Guyuran hujan deras
di pagi itu baru saja berhenti. Semua mahasiswa hiruk-pikuk keluar dari tempat
persembunyian yang memenjarakan mereka sejak satu jam yang lalu. Langkah mantap
tiga pasang kaki mulai terlihat menapaki trotoar becek di sisi kiri jalan masuk
kampus. “Sial, materi ujianku jadi basah,” omel Njenik sambil mengusap kumpulan
kertas di tangannya. “Ah kamu itu Nik,
nanti kan ujian, buat apa masih ribet sama
materi? Belum belajar ya?,” tanya Kiko.
“Sekedar memanfaatkan waktu, sambil jalan kan
bisa baca-baca,” jawabnya seraya membuka satu per satu lembaran kertas
tersebut.
Begog yang sejak tadi
terdiam tampak serius memperhatikan keadaan sekeliling kampus, pandangannya terpaku
pada satu area pembangunan gedung yang menarik perhatian. “Ah, berisik sekali, gimana
mau konsentrasi kalau kayak gini?,” Omel
Njenik. “Masukkan saja kertasmu itu ke dalam tas, lagian aneh-aneh saja, baca kok
sambil jalan,” ucap begog tanpa mengubah arah pandangannya. “Kamu tahu sendiri kan Nik, di kampus kita sekarang ada
banyak pembangunan gedung. Ya…wajar lah,
di mana-mana banyak suara bising,” jelas Kiko. Njenik hanya mengangguk-angguk
kesal seraya memasukkan kembali kertas tersebut ke dalam tasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar