Kamis, 11 November 2010

KINERJA BEM FKIP MASIH DIPERTANYAKAN




Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang telah dilantik pada tanggal 11 Februari 2010 oleh Dewan Mahasiswa (DEMA) FKIP UNS tersebut memiliki visi dan misi yang telah menjadi acuan dalam kinerja BEM itu sendiri. Visinya adalah mewujudkan iklim kegiatan kemahasiswaan berlandaskan intelektualitas, produktivitas, dan loyalitas. Tambahan pula ada misi penopang visi tersebut, yakni berkontribusi pada dunia pendidikan. Penjabaran dari visi dan misi tersebut antara lain menciptakan kesolidan pokok dalam bingkai dunia pendidikan, meningkatkan kualitas kerja dengan spirit loyalitas dalam berorganisasi, melakukan kontribusi nyata bagi mahasiswa FKIP secara mandiri (selfish-oriented), menciptakan budaya diskusi untuk mengasah kekritisan mahasiswa yang berhubungan dengan isu dunia pendidikan pada khususnya serta masyarakat pada umumnya, menciptakan komunikasi efektif antarlembaga di UNS serta membangun dan mengoptimalkan jaringan yang sudah terbentuk.
Visi misi di atas memberi sebuah gambaran betapa kinerja BEM FKIP UNS memberikan usaha-usaha ke arah kemajuan FKIP UNS yang signifikan. Visi dan misi tersebut apabila mampu diterapkan secara sungguh-sungguh pasti akan tepat sasaran sehingga  sesuai dengan target yang telah ditentukan. Namun, di sisi lain ternyata banyak mahasiswa yang tidak mengetahui informasi mengenai BEM. Sebuah lembaga yang telah dipilih mahasiswa melalui mekanisme Pemilu Raya (Pemira). Bahkan di FKIP sendiri, sebagian besar mahasiswa belum mengerti sepenuhnya apa dan bagaimana sebenarnya fungsi BEM. BEM sebenarnya adalah pelaksana undang –undang yang telah dibuat oleh Dewan Mahasiswa (DEMA) yang harus menjalankan fungsi eksekutif serta memperjuangkan nasib mahasiswa.
Wachid Yahya selaku presiden BEM FKIP UNS menuturkan bahwa tahun ini dalam kepengurusan kerja kabinet BEM FKIP UNS, yakni Kabinet Berkarya mengalami sedikit perombakan, yaitu dihapusnya Divisi Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo) pada kabinet yang diusungnya. Akan tetapi, dia menuturkan jika fungsi dari depkominfo dapat dilimpahtugaskan ke bidang yang lain. Depkominfo digantikan oleh divisi hubungan Antar Lembaga&Kominfo (HAL). BEM tetap fokus dalam mengusahakan iklim kegiatan terkait upaya peningkatan intelektualitas. Upaya yang pernah dilakukan adalah dengan menciptakan budaya diskusi. “Prinsip kerja BEM adalah dengan menekankan pengabdian kerja sesuai hasil yang diinginkan, kami bekerja tanpa pamrih melalui kegiatan akademis, sosial, dan masyarakat,” ungkap Wachid. Dalam perjalanannya BEM sendiri menerapkan prinsip kekeluargaan dan bekerja dengan keikhlasan.  Di samping itu, loyalitas serta produktivitas tetap diusahakan guna mencapai targetan. Hal ini seperti yang diungkapkan Wachid.  “Kami memiliki strategi dalam menjalankan program-program kegiatan yang telah kami rintis, jadi kami memang sengaja melakukan gebrakan di tengah dan akhir agar memiliki “finishing touch” yang bagus...,” tambah Wachid.
Ketika disinggung soal kesuksesan dalam perjalanan kerjanya, presiden menegaskan bahwa untuk kegiatan dan progam kerja sebenarnya sudah tercapai. Hanya saja untuk menilai sukses atau tidaknya acara maupun kegiatan yang diselenggarakan BEM, Wachid menyerahkan sepenuhnya kepada para mahasiswa. “Kita hanya berusaha melakukan upaya perbaikan  demi kemajuan  FKIP secara optimal, tetapi untuk melihat hasil kerja kami, biarlah publik yang akan menilai langsung,” ungkapnya. Hasil kerja BEM yang dapat dilihat oleh masyarakat diantaranya acara bakti sosial (baksos) dan dusun binaan (dusbin) yang mana para pengurus terjun langsung untuk membantu masyarakat yang memang membutuhkan bantuan. Untuk program kerja BEM telah membuat sebuah kegiatan bertema “Semarak Berkarya”, yaitu sebuah akumulasi program kerja dari semua kabinet berkarya yang melibatkan semua elemen di FKIP, termasuk mahasiswa dapat berpartisipasi di dalamnya.
Di sisi lain, mahasiswa mempunyai opini sendiri untuk menilai kinerja BEM. “Kalau aku kurang begitu tau sih, soal kinerja BEM FKIP yang sekarang, tapi kalau kita lihat dari acara-acara yang pernah diagendakan, seperti lomba mahasiswa dan UKM sepertinya bagus,” tutur Arizona (pendidikan Sejarah 2008). Hal senada juga diungkapkan oleh Hasan (Pendidikan Teknik Mesin 2007). “Kalau aku gak tahu apa visi misi mereka, dan apa saja proker mereka, jadi nggak begitu bisa menilai kinerja mereka, sebatas tahu, memang sepertinya ada beberapa kegiatan BEM,” ujarnya. “Di jurusanku, BEM tak terlalu diperhatikan memang, meskipun banyak pengurus BEM berasal dari sana,” tambahnya.
Tyas, mahasiswa Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia 2007 yang juga ketua teater PERON memberikan pendapatnya tentang kinerja BEM FKIP. “Kalau dari segi bakti sosial itu yang kerasa banget, kaya donor darah yang kemarin itu walaupun cuma diadakan enam bulan sekali, tapi banyak yang respon, tapi ada juga kegiatan futsal yang kurang berhasil, tapi aku menghargai usaha mereka,” katanya. Sementara menurut Ady Kurniawan (Pendidikan Bahasa Inggris 2008) kinerja BEM FKIP UNS tahun ini kurang maksimal. Demikian juga pendapat yang dilontarkan oleh Adi ‘chibi’ bahwa BEM saat ini tidak mementingkan mahasiswa, terlalu penurut dengan birokrat, tidak mewadahi aspirasi mahasiswa selaku fungsi aslinya sehingga justru mempersulit mahasiswa. Dia menambahkan bahwa BEM seharusnya menjadi media komunikasi antar-FKIP. Sampai sekarang tidak ada tanda-tanda contoh BEM sebagai wakil aspirasi mahasiswa. Terbukti dengan bentuk kegiatannya yang belum menyentuh ke mahasiswa atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) secara langsung. “Menurutku BEM yang sekarang ini sudah kayak pemerintah saja, BEM jaga jarak dengan mahasiswa yang lain, kondisinya mirip dengan kondisi MPR pada panggung politik di negeri ini sekarang yang cenderung mengeksklusifkan diri dan susah membaur,” tambahnya.
Wachid telah memberikan keterangan bahwa kabinet yang ia usung memang memiliki penurunan jumlah pengurus. Tahun lalu jumlah pengurus BEM FKIP mencapai 160 orang, sementara sekarang hanya 125. Ketika ditanyakan mengapa bisa terjadi penurunan alasannya adalah karena momentum yang kurang tepat ketika diadakan pemilihan presiden (Pilpres) BEM FKIP dalam Pemilihan Umum (Pemilu) sehingga kurang maksimal. Janji tetaplah sebuah janji. Berapapun jumlah pengurus BEM seharusnya itu tak menjadi kendala ketika sudah dilantik diikuti dengan pengikraran janji untuk mengemban amanah demi kemajuan bersama. Namun, jika melihat fakta yang terjadi sekarang ini, kinerja BEM FKIP patut dipertanyakan.
                                                                                                                                    Farra_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar