Kamis, 11 November 2010

NANTIKAN BEASISWA, BEGOG HARAP-HARAP CEMAS



Di pagi menjelang siang itu, suasana di kampus terasa begitu berbeda. Meski matahari begitu payah teriknya, tetapi lambaian mesra pepohonan di sekitar shelter  depan gedung KBM FKIP menambah udara semakin semilir. Benar-benar suasana yang menyenangkan. Cerah, sejuk, dan damai. Namun, belum terlihat adanya perkumpulan empat sekawan (Begog, Njenik, Kang Sipon, dan Kiko) di tengah-tengah suasana itu. Kemanakah mereka???
Selang beberapa lama kemudian terlihat Kiko berjalan dengan pelannya dari arah gedung F. Langkahnya yang lamban mengidentifikasikan bahwa ia sedang kelelahan. Sesampainya di shelter ijo, ia segera duduk menunduk seperti sedang merenungkan sesuatu.
“Ya Allah… kapan ya beasiswaku cair? Sudah sekian lama aku menunggu, namun tak kunjung cair...,” gumamnya dalam hati.
Tiba-tiba datanglah Begog dan pujaan hatinya, Njenik dari arah gedung F pula.
“Hai Kiko….sendirian tow? Kang Sipon mana?” tanya Njenik.
Kiko seakan tak menghiraukan sapaan centil dari Njenik. Ia masih saja merunduk dan merunduk.
“Hoi… !!! Melamun? Jam segini kok melamun?” bentak Begog sambil menepuk bahu Kiko.
“Eh… hehe… enggak kokgak melamun…,” sahut Kiko kaget ketika menoleh ke belakang sudah ada kedua temannya itu.
“Hmm… kalau tidak ngalamun kenapa tak panggil aja gak denger, hayooo… Mikirin pacarmu itu ya,” canda Njenik.
“Wah, apa iya? Kapan kamu menyapaku Nik?” Kiko berlagak seperti tak ada yang memangggil dia.
“Nah… benar kan??? Jelas-jelas aku menyapamu kamu gak denger, ada apa sich? Gak biasanya kamu kaya gini,” sambung Njenik sambil duduk di shelter itu.
“Aku tadi habis dari gedung F cari-cari info beasiswa, tapi kok belum cair juga ya? Hikz,” Kiko tampak sedih.
“Owh… lha aku dan Njenik tadi juga habis dari sana kok gak ketemu kamu ya Kik… Iya, gosipnya berubah-ubah sih. Dulu temanku bilang kalau cairnya Agustus, terus ada lagi yang bilang September… Oktober… sampai Oktober mau habis ini tanggalnya, belum cair juga. Berkali-kali aku cek rekening juga belum ada kok,” jawab Begog panjang lebar.
“Benar sekali say… itu gosip kok gak ada yang bener ya?“ sambung Njenik.
“Namanya juga Gosip…, digosok makin sip. Tapi aku bener-bener membutuhkannya say… Buat mbayar hutang bapakku kemarin pas mbayar semesteran itu… Hikz,” Begog tiba-tiba ikut sedih seperti Kiko.
“Wah, kamu jangan ikut-ikutan sedih Gog. Kirain cuma aku aja yang butuh. Ternyata kamu juga tow?” jawab Kiko.
“Eh, emangnya kalian berdua aja yang butuh? Aku juga. Butuhku semakin banyak, apalagi aku kan ngekos. Belum lagi buat mbayar keperluan sehari-hari saja udah sedabrek,” Njenik tak mau kalah.
Tiba-tiba datanglah Kang Sipon dari arah gedung E. seperti biasa, Kang sipon selalu berusaha menenangkan ketiga temannya itu
“Lagi ngomongin apa nich? Kayaknya asyik banget. Teman-teman makasih ya. Berkat doa kalian juga tadi aku sukses ujian skripsi, tinggal menunggu wisuda,” terang Kang Sipon dengan wajah penuh rasa syukur setelah ujian skripsinya dinyatakan lolos.
“Ikut senang dan bahagia Kang,” jawab Begog singkat. Tampaknya ia masih memikirkan beasiswanya itu.
“Kamu kenapa Gog? Lain banget hari ini,” tanya Kang Sipon.
“Beasiswa Kang. Kita semua ini menantikan beasiswa yang tak kunjung cair. Padahal sistemnya kan sudah diubah dari yang awalnya langsung sekarang pakai rekening. Tapi kok justru lama ya Kang,” sambung Kiko.
“Ya… namanya juga system baru Kik. Terkadang memang seperti itu, tapi denger-denger dana beasiswa itu masih tertahan karena mahasiswa FKIP banyak yang menggunakan rekening Permata dan rekening orang tuanya… Nah kalau seperti itu ya tidak bisa. Masak yang dapet kita kok trus pakai rekening ortu, ya nggak?” jelas Kang Sipon.
“Emang kenapa kalau pakai Permata Kang,” tanya Kiko.
”Permata tidak bisa ditransfer, kan gak ada bukti bukunya tow,” jawab Kang Sipon.
Lha rekeningku BTN tuh Kang. Sudah sejak Juli lalu dikumpulkan, tapi ya sama aja tow belum ditransfer. Seharusnya yang sudah benar segera ditransfer dulu. Bukannya kok moloooor... huft gak tau kita lagi butuh apa?” sambung Begog.
”Eeee ya gak segampang itu. Sebenarnya udah mau ditransfer Gog. Maka dari itu, terlebih dahulu FKIP meminta agar mahasiswa yang rekeningnya Permata/milik orang tua segera membuka rekening BNI ‘46 cabang UNS, dulu situ,” terang Kang Sipon..
Trus kira-kira pentransferannya kapan Kang?” tanya Njenik dan Kiko serempak.
“Insyaallah bulan depan, semoga tidak molor lagi...,” jawab Kang Sipon.
”Haaaa... yang bener Kang? November kan? Aku sudah tak sabar lagi. Serasa lama juga menunggu bulan Oktober habis, aku ntar mau ini dan itu... horeeee...,” Begog mulai ceria setelah mendengar kabar itu.
”Sabar say... Lhoh bukannya tadi mau buat bayar hutang juga say? Kok malah mau ini dan itu?” sambung Njenik.
”Waduw... iya say. Tapi yang jelas aku segera mendapatkan hakku...hehe,” jawab Begog.
”Setuju Gog...aku juga berharap bulan depan benar-benar cepat ditransfer ke rekening masing-masing. Nggak hanya kita, tapi teman-teman lainnya yang dapat beasiswa pasti juga sama butuhnya dengan kita Gog,” Kiko berlagak menasihati Begog.
”He’em... semoga dalam pencairannya sudah tidak ada lagi masalah-masalah, semua bisa berjalan lancar seperti yang kita harapkan,” sambung Njenik.
”Semoga...,” sahut Kang Sipon, Begog, dan Kiko serempak.
NuRe A


Tidak ada komentar:

Posting Komentar