Rabu, 03 Februari 2010

Pascarelokasi: NASIB TANAH BELAKANG KAMPUS UNS

Pemanfaatan lahan belakang kampus UNS setelah dilakukan penggusuran menuai banyak pertanyaan di kalangan mahasiswa. Simpang siur berita bahwa UNS akan mendirikan ruko, bengkel, dan hotel yang sifatnya disewakan atau Pemkot akan menggunakan tanah tersebut sebagai taman kota perlahan mencuat kedaratan.

Penggusuran kios-kios pedagang yang terletak di belakang kampus UNS sudah dilaksanakan. Penggusuran kios tersebut dilakukan dalam dua tahap. Kios-kios bagian sebelah timur yang dibatasi gerbang belakang fakultas hukum telah dipindahkan ke pasar baru. Sedangkan kios-kios pedagang yang terletak di sebelah barat belum jelas akan direlokasikan ke mana. Pihak Pemerintah kota Solo (Pemkot) sendiri merencanakan akan memindahkan kios-kios tersebut ke daerah Pedaringan dengan dibuat shelter-shelter.
Seperti yang kita lihat sekarang ini, tanah tersebut terlihat sepi dan belum termanfaatkan. UNS sendiri hanya bertanggungjawab terbatas pada pagar. Sedangkan untuk perbaikan tanah menjadi tanggung jawab Pemkot. Seperti yang diungkapkan Sunit Marwoko, Kabag Perencanaan Pembangunan, “Pagar itu punya kita, jadi merupakan tanggung jawab kita. Kalau untuk tanah itu adalah milik Pemkot.”
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kompas (30/12), Adi Sulistiyono, Pembantu Rektor IV, menuturkan bahwa dalam rangka persiapan menuju Badan Hukum Pendidikan (BHP) yang mana UNS harus mempunyai sumber pendanaan sendiri. Untuk itu UNS berencana mendirikan bengkel, ruko, dan hotel sebagai usaha komersial. UNS tengah menawarkan bentuk kerjasama dengan calon investor untuk menanamkan modalnya pada berbagai perencanaan pembangunan. Sasaran pembangunan hotel ditujukan untuk orang tua dan kerabat mahasiswa yang wisuda. Bengkel mobil dan sepeda motor yang sudah ada akan diperluas. Sedangkan Ruko akan dibangun di atas tanah negara di belakang kampus UNS.
Penggusuran tanah belakang kampus menuai pertanyaan mengenai pemanfaatan tanah belakang kampus di kalangan mahasiswa. Setelah dikonfirmasi kepada Yanto, Sekretaris Pembantu Rektor IV, menegaskan memang benar bahwa UNS akan membangun bengkel, ruko, dan hotel. Namun, pembangunan itu akan dilaksanakan di dalam kampus UNS. “UNS memang akan mendirikan bengkel, ruko yang rencananya akan direalisasikan pada tahun 2010. Bangunan itu tentu saja akan didirikan di dalam kampus UNS, bukan di luar kampus,” tuturnya. Hal senada juga diutarakan Sunit Marwoko. “Itu tidak mungkin. Luas tanahnya saja hanya 1,5 meter. Kalau dibuat ruko tentu akan mengganggu jalan. Kecuali kalau UNS akan menuju ke BHP, mencari dana sendiri. Itu bisa jadi pemikiran, tapi tetap didirikan di dalam kampus,” jelas Sunit. Sunit menambahkan bahwa tanah itu nantinya akan dijadikan trotoar bagi pejalan kaki sehingga jalan akan terlihat lebih rapi dan sedap dipandang. Salah seorang pedagang penjual makanan yang kini telah dipindahkan di pasar baru juga mengatakan bahwa tanah itu akan dijadikan trotoar. “Setahu saya, tanah dibelakang kampus itu akan dijadikan trotoar biar bagus, semacam citywalk. Desainnya pun sudah ada, kita sudah melihat. Jadi ya kita mau mau saja dipindahkan ke pasar baru.”ungkap pedagang yang tidak mau disebut namanya..
Ketika ditanya mengenai kapan realisasi dari pembuatan trotoar tersebut, UNS belum mengetahui karena itu merupakan kebijakan dari Pemkot. UNS hanya bisa meminta kepada Pemkot untuk segera melaksanakan pembangunan trotoar. Namun, sampai saat ini UNS belum mengajukan permintaan tersebut. Sedangkan untuk perbaikan pagar masih menunggu skala prioritas anggaran. “Rencana perbaikan pagar itu ada. Namun, untuk tahun 2010 ini tampaknya belum akan dilaksanakan. Karena kita masih memikirkan anggaran untuk prioritas ke mahasiswa. Misalkan, untuk melengkapi fasilitas di dalam gedung, pendirian gazebo, dan sebagainya.”
Hal ini mendapatkan tanggapan dari Tyas, mahasiswa Fakultas Sastra, “Sebaiknya perbaikan pagar itu cepat dilaksanakan agar kampus kita terlihat rapi dan bagus.” Begitu juga dengan Andriani, mahasiswa FKIP menuturkan, “Sebaiknya UNS mengimbangi kebijakan dari Pemkot semacam berpartisipasi. Anggaran pembangunan gedung-gedung yang tidak terlalu penting dialihkan ke pengecatan pagar. Percuma kalau trotoarnya bagus, tapi pagarnya jelek. Atau paling tidak untuk lebih kreatifnya mahasiswa diminta untuk membuat gravity di tembok. Jadi kan nggak perlu keluar dana sehingga mahasiswa dapat mengeluarkan aspirasinya,” pungkasnya..
Abied_Deny

Tidak ada komentar:

Posting Komentar