Kamis, 11 November 2010

CALREK “KUDA HITAM” DALAM PILREK UNS



            Rumor pecahnya anggota senat UNS memunculkan paradigma baru bahwa akan muncul calrek yang menjadi kuda hitam dalam suksesi rektorat kali ini. Semua calrek masih mempunyai kesempatan yang sama untuk menduduki kursi UNS I. Pengalaman pernah menjabat secara struktural di UNS belum menjamin posisi calon rektor untuk memenangkan proses pemilihan rektor (pilrek).
            Beredarnya rumor yang sangat gencar di tataran civitas akademika tentang adanya kepentingan politik di tataran senat UNS berujung pada pecahnya anggota senat yang terbagi menjadi beberapa kubu yang saling berkepentingan dalam proses pilrek. Beredarnya rumor tersebut memunculkan sejumlah paradigma baru dikalangan mahasiswa. Salah satunya adalah bahwa akan muncul calon rektor yang akan menjadi kuda hitam dalam proses pemilihan rektor. Tentunya calon rektor tersebut tidak mempunyai sejumlah kepentingan politis untuk memenangkan posisi rektor terpilih, seperti yang diungkapkan oleh Burhan Assidiq salah satu mahasiswa dari fakultas Teknik. ”Kalau situasinya seperti itu, ya mendingan senat milih calrek yang  tidak punya kepentingan politik saja!”cetusnya. Dia juga menambahkan bahwa kalau menginginkan iklim pendidikan dan kepemimpinan yang sehat di kampus hijau ini,maka kampus ini harus segera disterilkan dari sejumlah orang yang mempunyai kepentingan politis seperti itu. Sejurus dengan itu, ketika hal tersebut ditanyakan kepada Prof. Dr. Trisno Martono, salah satu anggota senat UNS, menjawab dengan santai bahwa mungkin apa yang disebut dengan kuda hitam dalam pilrek tersebut tidak akan pernah ada. ”Calrek yang menjadi kuda hitam itu tidak ada, pokoknya siapa dia calrek yang mendapat dukungan terbanyak dari senat plus suara Mendiknas, itulah calrek yang akan menjadi pemenangnya” ungkapnya. Prof. Dr. Trisno Martono juga menambahkan bahwa nuansa kepentingan politik di tataran senat itu kemungkinan juga ada mengingat banyak anggota senat yang mempunyai background eksternal ketika menjadi mahasiswa. Namun, menurutnya  kemungkinan besar para anggota senat akan tetep profesional dalam memilih calon rektor dan sangat berharap agar jangan mementingkan kepentingan golongan.            
            Berkembangnya isu di media massa dan di kalangan warga kampus yang sudah mengerucutkan pada tiga nama calon rektor sebagai kandidat terkuat tentunya semakin membutakan geliat perpolitikan di kampus hijau yang semakin panas. Hal ini sekaligus membuat gusar para calon rektor lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Anwari, salah satu mahasiswa Fakultas Pertanian. ”hla kalau  rumornya seperti itu, kasihan calon rektor lainnya. Mereka semakin tambah pesimis untuk memenangkan posisi rektor donk,” tuturnya. Anwari juga mengimbuhkan bahwa seharusnya media massa tidak terlalu menggembor-gemborkan siapa saja calon rektor yang mempunyai kesempatan besar untuk memenangkan posisi rektor seperti itu. Berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Trisno Martono, menegaskan bahwa semua calon rektor masih mempunyai kesempatan yang sama untuk menduduki kursi UNS I. ”Saya pikir semuanya masih mempunyai kesempatan yang sama,” ungkapnya. Menurutnya, hal itu bisa terjadi karena semua calon yang sudah lolos penjaringan tahap pertama adalah para calrek yang pasti sudah cakap dan berkompeten  serta memenuhi prasyarat untuk menjadi seorang rektor. Tentunya yang bisa membawa perubahan untuk UNS ke depannya. Prof. Dr. Trisno Martono juga menambahkan bahwa sembilan calon rektor yang lolos pada tahap pertama itu merupakan para akademisi yang sangat kompeten dan handal di bidangnya, tetapi menurutnya yang harus lebih disoroti dari sembilan calon rektor yang lolos tahap pertama itu adalah pada kemampuan manajerial setiap calon rektor. Sembilan calon rektor yang lolos penjaringan tahap kedua tersebut tidak mempunyai kesamarataan pada kecakapan dan kemampuan di dalam manajerial. Hal itu bisa dilihat dari pengalaman sejumlah calon rektor yang hanya beberapa calon rektor saja yang pernah mempunyai pengalaman dalam memimpin suatu instansi secara struktural di UNS.
            Mengingat hanya ada beberapa calon rektor saja yang pernah mempunyai pengalaman dalam memimpin secara struktural di tataran UNS maka ketika membicarakan posisi struktural pasti pada bagian itu akan menjadi bagian yang paling menarik untuk diperbincangkan. Hal itu dapat dilihat karena seorang yang punya pengalaman dalam memimpin pasti akan mempunyai kemampuan yang lebih dibanding dengan calrek lain yang belum mempunyai pengalaman itu. Oleh karena itu, kemungkinan besar bagi calon rektor yang mempunyai pengalaman memimpin di tataran struktural akan memiliki nilai tawar yang lebih dibanding dengan yang belum berpengalaman. Seperti diungkapkan Prof. Dr. Soetarno J., M.Pd. pada wawancara edisi yang lalu. ”Ini pertanyaan yang sangat mengerucut sekali sebenarnya ya, calrek yang pernah menjabat di struktural itu pasti akan mempunyai nilai plus,” ujarnya. Menurut  Prof. Dr. Soetarno J., M.Pd. selain cakap dan kompeten dalam bidang akademiknya, pengalaman dan kemampuan calon rektor dalam memimpin itu sangat diperlukan sekali. Oleh karena itu, calrek yang mempunyai pengalaman lebih dalam memimpin pasti akan mendapat nilai plus dari anggota senat. Namun, tidak menjamin sepenuhnya bahwa seorang calon rektor yang pernah mempunyai pengalaman menjabat secara struktural di UNS akan memenangkan proses pemilihan rektor.

Qodri_R
             
                                               


Tidak ada komentar:

Posting Komentar