersebut. Keterbatasan daya listrik dan dana menjadi masalah utama dalam hal ini. Namun, salah satu prodi di FKIP mengaku memperoleh fasilitas eksklusif.

Adanya fasilitas AC yang hanya terpasang di beberapa ruang perkuliahan di gedung FKIP menimbulkan berbagai pertanyaan di benak mahasiswa mengapa fasilitas AC tersebut tidak dipasang di semua ruang perkuliahan di semua gedung.
Aroma kental diskriminasi kebijakan pun mulai merebak dibenak para mahasiswa. Mahasiswa prodi Sejarah 2009 FKIP UNS yang enggan menyebutkan namanya mengatakan, ”Ini ga adil. Bayarnya sama kok fasilitas dibedakan.” Menurutnya, fasilitas AC seharusnya diberikan ke semua ruang perkuliahan pada setiap prodi, fakultas jangan pilih-pilih prodi untuk memasang AC.
Hal senada juga di ungkapkan oleh Iful salah satu mahasiswi pendidikan bahasa Inggris 2008 FKIP UNS. Iful menuturkan bahwa adanya AC tersebut sangat mendukung untuk menunjang kegiatan akademik. Yang menjadi masalah diprodinya sendiri yaitu AC yang sudah beroperasi sering mengalami ganguan mati sehingga mengakibatkan ruangan terasa panas dan gerah. Sehingga baik dosen maupun mahasiswa tidak konsen sewaktu kegiatan perkuliahan berlangsung. ”Mendingan belajar di luar kelas mas, daripada di dalam panas banget,” ungkapnya. Iful juga menambahkan bahwa sangat setuju apabila di semua prodi diberikan fasilitas AC mengingat merasa kasihan ketika melihat prodi lain yang tidak ada AC-nya. “Yang ada AC-nya saja panas apalagi yang tidak memakai AC, kasihan,” tambahnya.
Salah satu prodi yang telah menggunakan fasilitas AC adalah prodi Bahasa dan Sastra Indonesia. Ketika ditanya di sela-sela kesibukannya, Drs. Slamet Mulyono M.Pd. selaku Kaprodi Bahasa Indonesia menuturkan bahwa fasilitas AC didapatkan dari program pemerintah dan mengajukan langsung ke fakultas. Beliau juga menjelaskan lebih lanjut bahwa proyek Program Hibah Kompetisi (PHK) itu dilaksanakan lewat kompetisi, sedangkan untuk pengajuan langsung ke fakultas, Program studi Bastind mendapat sambutan baik oleh fakultas. Pihak fakultas saat itu meresponnya dengan sangat baik alhasil prodi bahasa Indonesia mendapatkan fasilitas AC tersebut dalam bentuk barang langsung dari fakultas. “Beberapa saat setelah kami mengajukan fasilitas AC ke DIKTI kami juga mengajukan program mengenai pengadaan fasilitas AC ke fakultas. Alhamdulillah pengajuan kami ditanggapi…,” paparnya.
Lain halnya dengan prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, di prodi pendidikan Ekonomi belum mendapatkan tanggapan mengenai pengajuan AC tersebut. Drs. Sutaryadi. M.Pd. selaku Kaprodi Ekonomi mengatakan bahwa sebenarnya prodi Ekonomi telah mengajukan fasilitas AC, tetapi sampai saat ini belum ada tanggapan yang pasti mengenai kapan fasilitas AC tersebut terealisasikan. ”Kami sudah berulang kali mengajukan, tapi entah kapan realisasinya,” ungkapnya. Beliau sudah tidak berharap banyak untuk mendapatkan fasilitas AC itu dari Fakultas karena belum ada tanggapan yang pasti dari fakultas mengenai pengajuan AC. “Ya kalau prodi punya uang kami akan membeli sendiri,” tambahnya.
Menanggapi beberapa keluhan dari berbagai pihak mengenai pengajuan fasilitas AC, Drs. Sugiyanto, M.Si., M.Si. selaku Pembantu Dekan II FKIP UNS, menyatakan bahwa pihak fakultas tidak menanggapi adanya beberapa permohonan dari prodi untuk mengajukan fasilitas AC. Sikap tersebut terpaksa dilakukan mengingat terbatasnya anggaran dana dan daya listrik di sejumlah gedung di FKIP belum mencukupi untuk dipasangi AC. ”Kalau dipasangi AC, daya listriknya tidak cukup gimana? Njeglek!!” jelasnya.
Menurut Sugiyanto, pihak fakultas sendiri sudah beberapa kali mengajukan untuk penambahan daya listrik ke PLN. Tahun kemarin dan tahun ini pihak fakultas sudah menghubungi pihak terkait untuk menambah daya listrik, tetapi untuk saat ini memang belum terlaksanakan. ”Tidak mudah untuk menambahkan daya listrik, tidak semudah membeli krupuk,” tandasnya.
Mengenai pengakuan pihak prodi Bahasa Indonesia bahwa fasilitas AC yang pernah diajukan ke fakultas mendapat tanggapan yang baik, PD II tetap berkelit bahwa tidak pernah memberikan fasilitas AC kepada pihak prodi manapun yang mengajukan. ”Selama saya di sini saya tidak pernah memberikan fasilitas AC kepada pihak prodi yang mengajukan fasilitas AC tersebut,” ungkapnya.
Mengenai seberapa besar pengaruh adanya fasilitas AC terhadap kegiatan akademik mahasiswa, beliau mengatakan tidak mengetahui adakah hubungannya AC dengan prestasi, pasalnya dulu juga tidak memakai AC ketika kuliah. “Saya dari desa tidak seperti Anda dari kota,” tuturnya. Namun, untuk ke depannya, jika penambahan daya listrik sudah terealisasikan dan terpenuhi beliau tetap belum menjamin akan memberikan fasilitas AC tersebut. ”Jadi, karena ada program hemat energi dari pemerintah dan tentang masalah dana, kami belum berani menjamin pemberian fasilitas AC ke depan,” pungkasnya.

Qodri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar