Setiap
aku pulang ke desa, ada yang kurang enak
dalam benakku ketika para tetangga mulai memanggilku dengan sebutan pak guru. Bahkan ketika
aku berangkat atau pulang dari sawah, ada yang bertanya, apakah aku sebagai
calon guru harus rela bekerja disawah? Ya, mereka sebagian
telah menganggapku sebagai priyayi baru. Aku mendapat title priyayi karena masyarakat pedesaan yang menempatkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan juragan-juragan
pada strata atas. Aku menjadi risih dengan itu, seolah-olah merekalah yang
menentukan masa depanku bahwa aku adalah guru dengan gaji yang besar dan
jaminan hidup mewah. Tapi aku kurang setuju.
Ketika aku berkumpul dengan
teman – teman, hal yang
sering menjadi pembicaraan adalah pekerjaan sebagai guru dengan pengangkatan PNS yang kemudian mendapatkan tunjangan sertifikasi. Sedangkan predikat mahasiswa yang didapat saat kuliah
hanyalah jalan untuk mencari gelar. Mereka berpikir bahwa semakin
tinggi gelar yang diraih
semakin tinggi pula gaji yang akan mereka dapatkan. Sehingga bangku kuliah
hanya dianggap sebagai lahan untuk menanam modal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar