Kamis, 11 November 2010

WAWANCARA UTAMA DENGAN ARIF WICAKSONO, MENTERI DALAM NEGERI BEM FKIP UNS 2010



Apa bedanya antara SPP dengan IOM?
Jelas beda, IOM itu ditarik satu kali selama menjadi mahasiswa. Biasanya ditarik di awal tahun. Dihimpun dalam rekening IOM dan pengelolaannya terlepas dari keuangan fakultas. Nah, kalau SPP itu disetorkan langsung ke universitas. Nanti dari universitas itu baru dibagi-bagi ada yang untuk fakultas dan ada juga yang untuk keperluan umum universitas.
Lantas pengelolaannya bagaimana?
Uang IOM itu dikelola sendiri oleh suatu kepanitiaan yang terdiri dari para orang tua mahasiswa. Penggunaannya apa saja dirapatkan oleh orang tua mahasiswa di awal tahun. Ditetapkan juga besarnya setoran. Kalau SPP itu, langsung dihimpun ke universitas. Nanti  setiap tahunnya universitas menyusun Rancangan Anggaran Pemasukan dan Belanja Universitas (RAPBU). Dari sana nanti dana dibagikan sesuai anggaran itu tadi. Di fakultas juga disusun Rancangan Pemasukan dan Belanja Fakultas (RAPBF). Nanti dana yang dijatahkan oleh fakultas tadi akan didistribusikan untuk kegiatan pendidikan, mahasiswa, praktikum, dan lainnya.
Bagaimana transparansi penggunaannya karena keuangan IOM kan juga digunakan untuk bangun gedung UKM, lapangan, shelter, dan komputer?
Kalau untuk lapangan, shelter dan gedung UKM memang masih bisa masuk lininya. Namun, untuk komputer, laboratorium, dan perawatan fasilitas pendidikan sepertinya tidak mungkin. Ranahnya kan untuk kegiatan kemahasiswaan. Ini perlu diluruskan nantinya terlalu jauh salah paham. Untuk dana SPP, saya tidak banyak tahu. Mending tanyakan ke Pak Sugianto (Pembantu Dekan II). Hanya saja begini. Biasanya mahasiswa memang terlalu idealis. Kita harus tahu bahwa ketika dana SPP sudah disetorkan ke universitas kemudian dibagi-bagi untuk berbagai keperluan sudah tidak mungkin lagi dicek jumlah total pemasukan dengan jumlah total pengeluaran dengan sejumlah mahasiswa. Beda dengan IOM kan masih bisa dicek yang bayar berapa orang terus untuk apa saja. Nah, itulah mahasiswa harus paham juga dengan kondisi lapangannya.
Sebagai mahasiswa kita ingin tahu pastinya untuk apa dana-dana yang kita setorkan itu?
Ehm, begini. Misalnya kasus, ada mahasiswa prodi bahasa Indonesia tidak pernah menggunakan laborat padahal sudah bayar biaya laborat. Nah, hal itu kan tidak bisa langsung dikatakan bahwa dia sudah membayar SPP yang ada dana laboratnya, tapi kok tidak bisa pakai laborat. Yang seperti ini kan tidak bisa dicek karena uang yang dihimpun universitas tadi kan dibagi-bagi untuk banyak pembiayaan. Bedanya dengan uang IOM itu masih bisa dicek karena kan tidak melebar ke mana-mana. Hanya untuk kebutuhan tertentu saja.
Apakah setiap tahunnya uang IOM dianggarkan untuk pembangunan dan kegiatan?
Dalam rapat orang tua mahasiswa setiap awal tahun ada kesepakatan dari orang tua mahasiswa bahwa tahun ini uangnya untuk apa saja. Nah, nanti hal itu disetujui atau tidak oleh orangtua kalian.
BEM punya tidak data transparansi keuangan, di sini kan BEM sebagai perwakilan mahasiswa yang mengurusi semua?
Ehm, ini juga harus diluruskan bahwa BEM tidak sejauh itu sampai memegang transparansi keuangan. Yang BEM tahu ya mahasiswa yang belum setorkan dana IOM. Kalau ingin lebih jelasnya monggo ditanyakan saja ke Pak Sugianto. Itu nanti akan lebih jelas. Takutnya saya nanti malah salah bicara jadi masalah.

Hayun_tri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar