Kamis, 29 April 2010

Kartini dalam modernisasi Emansipasi ataukah ambisi??

Memaknai hari kartini yang jatuh pada tanggal 21 april 2010 tepatnya hari rabu kemarin sebagai langkah dini membenahi simpul-simpul pemikiran yang telah lama mengakar dalam benak- perempuan- perempuan masa kini. Masa kartini telah berlalu namun semangat juang beliau masih melekat dalam benak para perempuan bangsa ini. Pengorbanannya untuk melepaskan tali-tali pemikiran feodal zaman itu telah berhasil menelurkan satu reformasi gemilang tentang hak perempuan yang sering di kenal dengan ’emansipasi’, mungkin kita semua sudah merasakan hasil dari pada perjuangan beliau untuk kelayakan hidup kaum perempuan, namun pernahkan kita berfikir bahwa sebagian orang justru memaknai semangat dan perjuangan Kartini kita sebatas perjuangan untuk kesetaraan gender?
Kesetaraan gender, sekali lagi menuai banyak polemik dalam eksistensinya. Banyak para perempuan berpendapat bahwa kesetaraan genderlah yang menjadi esensi perjuangan kartini pasa masa itu, namun bila kita sedikit mencermati dari pada esensi, yang sebenarnya beliau perjuangkan adalah sebuah harapan yang pada masa itu dirasa tidak mungkin untuk diwujudkan. Harapan itu adalah kelayakan hidup bagi kaum perempuan, perempuan harus dihargai atas nama keadilan, perempuan harus menempati posisi yang bukan lagi dianggap sebagai alas kaki.
Mari kita mencoba mengurai makna apa yang patut kita petik dihari kartini kemarin, kita sudah tidak menyoal lagi tentang kesetaraan gender yang banyak didengungkan para aktivis emansipasi, karena perempuan memang spesial diciptakan oleh Tuhan dengan kodratnya yang akan menjadi istri bagi suami dan ibu bagi anak-anaknya. Dan bukan lagi mempermasalahkan tentang bagaimana seorang perempuan harus setara dengan laki- laki.
Kartini masa kini menyimpan sejuta arti mengenai laju gerak perempuan pada zaman modern ini. Obesitas yang terkandung dalam implementasi sebuah emansipasi mulai tercium seiring majunya sebuah zaman beserta peradabannya. Sudah tentu ini mempengaruhi pola fikir perempuan masa kini yang sangat lekat dengan ambisi serta obsesinya mengenai mimpi serta harapan-harapan yang mungkin pasa masa kartini dulu sulit untuk diwujudkan. Dan semua itu sebenarnya adalah salah satu bukti keberhasilan perjuangan Kartini. Namun tidak cukup sampai di situ saja, bila kita melihat perjuangan perempuan masa kini kita akan melihat kecenderungan pada makna ambisi dan bukan lagi pada makna emansipasi. Mungkin masa emansipasi telah berlalu seiring dengan benturan budaya dan ideologi yang semakin kuat pada bangsa ini. Contonya saja; banyak perempuan yang terlampau mengejar obsesinya untuk berkarier dari pada membina keluarganya. Padahal perempuan memegang peranan penting dalam keluarga yakni sebagai seorang ibu yang secara harfiah merawat, menjaga serta mendidik buah hatinya dengan fungsi afeksi yang tentu saja muncul pertama kali dari seorang ibu. Dan juga banyak perempuan yang rela menunda pernikahannya karena mereka menganggap pernikahan tidak lebih dari sekedar belenggu yang mengikat mereka melalui tugas serta tanggung jawab sebagai seorang istri sekaligus ibu. Jelas hal ini akan berdampak buruk, mulai dari keluarga yang terlantar dan berantakan, hingga pengabaian terhadap kualitas generasi muda. Padahal keberadaan generasi muda yang berkualitas, cerdas dan bertakwa merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Melihat semua itu, kita hanya dapat bercermin kembali dari masa lampau bahwa Kartini adalah sosok keteladanan bagi bangsa dan negara Indonesia. Kecerdasan, kemampuan menulis dan pembelaanya terhadap kaum perempuan hendaknya menjadi cermin bagi perempuan Indonesia. Sementara Gagasan pemberdayaan perempuan serta penggalaan hidupnya, keliru bila disebut sebagai perjuangan kesetaraan gender sebagaimana yang diutarakan oleh para aktifis feminis dan emansipasi. Dan tentu saja emansipasi bukanlah diperuntukan untuk meluluskan ambisi, emansipasi difungsikan untuk membangun kembali semangat perjuangan yang diwariskan kartini agar para perempuan masa kini lebih berperan dalam mencetak generasi penerus yang berkualitas untuk produktivitas bangsa yang sudah memprihatnkan ini, bukan malah berlomba-lomba untuk menyaingi drajat kaum laki-laki. Mari tingkatkan semangat juang Kartini masa kini di tengah modernisasi melalu emansipasi dengan esensi yang benar. Dari Gelap Menuju Cahaya menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang. Selamat hari kartini...!!!! Raihlah Semangat Kartini Masa Kini.....

Navita HR
Sos-Antro 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar